Sunday, October 22, 2017

Memuji dan Memuliakan TUHAN (Mazmur 96:1-9)



Rancangan Khotbah Minggu, 22 Oktober 2017

Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

Teks atau mazmur Daud pada masa-masa awal pemerintahannya ini dimunculkan/digaungkan/dinyanyikan kembali ketika bangsa Israel berada di pembuangan, berada di tengah-tengah bangsa lain yang juga memiliki allah mereka sendiri. Tentu saja, pengaruh ilah-ilah bangsa lain ini amat kuat, dan kita tahu kalau bangsa Israel adalah bangsa yang mudah tergoda untuk menyembah allah lain. Maka, nas firman Tuhan pada hari ini merupakan ajakan atau panggilan kepada semua orang (terutama bangsa Israel) untuk (tetap) memuji Tuhan, untuk menyembah-Nya, dan untuk memuliakan Dia, sebagai Allah yang Agung  dan Mulia (ayat 1-9), sebab Allah Israel itu adalah Allah di atas segala allah bangsa-bangsa lain tersebut. Artinya, umat Tuhan, dan segenap umat manusia, orang-orang percaya, haruslah tetap memuji dan memuliakan Tuhan sekalipun berada di tengah-tengah bangsa yang mengilahkan allah lain, sekalipun berada di tengah-tengah masyarakat yang mungkin saja tidak percaya/takut akan Tuhan, sekalipun berada di tengah-tengah orang yang mencemooh Tuhan; umat Tuhan tidak boleh terpengaruh, harus tetap mampu mempertahankan imannya, iman yang hanya memuji dan memuliakan TUHAN Allah saja.

Pertanyaannya ialah bagaimana kita memuji dan memuliakan Tuhan yang benar menurut teks ini?
1.    Dengan lagu atau bernyanyi (ay. 1-2).
Ajakan ini jelas terbaca di ayat 1 dan 2, bahkan segenap bumi pun diajak untuk bernyanyi memuji nama TUHAN, untuk mengabarkan keselamatan yang dari pada-Nya. Artinya, nyanyian bukanlah sekadar nyanyian, tetapi ia menjadi alat/media bagi kita untuk mengaku dan menyaksikan kemuliaan TUHAN.

2.    Dengan bercerita (ay. 3).
Ajakan ini dapat terbaca di ayat 3, menceritakan, declare, umumkan, bagikan (sharing), nyatakan bahwa Dia adalah Allah yang benar, Allah yang patut disembah; berilah kesaksian tentang kemuliaan-Nya itu.

Tetapi, apa yang biasanya kita ceritakan, kita sharing-kan, kita beritakan kalau bertemu satu dengan yang lain? Apa yang biasanya saling diceritakan ibu-ibu kalau bertemu? Ngerumpi, bukan? Masalah arisan melulu … Apa juga yang biasanya diceritakan bapak-bapak kalau bertemu? Usaha/bisnis, bukan? Ini tidak salah-salah amat sih, namun mestinya pertemuan itu diarahkan untuk kemuliaan TUHAN.

Apa yang biasanya diceritakan orang-orang di media sosialnya? Beraneka ragam, bukan? Kadang-kadang ada yang menceritakan sesuatu dengan bahasa-bahasa yang kasar, kata-kata kotor, menghina, memfitnah, dll. Apa yang biasanya dibagikan orang-orang di medsos hingga menjadi viral? Berita palsu (hoax), bukan? Mestinya, medsos menjadi media bagi kita untuk mengaku dan menyaksikan kemuliaan TUHAN, tentu dengan bahasa-bahasa yang tidak terlalu vulgar.

3.    Dengan ibadah (ay. 7-9)
Ajakan ‘beribadah’ ini terungkap di ayat 7-9, ajakan untuk datang menyembah dan memuliakan TUHAN. Membawa persembahan, masuk ke pelataran, dan sujud menyembah TUHAN menunjukkan pentingnya ibadah atau persekutuan bersama untuk memuji Allah.

Dalam berita “Oikumene” yang diterbitkan oleh PGI pada bulan September 2017 (bulan lalu), ada informasi yang cukup memprihatinkan. Di Inggris, dilaporkan bahwa 10 gereja ditutup setiap tahunnya, bukan karena ada masyarakat yang melakukan demo, bukan karena belum ada IMB, melainkan karena tidak ada lagi warga jemaat yang mau datang beribadah di gereja itu. Diperkirakan, dalam waktu 10 tahun, akan ada sekitar 110 gereja di Inggris ditutup. Tentu, ada berbagai faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, namun fenomena tersebut sekaligus menunjukkan bahwa orang-orang zaman sekarang sudah semakin tidak peduli dengan persekutuan, dengan ibadah kepada TUHAN, apalagi kalau hidupnya semakin mapan.

