Saturday, May 30, 2015

Proyeksi (Projection)

Saya teringat dengan diskusi-diskusi di kelas pastoral dulu, terutama ketika membahas teori-teori Sigmund Freud. Kebetulan saya membaca kembali bukunya "On the Defense Neuropsychoses". Ada bagian yang menarik dalam tulisannya itu, yaitu tentang "projection". Dalam bukunya tersebut Freud mengelaborasi konsep proyeksi (projection) sebagai suatu proses pemetaan (pelampiasan ke luar) dorongan-dorongan, perasaan-perasaan dan sentimen-sentimen seseorang kepada orang lain atau ke dunia luar, sebagai proses yang bersifat defensif, dimana orang yang bersangkutan tidak menyadari munculnya gejala yang di luar kehendaknya (undesireable phenomena).

Dalam bahasa yang lebih sederhana, Kartini Kartono menyebutkan bahwa proyeksi merupakan suatu usaha mensifatkan, melemparkan (memproyeksikan) sifat, pikiran dan harapan yang negatif, juga kelemahan dan sikap sendiri yang keliru kepada orang lain. Proyeksi ini merupakan bagian dari usaha mempertahankan diri (self-defense mechanism) dengan cara mengalihkan atau memindahkan penyebab kegagalan atau tidak tercapainya suatu keinginan kepada luar dirinya bisa berupa orang lain, benda, situasi bahkan hal-hal yang bersifat supranatural.

Saturday, May 23, 2015

Roh Kudus Menghasilkan Pertobatan yang Sesungguhnya (Kis. 2:22-38 -- Kis. 2:14-41)



Bahan Khotbah Minggu, 24 Mei 2015
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

2:22  Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.
2:23  Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.
2:24 Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.
2:25 Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
2:26 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,
2:27 sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
2:28 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.
2:29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini.
2:30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.
2:31 Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.
2:32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi.
2:33 Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.
2:34  Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku:
2:35  Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.
2:36  Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
2:37  Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
2:38  Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.

Selamat hari raya Pentakosta,
Kisah ini merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya yang sangat menghebohkan Yerusalem, yaitu peristiwa turunnya Roh Kudus atas orang-orang percaya yang berkumpul di situ (Kis. 2:14). Seterusnya adalah reaksi orang banyak atas kejadian yang baru saja terjadi itu, ketika orang-orang percaya mampu berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain. Pada ayat 6-13 kita dapat membaca banyaknya orang yang bingung (tobali dödöra, ay. 6), tercengang-cengang dan heran (tobali dödöra ba ahölihöli dödöra, ay. 7), dan sangat termanu-manu (tobali dödöra lö la’ila watahögö, ay. 12), dan akhirnya beberapa orang menyindir dengan mengatakan: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis” (ay. 13). Pada awalnya tidak ada yang tahu persis apa yang sedang terjadi itu, walaupun ada sebagian yang sudah menyindir atau mengejek. Itulah sebabnya Petrus mewakili semua orang percaya itu untuk menjelaskan apa sebenarnya yang sedang terjadi, dan bagaimana mungkin mereka mampu berkata-kata dengan bahasa-bahasa lain tersebut.

Dengan singkat dan tegas Petrus membantah semua asumsi para penyindir atau pengejek tersebut. Saat itu, demikian ditegaskan oleh Petrus, hari barulah pukul 9. Ini penting! Mengapa? Karena pukul 9 itu merupakan waktu untuk kurban pagi menurut tradisi agama/adat Yahudi. Ada peraturan di sini, yaitu bahwa sebelum waktu pemberian kurban ini orang tidak boleh makan atau pun minum. Dengan demikian, Petrus hendak menegaskan bahwa orang-orang percaya yang pada waktu itu masih didominasi oleh keturunan Yahudi, tidak mungkin sudah minum anggur manis yang membuat mereka mabuk seperti tuduhan beberapa orang. Mungkinkah sekumpulan besar orang-orang Yahudi melanggar begitu saja adat mereka? Jika hanya satu orang mungkin saja pelanggaran itu terjadi, tetapi sekali lagi jumlah mereka sangat banyak! Artinya tidak mungkin orang-orang percaya yang banyak itu melanggar hukum agama/adat Yahudi di pagi hari tersebut. Dengan demikian, mereka bukanlah mabuk anggur manis, dan itulah yang ditegaskan oleh Petrus di ayat 15 tadi: “Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka …”.

Kalau begitu, apa yang terjadi dengan orang-orang percaya tersebut? Bagaimana mungkin mereka mampu berkata-kata dalam berbagai bahasa dalam waktu yang sangat singkat itu? Bukankah kemarin mereka ini tidak ada apa-apanya? Bukankah mereka ini hanyalah orang-orang yang kecil dan tidak pernah mengenyam pendidikan khusus untuk berbahasa asing, apalagi dengan banyak bahasa? Apa-apaan ini semua?

