Sunday, February 14, 2021

Menjadi Pelayan dan Jemaat Tuhan yang Setia (2 Korintus 4:1-6)

Khotbah Minggu, 14 Februari 2021
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo


1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.
2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.
3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.
6 Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

Apakah semua hal yang baik dan benar diterima dengan hati yang tulus dan terbuka oleh setiap orang? Belum tentu! Apakah semua berita baik diterima dengan sukacita oleh setiap orang? Belum tentu! Apakah semua pekerjaan yang baik dan benar dapat dilakukan oleh setiap orang? Belum tentu? Apakah semua orang dapat melihat secara positif hal/peristiwa yang terjadi di sekitarnya? Belum tentu!

Ada banyak contoh nyata tentang hal yang baik dan benar yang belum tentu diterima dan dilakukan oleh setiap orang. Orangtua menyampaikan nasihat kepada anak-anaknya misalnya, untuk kebaikan anak tersebut. Tetapi, tidak semua anak mau mendengarkan dan melakukan nasihat itu; malah ada yang mengolok-olok orangtuanya yang menasihatinya. Demikian juga dengan didikan guru atau dosen yang mengarahkan anak didiknya ke arah yang lebih baik, ada yang mematuhinya, tetapi ada juga yang tidak, bahkan ada yang mempermainkan guru/dosennya. Pemberitaan firman Tuhan oleh para pelayan, ada yang merenungkan dan melakukannya dengan sepenuh hati, tetapi banyak juga yang malah menertawakannya. Atau, hari ini misalnya, valentine’s day, hari kasih sayang, apakah semua orang sungguh-sungguh mengasihi/menyayangi sesamanya? Belum tentu!

Fenomena seperti ini juga terjadi kepada Rasul Paulus, ketika dia memberitakan berita Injil kepada orang-orang Korintus. Ada sejumlah pihak di Korintus yang tidak menerima dengan baik pengajaran Paulus, bahkan sejumlah pengacau Yahudi yang justru memprovokasi jemaat untuk melawan Paulus (2 Kor. 11:22-23). Ketika Paulus mendatangi kembali Korintus (2 Kor. 2:1; 12:14; 13:1), dia tidak diterima dengan baik oleh jemaat, malah ada di antara mereka yang menghina dia (2 Kor. 2:5; 7:12). Orang-orang Korintus memang terkenal sebagai orang-orang yang rewel dan keras kepala. Mereka sulit diatur, apalagi dengan adanya provokasi atau pengaruh negatif dari beberapa orang Yahudi yang memang sengaja mengacaukan jemaat pada waktu itu. Orang-orang ini mempertanyakan kerasulan Paulus. Ada banyak faktor yang membuat mereka melawan Paulus dan tidak menerima ajarannya tentang Injil Kristus. Faktor utama adalah karena Injil yang diberitakan oleh Paulus telah mengganggu kepentingan dan hasrat duniawi mereka.

Itulah sebabnya Paulus menegaskan bahwa pelayanan pemberitaan Injil yang dia lakukan terjadi karena kemurahan Allah saja, bukan karena keinginannya sendiri. Artinya, Paulus tidak memiliki motivasi dan tujuan duniawi dalam pemberitaan Injil seperti yang dituduhkan selama ini. Paulus tidak pernah melakukan pelayanan dengan motivasi dan tujuan duniawi yang hina itu. Paulus yakin penuh bahwa pelayanan yang dilakukannya itu bersumber dari Allah dan ditujukan untuk kemuliaan-Nya. Pelayanan Paulus tersebut sebenarnya dapat mendatangkan sukacita keselamatan bagi mereka yang dengan tulus percaya kepada Kristus dan mau dengan rendah hati menerima serta melaksanakan pengajaran Injil Kristus itu.

Tetapi, berita sukacita tersebut sulit diterima oleh orang-orang yang masih rewel, keras kepala, dan malah menjadi provokator di tengah-tengah jemaat. Mereka selalu mencari-cari alasan untuk melawan dan menentang kebaikan. Jadi, tidak semua orang menerima dengan hati yang terbuka hal-hal atau berita yang sebenarnya baik dan benar itu. Walaupun demikian, Paulus tetap setia dalam pelayanan Tuhan. Tantangan dan hinaan yang dia terima tidak melemahkan semangatnya dalam pelayanan Tuhan. Dia tetap setia apa pun yang terjadi. Dia tetap memberitakan Injil walaupun ada orang yang malah mengolok-oloknya. Paulus adalah salah seorang pelayan Tuhan yang setia, teladan bagi kita untuk tetap setia dalam pelayanan Tuhan di tengah-tengah era yang memprihatinkan ini.

