Saturday, May 9, 2015

Siapakah yang bisa Mencegah Karya Roh Kudus? (Kisah Rasul 10:44-48)



Bahan Khotbah Minggu, 10 Mei 2015
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

10:44   Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.
10:45   Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga,
10:46   sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:
10:47   “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?”
10:48   Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Kemudian mereka meminta Petrus, supaya ia tinggal beberapa hari lagi bersama-sama dengan mereka.

Pada mulanya, Petrus dapat dikatakan sebagai representasi kelompok Kristen Yahudi yang cukup fanatik, belum terbuka terhadap bangsa-bangsa lain, dan menganggap keselamatan itu ditujukan (hanya) bagi keturunan Yahudi saja. Ada beberapa peristiwa yang membuktikan hal ini, dan yang paling dekat dengan teks renungan kita pada hari ini adalah ketika Petrus pada awalnya “menolak” untuk memberitakan kabar keselamatan bagi Kornelius yang ditandai dengan tiga kali penolakannya atas tawaran Tuhan untuk memakan makanan yang selama ini mereka anggap haram (lih. Kis. 10:14). Namun peristiwa perjumpaan-Nya dengan Tuhan melalui penglihatan itu, dan diikuti kemudian dengan pertemuannya dengan Kornelius, telah membuka mata Petrus bahwa ternyata Allah sendiri menghendaki bangsa-bangsa lain itu mendapatkan bagian dalam keselamatan di dalam Kristus, dan bahwa Allah sendiri berkenan menerima mereka yang selama ini dianggap kafir, dan itu dibuktikan dengan pencurahan Roh Kudus bagi orang-orang non-Yahudi.

Melalui pengalaman Petrus bersama Kornelius, dan dilanjutkan dengan kelompok besar non-Yahudi dalam teks renungan kita pada hari ini, menjadi jelas bahwa Roh Kudus itu dicurahkan atas orang Yahudi maupun non-Yahudi, dan tidak ada si-apa pun yang bisa mencegah-Nya, termasuk Petrus dan kelompok Kristen Yahudi sendiri. Karya Roh Kudus atas orang-orang non-Yahudi itu pun membuat Petrus dan orang percaya dari kelompok Yahudi (golongan bersunat) kagum (tercengang-cengang), apalagi bangsa-bangsa lain yang dihinggapi Roh Kudus itu juga mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya berbicara dalam bahasa Roh dan memuliakan Allah (lih. Kis. 11:15-16). Jadi, terbukti bahwa Allah tidak membuat perbedaan antara orang-orang percaya keturunan Yahudi dan non-Yahudi, sebab kedua golongan ini sama-sama diterima oleh Yesus Kristus. Artinya, teks renungan kita pada hari ini semakin memberi kesadaran bagi Petrus bahwa kalau Allah sendiri berkenan menerima orang-orang keturunan non-Yahudi, dan membuka pintu keselamatan bagi mereka, bahkan mencurahkan Roh Kudus atas mereka, lalu siapakah Petrus, siapakah orang Kristen Yahudi, siapakah manusia yang dapat mencegah-Nya? Jawabannya adalah bahwa karya Roh Kudus tidak dapat dicegah atau dihambat oleh sia-pa pun.

Sdra/i yang terkasih, Allah berkenan memberikan Roh Kudus bagi setiap orang, baik bagi kelompok Yahudi maupun non-Yahudi, yaitu bagi mereka yang percaya atau beriman pada Yesus Kristus (bnd. Kis. 11:17). Bangsa-bangsa lain tidak harus melakukan atau memenuhi syarat-syarat tertentu seperti dalam tradisi Yahudi, mereka cukup percaya pada Yesus, dan karena iman itulah Allah berkenan menganugerahkan mereka Roh-Nya yang Kudus. Mereka tidak perlu menjadi penganut agama Yahudi (proselit), tidak harus dibaptis terlebih dahulu dengan air, tidak perlu menjalani sunat seperti orang-orang Yahudi, bahkan ekstremnya mereka tidak perlu “dipaksa” terlebih dahulu untuk bertobat, sebab Roh Kudus sendiri dalam kebebasan-Nya telah berkarya atas mereka. Ini menandakan bahwa Allah menghendaki semua bangsa diselamatkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Menarik sekali perkataan Petrus di ayat 47: “Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?” Dengan perkataan ini, Petrus menegaskan “pencerahan” yang diperolehnya sekaligus mengajak kelompok Yahudinya untuk menyadari bahwa tidak ada lagi alasan untuk tidak membaptis mereka yang non-Yahudi, tidak ada lagi alasan untuk menutup diri dari mereka, sebab Allah sendiri telah berkenan menerima mereka dengan mencurahkan Roh Kudus-Nya atas mereka. Orang-orang non-Yahudi ini telah percaya pada Yesus dan telah mengalami baptisan di dalam Roh Kudus. Sekali lagi, hal ini menandakan penerimaan Allah akan orang-orang non-Yahudi, menegaskan bahwa Allah berkenan mengikutkan mereka dalam rencana keselamatan itu, walaupun mereka tidak mengikuti segala macam aturan tradisi (Kristen) Yahudi.

