Saturday, February 6, 2021

Allah Kekuatan Kita (Yesaya 40:27-31)

Khotbah Minggu, 07 Februari 2021
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo


27 Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?”
28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.
29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.
30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,
31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.


Kitab Yesaya berpusat pada pembuangan di Babilonia. Kitab Yesaya memperjelas bahwa Nebukadnezar merupakan alat bagi TUHAN untuk menghukum orang-orang Yahudi atas dosa-dosa mereka, dan kemudian Koresy akan menjadi alat bagi-Nya untuk membebaskan mereka — untuk menebus mereka.

Teks khotbah hari ini menggambarkan kondisi psiko-spiritual orang-orang Yahudi di pembuangan yang amat tertekan, amat memprihatinkan. Mereka mengalami masa-masa sulit di Babilonia, diperbudak, dan dalam banyak aspek tidak menikmati kebebasan. Pada satu sisi, mereka membutuhkan dorongan, penghiburan dan kepastian. Pada saat-saat kelam yang dipenuhi oleh keputusasaan di Babilonia, ketika bertemu dengan kekecewaan dan berhadapan langsung dengan godaan - sisa-sisa bangsa Yahudi yang setia itu membutuhkan harapan dan penghiburan. Pada sisi lain, karena beban hidup yang semakin besar di pembuangan, suara keputusasaan terdengar. Sayup-sayup terdengar keraguan akan kekuasaan Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak tahu situasi sulit mereka.

Tetapi, pada teks renungan hari ini, abdi Tuhan mengungkapkan kebenaran hakiki tentang Allah, kebenaran yang berbeda dari anggapan umat Tuhan yang mengalami tekanan psiko-spiritual tadi. Ada beberapa kebenaran tentagn Allah dalam ayat-ayat ini, yakni Allah tahu, Allah mampu, dan Allah ada/hadir bagi mereka.

Allah tahu situasi umat-Nya. Itulah kebenaran pertama yang terungkap dalam teks ini. Tuhan sungguh-sungguh tahu kondisi umat-Nya, tahu apa saja yang menimpa mereka. Tuhan tahu bahwa kekuatan umat-Nya semakin berkurang menghapi situasi sulit di pembuangan, tetapi Allah sendiri tidak pernah lelah dan lesu, Dia tahu kapan dan bagaimana tepatnya menolong orang-orang yang hatinya sedang ‘gegana’ (gelisah, galau, merana) di pembuangan dan di mana pun juga. Tuhan tahu situasi umat-Nya, Dia tidak melupakan umat-Nya sama sekali seperti anggapan mereka, Dia tahu apa saja yang menjadi hak orang-orang yang dikasihi-Nya.

Pertanyaan umat Tuhan di ayat 27, memberi kesan seolah-olah hidup mereka (yang sedang tertindas di pembuangan) tidak diketahui oleh Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak peduli atas hak hidup mereka. Tetapi, itu anggapan yang keliru, anggapan yang salah. Kekeliruan seperti itu terjadi karena kondisi psiko-spiritual yang sedang goncang, Tuhan pun disalahpahami. Teks ini menegaskan bahwa Tuhan tahu, bahkan sangat tahu situasi umat-Nya. Tuhan sedang memperhatikan dengan penuh kesungguhan situasi atau pergumulan umat-Nya, dan Dia sedang mempersiapkan upaya pembebasan mereka.

Allah pun mampu menolong umat-Nya, tidak sekadar tahu situasi mereka. Tuhan adalah Allah yang tidak pernah lelah dan lesu, Allah yang tidak mungkin letih dan loyo. Dia memiliki kekuatan untuk menolong umat-Nya. Terlalu kecillah bagi Tuhan membebaskan uamt-Nya di pembuangan, sebab Dia sendiri telah mampu menciptakan bumi dari ujung ke ujung. Tidak ada yang teramat sulit untuk membawa pulang orang-orang Yahudi ke Yerusalem, Tuhan memiliki kemampuan untuk itu. Tuhan adalah Allah yang membebaskan.

Manusia boleh saja mengalami keletihan dan kelelahan, apalagi dengan beban hidup yang semakin berat. Tetapi, Allah tidak lelah, Dia memiliki kuasa yang seringkali tidak bisa dipahami oleh manusia. Kalau pertolongan Allah seolah-olah terlambat datang, atau belum muncul, itu bukan berarti bahwa Allah sudah lelah, atau telah tertidur. Cara dan waktu Allah menolong umat-Nya, seringkali tak terselami oleh pikiran manusia yang amat terbatas.

Terakhir, Allah tidak sekadar tahu situasi umat-Nya yang berada dalam kesulitan dan tekanan hidup, dan tidak sekadar memiliki kemampuan untuk menolong mereka. Dia tahu, Dia mampu, dan Dia pun hadir (tersedia) bagi umat-Nya. Itulah maksud dari ayat 29 “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”. Tanda kehadiran Allah adalah dengan memberi kekuatan dan semangat bagi orang-orang yang lelah-letih-lesu karena berbagai beban/tekanan hidup yang menghimpit. Allah hadir membarui kekuatan orang-orang yang setiap menanti-Nya.

Informasi tentang pembebasan orang-orang Yahudi untuk kembali ke tanah mereka tentu saja merupakan suatu sukacita bagi mereka. Tetapi, perjalanan pulang dari Babilonia ke Yerusalem cukup jauh dan melelahkan. Namun demikian, Tuhan memastikan kepada mereka bahwa Dia akan memberikan kekuatan dan semangat baru bagi umat-Nya. Dua ayat terakhir menegaskan hal itu: “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes. 40:30-31).

Allah tahu situasi kita masing-masing, tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Allah tahu situasi hati kita yang mungkin saja remuk, Dia sungguh tahu kalau kita kelelahan dan hampir menyerah atas berbagai tantangan hidup. Seperti kutipan suatu nyanyian “Banyak Perkara”: Allah mengerti, Allah peduli, segala persoalan yang kita hadapi; tak akan pernah dibiarkan-Nya, kubergumul sendiri, s’bab Allah mengerti”. Allah tahu dan mengerti situasi kita, dan Dia mampu menolong kita. Allah pun selalu tersedia bagi kita, Dia selalu memperbarui kekuatan kita yang mungkin saja melemah karena begitu banyaknya persoalan hidup. Kita diminta untuk tetap setia menanti pertolongan TUHAN. Kita harus percaya kepada-Nya, dengan komitmen ketaatan.

--- selamat berefleksi ---

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...