Di ayat 17-21 Petrus mengingatkan sekaligus menegaskan bahwa peristiwa yang menghebohkan itu merupakan peristiwa turunnya Roh Kudus atas orang-orang percaya, dan peristiwa itu beserta segala mukjizat yang terjadi sesungguhnya telah dinubuatkan oleh nabi Yoël pada zaman PL, dan bukan dibuat-buat, bukan karena mabuk anggur manis, atau bukan hal yang baru; maka seharusnya bangsa Yahudi tidak perlu mempertanyakannya. Kemampuan mereka berkata-kata dalam berbagai bahasa merupakan buah atau karya dari Roh Kudus sebagaimana telah dinubuatkan oleh nabi dalam PL. Semuanya ini merupakan rangkaian pembuktian bahwa Yesus adalah Mesias yang dari Allah, dan karenanya bangsa Yahudi harus percaya kepada-Nya.

Dalam teks renungan kita pada hari ini, Petrus mengarahkan seluruh pendengarnya pada tiga bukti kuat bahwa Yesus adalah Mesias dimaksud, yaitu (1) Mukjizat-mukjizat-Nya (ay. 22); (2) Kebangkitan-Nya (ay. 23-32); dan (3) Kenaikan-Nya ke Surga (ay. 33-35).

(1)  Mukjizat-mukjizat-Nya (ay. 22)
Di ayat ini Petrus memberitakan bahwa Allah telah membuktikan kemesiasan Yesus dengan kekuatan-kekuatan, mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah melalui perantaraan Yesus. Ini semua fakta yang membuktikan bahwa Allah memang telah memberikan kuasa kepada-Nya (bnd. Yoh. 3:2), dan bahwa mukjizat-mukjizat itu menunjukkan kalau Yesus adalah “Anak Daud” (Mat. 12:23). Yesus adalah Mesias kepercayaan Allah (dengan istilah “duduk di sebelah kanan dan ditinggikan oleh tangan kanan Allah”).

(2)  Kebangkitan-Nya (ay. 23-32, 36)
Petrus menekankan bahwa penyaliban Yesus bukanlah suatu kebetulan atau semacam kecelakaan yang tidak disengaja, tetapi bagian dari rencana kekal Allah (bnd. Kis. 3:18; 4:28; 13:29). Walaupun demikian, Petrus menegaskan bahwa kematian Yesus itu tidak terlepas dari kesalahan bangsa Yahudi (bnd. Kis. 2:36; 3:15; 4:10; 5:30; 7:52; 10:39; 13:28) dan tentunya orang-orang Romawi atau bangsa-bangsa durhaka (bnd. 4:27; Luk. 23:24-25). Artinya, rencana Allah itu tidak otomatis meniadakan tanggung jawab manusia atas kesalahan yang telah mereka perbuat. Namun, tanggung jawab manusia itu, bahkan kesalahan manusia itu dapat dipergunakan oleh Allah untuk meneruskan rencana-Nya yang jauh lebih besar. Apa yang telah dilakukan manusia, yang seharusnya dipertanggungjawabkan oleh manusia itu, justru telah dipergunakan oleh Allah sebagai suatu bagian yang tak terpisahkan di dalam karya keselamatan bagi manusia itu sendiri melalui kebangkitan Kristus. Itulah yang diungkapkan oleh Petrus di ayat 36: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."

(3)  Kenaikan-Nya ke Surga (ay. 33-35)
Meneruskan penegasannya sebelumnya tentang kemesiasan Yesus, di bagian ini Petrus menyebutkan bahwa Yesus yang adalah Mesias itu kini berada di sebelah kanan Allah, simbol kekuasaan dan otoritas tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus yang telah bangkit itu adalah Mesias yang ditinggikan oleh Allah, bahkan naik ke surga sebagaimana telah dinubuatkan dalam PL (bnd. Mzm. 110:1). Artinya, apa yang baru saja direndahkan oleh bangsa Yahudi dan orang-orang Romawi, kini telah ditinggikan oleh Allah sendiri. Itulah makna dari kenaikan Yesus yang baru saja kita rayakan sepuluh hari yang lalu (14-05-2015).

Selain itu, dan itulah yang kita rayakan hari ini (24-05-2015), Allah pun mencurahkan Roh Kudus sebagaimana telah dijanjikan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya (lih. Yoh. 14:16-17, 26; 15:26-27). Bukti dari karya Roh Kudus ini adalah kemampuan orang-orang percaya itu berkata-kata dalam berbagai bahasa yang sebelumnya mereka tidak bisa.

