Saturday, January 13, 2024

Yesus Anak Allah dan Raja – Yesu Ono Lowalangi ba Razo (Yohanes 1:43-51 [Yohane 1:44-52])

Telaah atas Khotbah Minggu, 14 Januari 2024
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

43 Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!”
44 Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.
45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.”
46 Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?”
47 Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!” Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!”
48 Kata Natanael kepada-Nya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.”
49 Kata Natanael kepada-Nya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!”
50 Yesus menjawab, kata-Nya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.”
51 Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”

Kita sebaiknya memahami teks ini dengan cermat, sebab, bisa saja muncul khotbah yang mengintimidasi jemaat kalau hanya berfokus pada tema “Tuhan mengenalmu”, yang sepintas sesuai dengan perkataan Yesus di ayat 48. Ada godaan besar untuk ‘mengintimidasi’ jemaat bahwa Tuhan mengenal apa pun yang dia lakukan, biasanya dihubungkan dengan perbuatan jahat.

Benar bahwa Tuhan mengenal setiap jemaat, mengenal apa pun yang kita lakukan. Saya percaya dengan kemahatahuan Allah, tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Tetapi, kalau pun teks khotbah hari ini digiring hanya pada tema “Tuhan mengenalmu”, maka dari perkataan Yesus di ayat 48, tidak ada indikasi bahwa yang dikenal oleh Tuhan pada diri Natanael adalah perbuatan jahatnya. Dengan jelas tampak bahwa Yesus melihat Natanael di bawah pohon ara. Perkataan ini pun memiliki korelasi dengan perkataan Yesus sebelumnya tentang Natanael di ayat 47: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” Jadi, justru amat positif. Itulah sebabnya, kita mesti hati-hati memahami teks ini, supaya kita jangan terjebak dalam khotbah yang justru mengintimidasi warga jemaat. Secara teologis, Allah memang mengenal segala perbuatan yang kita lakukan, termasuk perbuatan jahat, tetapi teks ini tidak berbicara tentang itu.

Ucapan-ucapan Yesus kepada Natanael dalam teks ini merupakan kelanjutan dari sikapnya yang skeptis atas informasi yang disampaikan oleh Filipus kepadanya, yaitu bahwa mereka telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret (ay. 45). Alih-alih percaya, Natanael malah bertanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” (ay. 46). Pertanyaan Natanael ini cukup menohok, mengindikasikan ketidakmungkinan munculnya yang baik dari Nazaret. Kita tidak tahu persis apa maksud Natanael dengan pertanyaannya ini. Ada yang beranggapan bahwa pada zaman itu ada semacam persaingan antar kota atau antar wilayah, sehingga orang yang berasal dari satu kota/wilayah tidak akan memuji kota/wilayah lainnya. Kebetulan, Natanael berasal dari kota Kana, dan sekarang dia berbicara tentang Nazaret, dan dia tidak bisa memujinya. Ada juga anggapan yang mengatakan bahwa pada waktu itu secara umum hampir semua kota/wilayah di daerah Yudea cukup bobrok, termasuk Nazaret. Anggapan lain yang tampaknya lebih mudah diterima adalah bahwa pada waktu itu kota Nazaret merupakan kota kecil yang terpinggirkan, sehingga kesan orang tentang kota ini cukup negatif. Ada semacam pelabelan negatif (stigma negatif) atas kota ini, dan stigma itu sudah menjadi konsumsi publik, termasuk Natanael. Jadi, Natanael merasa heran atau merasa aneh saja kalau Yesus yang telah dinubuatkan dalam kita PL berasal dari Nazaret. Sebenarnya, dalam kata-kata Natanael ini tersirat pengakuan bahwa Yesus adalah sesuatu atau seseorang yang baik, dan menurut pemahaman Natanael yang dipengaruhi oleh stigma negatif tadi, tidak mungkin yang baik itu berasal dari Nazaret.

Filipus pun tidak berdebat panjang dengan Natanael, mungkin dia menganggap bahwa pertanyaan tersebut wajar saja. Sebaliknya, dia mengajak Natanael untuk melihat sendiri Yesus yang berasal dari Nazaret tersebut. William Barclay pernah mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk meyakinkan seseorang tentang supremasi Kristus adalah dengan menghadapkan dia dengan Kristus. Alhasil, Natanael berjumpa dengan Yesus, dan malah Yesus memberikan semacam pujian tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!” (ay. 47). Yesus mengakui kejujuran Natanael yang mengakui langsung kondisi riil umat Israel secara umum pada waktu itu, sulit menemukan hal yang baik dalam diri mereka. Selain itu, Yesus mengapresiasi kejujuran Natanael yang sebenarnya secara tersirat mengakui bahwa Yesus itu baik, dan “tidak mungkin ‘Yesus yang baik’ itu berasal dari Nazaret” (yang pada waktu itu dianggap tidak baik).