Kita harus menyadari bahwa tidak semua orang mau menerima dengan baik pemberitaan Injil. Kita harus menyadari bahwa tidak semua orang senang dengan diri kita. Kita tidak pernah mampu menyenangkan hati semua orang, sebab selalu saja ada orang yang tidak berterima dengan hal-hal yang sebenarnya baik. Menurut Paulus, orang-orang yang tidak mau menerima hal-hal yang baik, akan binasa (4:3). Paulus menegaskan bahwa sekalipun Injil itu pada dasarnya menjadi berita keselamatan, berita sukacita, berita terang dalam kegelapan, dan sumber berkat bagi para pendengarnya, tetapi bisa saja tidak dinikmati karena tidak semua orang mau menerimanya dengan penuh keterbukaan dan kerendahan hati. Salah satu faktor yang membuat manusia tidak menikmati sukacita Injil adalah karena mereka telah terjebak dan terjerat dalam lilitan ilah zaman, yaitu lilitan yang tampaknya sangat menarik, sangat menjanjikan, sangat menyenangkan, tetapi sesungguhnya dapat membutakan mata dan pikiran, bahkan dapat membawa manusia ke dalam kebinasaan. Lilitan zaman inilah juga yang menghalangi pemandangan manusia hingga saat ini sehingga banyak orang yang tidak mampu lagi melihat dengan jelas cahaya kemuliaan Allah. Banyak orang yang setiap hari lebih banyak melihat cahaya malapetaka, cahaya kemunafikan, cahaya kebobrokan, cahaya kerewelan dan kekerasan kepala, cahaya kekacauan, dan mungkin saja cahaya para provokator, seperti di jemaat Korintus tadi.

Oleh sebab itu, perlu menjernihkan hari dan pikiran untuk mampu menerima hal-hal yang baik dan benar. Perlu mengembangkan pola pikir positif untuk mampu melihat dengan jernih berbagai hal atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita.

“Melihatlah dengan jernih!”

Apa yang kita lihat dalam diri orang lain, bahkan dalam diri sendiri, tergantung pada kejernihan jendela yang melaluinya kita melihat mereka. Demikian juga dengan “keselamatan” yang dari Tuhan. Banyak orang yang gagal melihat, mengalami, dan merasakan keselamatan itu, karena “jendela hatinya” yang masih belum bersih.

Berita Injil Kristus, keselamatan dan sukacita yang sesungguhnya telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Ketika “jendela hati” kita masih “berdebu”, penuh dengan berbagai kotoran duniawi, telah ditutupi oleh berbagai ilah zaman, maka percayalah kita akan kesulitan melihat dengan jernih berita Injil itu, seolah-olah keselamatan yang dari Tuhan tersebut tersembunyi bagi kita. Tentu ada banyak bentuk dan wujud dari ilah zaman ini yang dapat membutakan mata dan pikiran kita, mulai dari keinginan individu dan golongan, kepentingan parsial, kebutuhan “ni’ila hörö ibabaya tanga”, gaya hidup glamor, pola hidup yang sangat modern, kebebasan yang kebablasan, dan berbagai keinginan duniawi lainnya. Ada banyak “new idol” dalam kehidupan kita dewasa ini! Hal inilah semua yang dapat menghalangi kita dalam penerimaan berita Injil Kristus, sehingga sukacita dan keselamatan itu menjadi tersembunyi bagi banyak orang. Ketika “jendela hati” kita sudah bersih, maka kita akan mampu menerima dengan baik berita Injil yang menyelamatkan itu. Ketika “jendela hati” kita sudah jernih, maka kita akan menjadi warga jemaat yang setia di tengah-tengah ketidaksetiaan dunia ini.

--- selamat berefleksi ---

Saturday, February 6, 2021

Allah Kekuatan Kita (Yesaya 40:27-31)

Khotbah Minggu, 07 Februari 2021
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo


27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”
28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.
29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.


Kitab Yesaya berpusat pada pembuangan di Babilonia. Kitab Yesaya memperjelas bahwa Nebukadnezar merupakan alat bagi TUHAN untuk menghukum orang-orang Yahudi atas dosa-dosa mereka, dan kemudian Koresy akan menjadi alat bagi-Nya untuk membebaskan mereka — untuk menebus mereka.

Teks khotbah hari ini menggambarkan kondisi psiko-spiritual orang-orang Yahudi di pembuangan yang amat tertekan, amat memprihatinkan. Mereka mengalami masa-masa sulit di Babilonia, diperbudak, dan dalam banyak aspek tidak menikmati kebebasan. Pada satu sisi, mereka membutuhkan dorongan, penghiburan dan kepastian. Pada saat-saat kelam yang dipenuhi oleh keputusasaan di Babilonia, ketika bertemu dengan kekecewaan dan berhadapan langsung dengan godaan - sisa-sisa bangsa Yahudi yang setia itu membutuhkan harapan dan penghiburan. Pada sisi lain, karena beban hidup yang semakin besar di pembuangan, suara keputusasaan terdengar. Sayup-sayup terdengar keraguan akan kekuasaan Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak tahu situasi sulit mereka.