Fenomena ini nampaknya terjadi juga di Indonesia, dimana warga jemaat semakin sedikit yang datang bersekutu untuk memuji dan memuliakan TUHAN, apalagi dengan semakin maraknya siaran keagamaan melalui radio atau televisi. Orang tinggal duduk tenang/santai di rumah sambil mendengarkan khotbah di radio/televisi, dan tidak mau datang ke gereja untuk bersekutu.

Nah, firman Tuhan pada hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk tetap datang ke hadirat TUHAN, memuji dan memuliakan-Nya, membawa persembahan, masuk pelataran, dan sujud menyembah-Nya.

Pertanyaan berikutnya ialah mengapa kita mesti memuji Dia, untuk apa kita memuliakan Dia?
1.    Sebab Dia Mahabesar dan Mahadahsyat (ay. 4), jadi patut ditakuti, patut dihormati, patut disembah dan dimuliakan.
2.   Sebab Dialah Allah Pencipta, dan segala allah lain tidak berdaya menghadapi-Nya (ay. 5).
3.   Sebab Dia hebat, agung, dan memiliki kekuasaan serta kekuatan yang tiada taranya (ay. 6).




[1] Khotbah Minggu, 22-10-2017 di GKPI Jatinegara.

Saturday, October 7, 2017

Ketika Umat Pilihan TUHAN Mengecewakan Allah (Yesaya 5:1-7)



Memahami Teks Yesaya 5:1-7 (Bahan Khotbah Minggu, 08 Oktober 2017)
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, M.Si
Yesaya, seperti penyanyi lagu rakyat, menyanyikan sebuah perumpamaan tentang kebun anggur yang membandingkan Israel dengan kebun anggur yang telah ditanam oleh TUHAN, dimana Ia berharap dapat menerima buahnya. Pendengar asli nabi Yesaya tidak menyadari apa yang dimaksud dengan lagu ini pada bagian awalnya. Kedengaran pada mulanya seperti lagu pernikahan bahagia, tetapi ternyata kemudian menjadi nyanyian pemakaman yang mengumumkan kematian Israel. Lagu kiasan ini hanyalah bagian pertama dari satu kesatuan pesan Yesaya pada pasal ini. Lagunya mengalir menjadi khotbah. Ini adalah nyanyian yang pertama dari beberapa lagu dalam Yesaya (lih. pasal 12, 35; 54:1-10). Yesaya membiarkan pendengarnya untuk menilai diri sendiri, sama seperti ketika nabi Natan menegur raja Daud melalui sebuah perumpamaan dimana pada akhirnya Daud sendiri yang secara tidak sadar menentukan jenis hukuman atas dirinya (2 Sam. 12:1-7).

Anggur Terbaik yang Berbuahkan Anggur Asam (5:1-2)
Yesaya menyanyikan sebuah lagu yang disebutnya sebagai “nyanyian tentang kekasihnya”, yaitu nyanyian tentang kebun anggur. Yesaya menggambarkan bagaimana pemilik kebun anggur ini benar-benar melakukan persiapan yang cermat supaya kebun anggur itu dapat menghasilkan buah-buah yang baik. Ia memagar kebun anggurnya dan membangun menara jaga serta lobang tempat memeras anggur di dalamnya, menunjukkan bahwa dia ingin mendapatkan hasilnya untuk waktu yang lama, dia ingin memuaskan dirinya dengan hasil usahanya terhadap kebun anggurnya itu. Namun sayang sekali, semua karyanya itu sia-sia; anggur yang dianggap terbaik itu justru mengecewakan Dia. Disebutkan bahwa kebun itu ternyata menghasilkan buah anggur yang asam. Buah anggur yang asam seperti ini biasanya terdapat di hutan belantara, tidak terurus, tidak terawat, atau dengan kata lain anggur liar. Di ayat 7 ditegaskan bahwa kebun anggur TUHAN yang dimaksud dalam teks ini adalah kaum Israel, dan tanaman-tanaman kegemaran-Nya adalah orang Yehuda, sedangkan pemilik kebun anggur itu adalah TUHAN. Nyanyian perumpamaan ini hendak menggambarkan bagaimana bangsa Israel dan Yehuda telah dipelihara oleh TUHAN Allah, bahkan sejak zaman leluhur mereka, sayang sekali mereka justru menghasilkan buah-buah yang mengecewakan Allah. Ibarat pepatah “air susu dibalas dengan air tuba”, atau “ibarat kacang lupa akan kulitnya”. Hal ini jelas terlihat misalnya di Yesaya 1:3 “Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya.”