Nah, menanggapi parkataan Yesus di ayat 47 tadi, Natanael pun penasaran. Dia ingin tahu dan bertanya kepada Yesus: “Bagaimana Engkau mengenal aku?” (ay. 48a). Lihatlah, perjumpaan dengan Yesus mengubahkan hidup Natanael, mengubah menjadi lebih baik. Tadinya, Natanael bersikap skeptis ketika mendengar informasi tentang Yesus dari Filipus, tetapi sekarang, setelah berjumpa dengan Yesus, sikapnya berubah, dari sikap yang tidak peduli (skeptis) menjadi sikap yang ingin tahu, dan ini merupakan tanda awal kepercayaannya kepada Yesus. Lalu, Yesus pun memberitahu bagaimana Dia mengenal Natanael, bahwa “sebelum Filipus memanggil dia, Yesus telah melihatnya di bawah pohon ara” (ay. 48b). Kata-kata Yesus ini merupakan pengantar pada hal besar yang hendak Dia sampaikan nanti kepada Natanael di ayat 51. Yesus telah melihat Natanael sebelum Filipus memanggil dia, padahal Natanael merasa belum pernah bertemu dengan Yesus sebelumnya. Ini sungguh luar biasa, suatu kemampuan supernatural yang (dalam pandangan Natanael) tidak mungkin dimiliki oleh manusia biasa. Tetapi, inti perkataan Yesus bukan di sini; pesan pentingnya bukan pada tema tentang Yesus (telah) melihat/mengenal Natanael (sebelum Filipus memanggilnya). Sekali lagi, kata-kata Yesus ini merupakan pengantar kepada berita eskatologis yang amat besar di ayat 51 nanti.

Ketakjuban Natanael atas ‘kemampuan supernatural’ Yesus yang telah melihatnya di bawah pohon ara, semakin menguatkan sikapnya yang sudah berubah tadi, dan kini dia sampai pada pengakuan atas diri Yesus: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!” (ay. 49). Di sini, Natanael menyebutkan tiga gelar Yesus sekaligus: Rabi, Anak Allah, dan Raja. Sebelumnya, Andreas telah menyebutkan gelar Yesus sebagai Mesias (Yoh. 1:41). Gelar-gelar Yesus ini memiliki sejarah dan dimensi teologis yang amat panjang, dan sulit untuk menguraikannya di sini. Intinya adalah bahwa perjumpaan dengan Yesus telah mengubahkan sikap Natanael, dan perubahan sikap itu telah menggiringnya pada kepercayaan dan pengakuan akan Yesus berasal dari Allah.

Yesus pun ‘mengoreksi’ dasar kepercayaan Natanael, yang tampaknya masih ‘terpesona’ atas kemampuan supernatural Yesus yang telah melihatnya di bawah pohon ara (lih. ay. 50a). Menurut Yesus, tidaklah baik kalau percaya kepada-Nya karena sesuatu yang tampaknya ‘menakjubkan’ (mukjizat). Itu bukanlah inti dari iman, itu bukan ukuran iman, dan itu bukan orientasi iman. Maka, Yesus mengatakan bahwa akan ada hal-hal yang lebih besar dari sekadar hal-hal supernatural tadi. Itulah yang Dia tegaskan di ayat 51: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” Kata-kata Yesus ini ada hubungannya dengan mimpi Yakub, yang melihat sebuah tangga yang didirikan di bumi dan ujungnya sampai di langit, dan tampak malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu (Kej. 28:12). Yesus memaknai baru mimpi Yakub tersebut, dan mengarahkannya secara eskatologis kepada diri-Nya. Di sini pun Yesus menyebut gelar “Anak Manusia”, yang dapat dibaca dalam Daniel 7:13-14, di mana Anak Manusia diberikan “kekuasaan dan kemuliaan dan kerajaan” dan “suatu kekuasaan yang kekal yang tidak akan berlalu.” Artinya, hal yang terpenting adalah bahwa dengan iman kita akan melihat pemuliaan Yesus sendiri, para malaikat pun melayani Dia. Pada satu sisi, Yesus adalah sosok yang rendah hati sampai mati di kayu salib, tetapi pada sisi lain Dia kemudian dimuliakan, dan makhluk-makhluk surgawi pun menyembah Dia.

Jadi, perjumpaan dengan Yesus sesungguhnya dapat mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik; lebih percaya pada hal-hal yang jauh lebih substansial. Kita berjumpa dengan Yesus, bahkan Dia selalu menyertai kita. Kita pun percaya kepada-Nya, yakin akan hal-hal besar yang akan kita lihat menuju pada pemuliaan Yesus.

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...