Karena kuasa Roh Kudus, khotbah Petrus dalam teks ini mampu meyakinkan para pendengarnya tentang suatu kebenaran, yaitu tentang rencana Allah dalam keselamatan manusia sekaligus tentang kesalahan bangsa Yahudi yang telah menolak Yesus. Tetapi, apa yang telah mereka tolak itu, atau penolakan yang telah mereka lakukan itu, melalui khotbah Petrus dan karena kuasa Roh Kudus, telah menolong mereka kemudian memahami dan menerima Mesias yang adalah Kristus Yesus. Pertanyaan mereka di ayat 37 tidak hanya refleksi dari pergumulan pribadi tetapi sekaligus refleksi pergumulan bangsa mereka. Apa yang harus kami lakukan? Petrus mengerti betul betapa mereka bergumul, baik sebagai pribadi maupun sebagai bangsa, sehingga dia langsung menanggapi pertanyaan mereka di ayat 38, yaitu tentang apa yang harus mereka lakukan atas kesalahan mereka terhadap Yesus dengan menyalibkan Dia. Mereka harus “bertobat”. Pertobatan di sini pertama-tama berarti perubahan pikiran dan hati, kemudian perubahan tindakan. Orang-orang Yahudi baru saja memperlakukan Yesus bukan sebagai Mesias, dan telah menolak-Nya. Sekarang, mereka perlu menerima Dia sebagai Mesias yang menyelamatkan. Yohanes pembaptis dan Yesus sendiri sebelumnya pernah menyerukan pertobatan mereka ini (Mat. 3:2; 4:17), dan para rasul meneruskan seruan pertobatan tersebut. Apa artinya? Yaitu bahwa tidak mungkin melepaskan diri dari tanggung jawab atas kesalahan yang telah dilakukan, namun rencana keselamatan yang dari Allah jauh melebihi kesalahan manusia. Tidak mungkin juga seseorang mengaku telah percaya dan menerima Yesus sebagai Mesias dalam hidupnya kalau dia sendiri belum bertobat, kalau dia sendiri belum mampu menunjukkan pikiran, hati, dan tindakan yang telah dibaharui. Apa tanda seseorang telah menerima Roh Kudus? Yaitu kalau yang bersangkutan mampu dan selalu menunjukkan perubahan dalam pikiran, hati, dan tindakan-tindakannya.



[1] Bahan khotbah Minggu, 24 Mei 2015, di Gereja BNKP Jemaat Hebron Lölömoyo.

Wednesday, May 13, 2015

Diyakinkan, Diutus, dan Disertai (Matius 28:16-20)



Bahan Khotbah Kamis, 14 Mei 2015
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

28:16  Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
28:17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Teks renungan kita pada hari ini merupakan kelanjutan dari kisah kebangkitan Yesus, dimana pada bagian akhir kisah dimaksud ada semacam kesimpangsiuran informasi di tengah-tengah masyarakat tentang kebangkitan Kristus, termasuk di tengah-tengah para murid. Pada satu sisi ada berita tentang kebangkitan-Nya yang dibuktikan dengan kubur yang kosong (Mat. 28:1-10), namun pada sisi lain mahkamah agama Yahudi menyebarkan suatu berita yang menyatakan Kristus tidak bangkit, Dia telah dicuri oleh murid-murid-Nya pada malam hari (Mat. 28:11-15). Tentu kita lebih percaya pada berita kebangkitan Kristus sebagai sesuatu yang telah terjadi, sedangkan berita dari mahkamah agama tersebut adalah bohong/palsu. Sekarang, penulis Injil Matius mengajak kita semua untuk meyakini kebenaran berita tentang Kristus itu, kemudian meneruskan berita tersebut kepada semua bangsa, dengan keyakinan baru bahwa Tuhan Yesus pasti menyertai.

(1)  Yesus meyakinkan para murid akan kuasa-Nya (ay. 17-18)
Keragu-raguan beberapa orang terhadap Yesus sangat dimaklumi (ay. 17), sebab berita palsu yang disebarluaskan oleh mahkamah agama sangat menggoncang iman, bahkan diikuti dengan ancaman para penguasa Yahudi (dan Romawi). Yesus tahu persis situasi ini, sehingga Dia perlu meyakinkan murid-murid-Nya akan kuasa yang dimiliki-Nya (ay. 18); dengan demikian berita tentang kebangkitan-Nya (yang penuh kuasa) adalah benar adanya, dan tidak perlu diragukan lagi.