Kekecewaan Pemilik Kebun Anggur (5:3-4)
Yesaya selanjutnya mengimbau pendengarnya, penduduk Yerusalem dan Yehuda, berbicara dengan Allah mereka yang baik dan tercinta. Dia meminta pendapat mereka. Apatah lagi yang bisa dia lakukan untuk memastikan bahwa tanaman itu menghasilkan sesuatu yang baik? Mengapatanaman-tanaman kegemarannya itu justru menghasilkanbuah anggur yang asam? Dengan melihat usaha yang telah dilakukan sepenuhnya oleh sang pemilik kebun ini sebelumnya (ay1-2), maka pertanyaannya itu mungkin hanya bisa dijawab: “Engkau tidak bisa berbuat lebih dari apa yang telah Kau lakukan,” dan:“Letak kesalahan, sumber kekecewaan bukan lagi Engkau, melainkan anggur itu sendiri”. Mengharapkan sesuatu hasil yang baik setelah melakukan segala sesuatu yang terbaik sangatlah wajar, dan ketika hasil yang didapatkan justru kebalikannya, maka akan sangat mengecewakan. Itulah yang terjadi kepada TUHAN Allah, kekecewaan yang luar biasa ketika Dia sudah melakukan segala sesuatu dalam pemeliharaan umat-Nya Israel, tetapi umat-Nya itu justru menghasilkan buah-buah kelaliman; sungguh sangat mengecewakan.

Tindakan terhadap Anggur yang Mengecewakan (5:5-6)
Apakah anggur yang mengecewakan ini dibiarkan begitu saja dalam keasamannya? Tidak! Dijelaskan kemudian apa yang akan dilakukan oleh sang pemilik bagi kebun anggurnya yang mengecewakan itu. Dia akan berhenti melindunginya dan membiarkannya serta menyerahkannya kepada musuh-musuhnya. Dia tidak akan menempatkan lagi pekerja di dalamnya dan bahkan dia akan berhenti menyediakan kebutuhan kebun itu sehingga tidak bisa lagi berkembang. Dia malah akan mendorongnya jatuh ke dalam kehancuran. Hal ini sejajar dengan pengamatan nabi Yehezkiel, yaitu bahwa jika pohon anggur tidak menghasilkan buah, maka lebih baik ia dibuang karena tidak ada artinya lagi (Yeh 15: 2-5; bnd. Yohanes 15:6). Itulah yang terjadi dengan bangsa Israel dan Yehuda beberapa tahun kemudian, mereka dibiarkan oleh Allah jatuh ke tangan musuh-musuhnya, hidup dalam ketidaktenteraman, kehancuran dan perpecahan di mana-mana (3:25), sampai kejatuhan Samaria pada tahun 722 SZB hingga mereka dibuang ke Babel.

Umat TUHAN yang Mengecewakan (5:7 )
Walaupun mungkin terdengar mengejutkan bagi para pendengarnya (yaitu bangsa Israel), namun ayat ini secara terang benderang menyebutkan apa dan siapa yang dimaksud oleh Yesaya dalam nyanyian perumpamaannya tersebut. Kekasihnya dan pemilik kebun anggur itu adalah TUHAN semesta alam; kebun anggur itu Israel, dan Yehuda adalah tanaman-tanaman kegemarannya.

Buah yang baik yang dicari Tuhan adalah keadilan (meluruskan yang salah; Ibr. mishpat) dan kebenaran (relasi yang benar; Ibr. tsedaqah), tetapi buah yang dihasilkan justru buah yang tidak baik, yaitu kelaliman atau penindasan (mengakibatkan kesalahan, Ibr. mispakh) dan keonaran atau kekerasan (hubungan yang salah, Ibr. Tse’aqah, lih. Yes. 60:21; 61:3). Yesaya dengan sengaja mengkontraskan ini dengan kuat, supaya umat TUHAN langsung membandingkannya. Diharapkan mishpat, Allah justru mendapatkan mispakh, dan mengharapkan tsedaqah, tetapi Dia menerima tse’aqah. Buah-buah keburukan ini dengan jelas dapat dibaca dalam Yesaya 1:23, bnd. 3:15

Itulah gambaran dari umat Israel pada zaman Yesaya ini, sungguh-sungguh mengecewakan TUHAN Allah. Walaupun nyanyian perumpamaan ini mengecewakan para pendengar awalnya yaitu bangsa Israel dan Yehuda, tetapi Yesaya justru hendak menegaskan betapa kecewanya Allah atas tindak-tanduk mereka yang tidak mencerminkan umat pilihan Allah, tidak menghasilkan buah-buah umat yang telah dipelihara oleh Allah dari generasi ke generasi. 

Selamat berefleksi ...

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...