Tetapi, pada teks renungan hari ini, abdi Tuhan mengungkapkan kebenaran hakiki tentang Allah, kebenaran yang berbeda dari anggapan umat Tuhan yang mengalami tekanan psiko-spiritual tadi. Ada beberapa kebenaran tentagn Allah dalam ayat-ayat ini, yakni Allah tahu, Allah mampu, dan Allah ada/hadir bagi mereka.

Allah tahu situasi umat-Nya. Itulah kebenaran pertama yang terungkap dalam teks ini. Tuhan sungguh-sungguh tahu kondisi umat-Nya, tahu apa saja yang menimpa mereka. Tuhan tahu bahwa kekuatan umat-Nya semakin berkurang menghapi situasi sulit di pembuangan, tetapi Allah sendiri tidak pernah lelah dan lesu, Dia tahu kapan dan bagaimana tepatnya menolong orang-orang yang hatinya sedang ‘gegana’ (gelisah, galau, merana) di pembuangan dan di mana pun juga. Tuhan tahu situasi umat-Nya, Dia tidak melupakan umat-Nya sama sekali seperti anggapan mereka, Dia tahu apa saja yang menjadi hak orang-orang yang dikasihi-Nya.

Pertanyaan umat Tuhan di ayat 27, memberi kesan seolah-olah hidup mereka (yang sedang tertindas di pembuangan) tidak diketahui oleh Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak peduli atas hak hidup mereka. Tetapi, itu anggapan yang keliru, anggapan yang salah. Kekeliruan seperti itu terjadi karena kondisi psiko-spiritual yang sedang goncang, Tuhan pun disalahpahami. Teks ini menegaskan bahwa Tuhan tahu, bahkan sangat tahu situasi umat-Nya. Tuhan sedang memperhatikan dengan penuh kesungguhan situasi atau pergumulan umat-Nya, dan Dia sedang mempersiapkan upaya pembebasan mereka.

Allah pun mampu menolong umat-Nya, tidak sekadar tahu situasi mereka. Tuhan adalah Allah yang tidak pernah lelah dan lesu, Allah yang tidak mungkin letih dan loyo. Dia memiliki kekuatan untuk menolong umat-Nya. Terlalu kecillah bagi Tuhan membebaskan uamt-Nya di pembuangan, sebab Dia sendiri telah mampu menciptakan bumi dari ujung ke ujung. Tidak ada yang teramat sulit untuk membawa pulang orang-orang Yahudi ke Yerusalem, Tuhan memiliki kemampuan untuk itu. Tuhan adalah Allah yang membebaskan.

Manusia boleh saja mengalami keletihan dan kelelahan, apalagi dengan beban hidup yang semakin berat. Tetapi, Allah tidak lelah, Dia memiliki kuasa yang seringkali tidak bisa dipahami oleh manusia. Kalau pertolongan Allah seolah-olah terlambat datang, atau belum muncul, itu bukan berarti bahwa Allah sudah lelah, atau telah tertidur. Cara dan waktu Allah menolong umat-Nya, seringkali tak terselami oleh pikiran manusia yang amat terbatas.

Terakhir, Allah tidak sekadar tahu situasi umat-Nya yang berada dalam kesulitan dan tekanan hidup, dan tidak sekadar memiliki kemampuan untuk menolong mereka. Dia tahu, Dia mampu, dan Dia pun hadir (tersedia) bagi umat-Nya. Itulah maksud dari ayat 29 “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”. Tanda kehadiran Allah adalah dengan memberi kekuatan dan semangat bagi orang-orang yang lelah-letih-lesu karena berbagai beban/tekanan hidup yang menghimpit. Allah hadir membarui kekuatan orang-orang yang setiap menanti-Nya.

Informasi tentang pembebasan orang-orang Yahudi untuk kembali ke tanah mereka tentu saja merupakan suatu sukacita bagi mereka. Tetapi, perjalanan pulang dari Babilonia ke Yerusalem cukup jauh dan melelahkan. Namun demikian, Tuhan memastikan kepada mereka bahwa Dia akan memberikan kekuatan dan semangat baru bagi umat-Nya. Dua ayat terakhir menegaskan hal itu: “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:30-31).

Allah tahu situasi kita masing-masing, tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Allah tahu situasi hati kita yang mungkin saja remuk, Dia sungguh tahu kalau kita kelelahan dan hampir menyerah atas berbagai tantangan hidup. Seperti kutipan suatu nyanyian “Banyak Perkara”: Allah mengerti, Allah peduli, segala persoalan yang kita hadapi; tak akan pernah dibiarkan-Nya, kubergumul sendiri, s’bab Allah mengerti”. Allah tahu dan mengerti situasi kita, dan Dia mampu menolong kita. Allah pun selalu tersedia bagi kita, Dia selalu memperbarui kekuatan kita yang mungkin saja melemah karena begitu banyaknya persoalan hidup. Kita diminta untuk tetap setia menanti pertolongan TUHAN. Kita harus percaya kepada-Nya, dengan komitmen ketaatan.

--- selamat berefleksi ---

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...