(2)  Yesus mengutus pada murid (ay. 19-20a)
Setelah meyakinkan murid-murid akan kuasa-Nya, Yesus kemudian mengutus mereka untuk memberitakan kebenaran itu kepada semua bangsa (sebagai upaya untuk melawan arus berita palsu), dan bahkan meminta mereka untuk membaptis semua bangsa dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (ay. 19-20a). Teks ini juga sekaligus memberi penegasan kepada kita akan universalitas berita Injil Kristus, yaitu kepada semua bangsa, bukan hanya kepada bangsa Israel/Yahudi (sebagaimana selama ini dipahami oleh bangsa Israel/Yahudi; ingat bahwa pembaca Injil Matius adalah keturunan Yahudi). Teks ini mendorong kita untuk membuka hati, membuka diri terhadap mereka yang selama ini dianggap tidak masuk dalam “wilayah” pemberitaan akan kasih karunia Tuhan. Teks ini meyakinkan kita untuk tidak ragu-ragu menjangkau mereka yang selama ini tidak terjangkau, sehingga mereka pun berolah kebenaran dan keselamatan di dalam Kristus Yesus.

(3)  Yesus menjanjikan penyertaan-Nya (ay. 20b)
Mengutus seseorang untuk suatu pekerjaan yang sangat berisiko tentu harus disertai dengan suatu jaminan bahwa yang bersangkutan pasti dilindungi oleh pemilik pekerjaan itu sendiri. Itulah kira-kira yang dilakukan oleh Yesus ketika mengutus murid-murid-Nya memberitakan berita tentang Kristus yang bangkit dan penuh kuasa. Yesus menjanjikan perlindungan kepada mereka dengan perkataan: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (ay. 20b). Apa artinya? Yaitu bahwa Yesus sendiri pasti menyertai murid-murid-Nya; menyertai dalam teks ini berarti Yesus selalu bersama-sama dengan setiap orang yang memberitakan berita kebenaran tentang diri-Nya, Dia pasti melindungi mereka, Dia pasti memberikan pertolongan dan penghiburan atas mereka, Dia pasti memampukan mereka melaksanakan tugas pemberitaan kebenaran itu. Lagi-lagi, Yesus meyakinkan kita semua bahwa kita tidak sekadar yakin akan kebenaran tentang Kristus, tetapi sungguh-sungguh yakin juga akan kebenaran yang kita teruskan atau beritakan itu kepada semua bangsa.

Sdra/i yang dikasihi Tuhan, apa artinya menjadi orang Kristen? Pertama, menjadi orang Kristen tidak sekadar mengaku bahwa kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan yang telah bangkit dan hidup. Menjadi orang Kristen yang percaya pada Kristus berarti yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa kuasa yang sesungguhnya hanya ada di dalam Yesus yang kita percayai itu. Memang, kadang-kadang kita “ragu-ragu” meyakininya, apalagi kalau sepertinya Tuhan tidak berpihak pada kita, namun sikap “ragu-ragu” itu harus menggiring kita pada pencarian dan penerimaan kebenaran bahwa Kristuslah yang berkuasa atas hidup kita.

Kedua, menjadi orang Kristen yang percaya pada kuasa Kristus memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberitakan kebenaran Kristus itu bahkan kepada semua bangsa. Artinya, kita harus menyaksikan Kristus kepada siapa pun, di tempat mana pun, dan di setiap saat. Kita tidak harus membuka Alkitab setiap bertemu dengan setiap orang, sebab yang jauh lebih berpengaruh adalah kesaksian hidup kita terhadap sesama, baik mereka yang selama ini dekat dengan kita, maupun mereka yang “jauh” dari “jangkauan pertemanan” kita masing-masing. Maka, aneh rasanya kalau ada orang tampil atau mengaku sebagai anak-anak Tuhan ketika berada di dalam gereja, namun tampil sebagai “anak-anak yang tidak jelas” ketika “keluyuran” entah ke mana.

Ketiga, menjadi orang Kristen yang telah menerima Kristus berarti yakin akan penyertaan Tuhan dalam hidupnya. Penyertaan Tuhan ini memampukan kita untuk tidak ragu-ragu lagi menjalani kehidupan kita dalam kebenaran Kristus, sekaligus menyadarkan kita bahwa Kristus selalu mengamati setiap gerak langkah kita di mana saja dan kapan saja. Kesadaran ini akan menolong kita pada satu sisi untuk tidak ragu-ragu melangkah dalam kebenaran, sekaligus bersikap hati-hati dalam menjalani kehidupan ini, sebab Kristus menyertai dan “mengawasi” perjalanan kita.


[1] Bahan Khotbah Kebaktian Kenaikan Yesus, Kamis, 14 Mei 2015, Jemaat BNKP Denninger dan Betania Fodo, Pdt. Alokasih Gulö, M.Si

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...