Sdra/i yang dikasihi Tuhan, kita tentunya patut bersyukur karena Allah berkenan menyelamatkan kita; kita patut bersyukur karena kita semua diselamatkan oleh Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya, dan berkenan mencurahkan Roh Kudus atas kita masing-masing, bahkan tanpa membeda-bedakan. Yesus Kristus berkenan menyelamatkan siapapun yang Dia kehendaki; Dia menyelamatkan para pelayan-pelayan-Nya, Dia juga menyelamatkan warga jemaat biasa; Dia menyelamatkan para pembesar/pejabat, Dia pun menyelamatkan rakyat/masyarakat biasa; Dia menyelamatkan orang dari berbagai latar belakang kehidupan, dari berbagai latar belakang organisasi gereja, dlsb. Siapakah yang dapat mencegah Tuhan Yesus untuk melakukan itu semua? TIDAK ADA!

Sdra/i yang terkasih, belajar dari pengalaman Petrus dan orang-orang yang ada di sekitarnya pada waktu itu, bahwa oleh karya Roh Kudus Petrus dkk pada akhirnya menyadari, mengakui, dan menyatakan bahwa Allah memang berkarya atas bangsa-bangsa lain, dan bahwa Roh Kudus pun dicurahkan atas mereka, sama seperti pengalaman orang-orang percaya dari bangsa Yahudi. Apa artinya? Yaitu bahwa orang-orang yang telah mendapatkan pencerahan dari Roh Kudus pasti mampu membuka diri satu terhadap yang lain, pasti mampu menerima satu dengan yang lain tanpa harus mengajukan syarat-syarat tertentu yang kadang-kadang subjektif. Orang-orang yang telah mendapatkan curahan Roh Kudus pasti memperlakukan sesamanya dengan baik tanpa membeda-bedakan, tanpa melihat latar belakang kehidupannya. Maka sangatlah ironi kalau ada orang mengaku orang Kristen, mengaku percaya pada Kristus, dan mengaku telah menerima ilham Roh Kudus, tetapi dia memandang dan memperlakukan sesamanya dengan cara yang berbeda, biasanya “menghargai” mereka yang dianggap “hebat, berkuasa, ada jabatan, dll”, sementara menyepelekan mereka yang dianggap “rendah, kecil, tidak berharga” atau ada istilah dalam bahasa Nias “tenga niha”.

Sdra/iku, ada juga orang yang merasa berkecil hati kalau Tuhan memberkati sesamanya, apalagi kalau sesamanya itu merupakan “lawan atau musuhnya”. Kalau Tuhan sendiri mengasihi, menyelamatkan dan memberkati siapa pun yang Dia inginkan, adakah yang dapat mencegah-Nya? Siapakah yang dapat menghalangi Allah? Siapakah yang dapat mengatur Allah dalam kasih karunia-Nya? Siapakah yang dapat memerintahkan Allah dalam karya Roh Kudus-Nya? TIDAK ADA! Jadi, bukankah jauh lebih baik kalau kita bersyukur atas keselamatan dan karya Roh Kudus yang telah kita terima, dan ikut bersukacita kalau ada orang lain juga menerimanya? Dengan demikian kita dapat menjalani dan menikmati kehidupan dengan lebih baik, dan itu hanya dapat dirasakan oleh mereka yang benar-benar telah menerima curahan Roh Kudus dari Tuhan.


[1] Bahan Khotbah Minggu, 10 Mei 2015, di ONKP Jemaat Kota Lölöwa’u, dalam rangka Kunjungan STT BNKP Sundermann, oleh Pdt. Alokasih Gulö, M.Si

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...