Sunday, May 3, 2015

TUHANlah Raja, bagi-Nya segala Pujian dan Kemuliaan (Mazmur 47:1-10)



Bahan Khotbah Minggu, 3 Mei 2015
Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

47:1  Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Mazmur. (47-2) Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
47:2  (47-3) Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi.
47:3  (47-4) Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita, suku-suku bangsa ke bawah kaki kita,
47:4  (47-5) Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita, kebanggaan Yakub yang dikasihi-Nya. Sela
47:5  (47-6) Allah telah naik dengan diiringi sorak-sorai, ya TUHAN itu, dengan diiringi bunyi sangkakala.
47:6  (47-7) Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah!
47:7  (47-8) Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!
47:8  (47-9) Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus.
47:9  (47-10) Para pemuka bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang empunya perisai-perisai bumi; Ia sangat dimuliakan.

Mazmur ini, baik dalam konteks nas maupun dalam konteks historisnya, dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa penting yang telah dialami oleh bangsa Israel sebagaimana terungkap dalam Mazmur 46. Peristiwa penting dimaksud adalah kemenangan besar yang didapatkan oleh bangsa Israel atas musuh-musuh mereka, yaitu bangsa-bangsa lain yang sebenarnya jauh lebih besar dan lebih kuat daripada mereka.[2]Bangsa Israel pun menyadari hal ini, sehingga mereka mengakui bahwa kemenangan atas bangsa-bangsa lain itu diperoleh hanya karena pertolongan TUHAN semata, bahkan mereka menegaskan bahwa peperangan yang berakhir dengan kemenangan atas bangsa-bangsa lain yang jauh lebih kuat itu sesungguhnya dilakukan oleh TUHAN Allah sendiri yang telah mendengar keluh kesah dan telah memperhatikan kesengsaraan mereka, sehingga TUHAN Allah itu datang sendiri menaklukkan musuh-musuh mereka (Mzm. 47:4). Ekspresi akan kemenangan mereka inilah yang terungkap dalam Mazmur 46, yang diarahkan pada pengakuan bahwa TUHAN Allah adalah sumber perlindungan, kekuatan, penolong, dan kota benteng yang teguh (ay. 2, 7, 8-10).

Di Mazmur 47, dalam teks renungan kita pada hari ini, pemazmur mengajak segenap umat TUHAN untuk melantunkan puji-pujian dan sorak-sorai bagi TUHAN Allah yang telah turun dari Surga untuk menolong dan melindungi mereka (Mzm. 46), dan sekarang TUHAN Allah itu kembali naik ke Surga (ay. 6), menuju tahta kerajaan-Nya yang kudus (ay. 9). Pemazmur mengajak seluruh umat TUHAN, bahkan mengajak segala bangsa (ay. 2) yang telah mengalami pertolongan dan perlindungan-Nya untuk bermazmur sekaligus mengakui kekuasaan Allah sebagai Raja yang sesungguhnya, Raja yang tidak hanya memerintah atas bangsa Israel tetapi juga memerintah atas bangsa-bangsa lain, Raja yang besar atas seluruh bumi (ay. 3), Raja yang sangat dimuliakan (ay. 10). Apa artinya, yaitu bahwa tidak ada alasan untuk tidak memuji Tuhan, tidak ada alasan untuk tidak mengakui kekuasaan Tuhan, dan tidak ada alasan untuk tidak menerima Dia sebagai penolong, pelindung, dan penguasa mutlak dalam kehidupan manusia.

Sdra/i yang terkasih, manusia, orang Kristen, termasuk kita semua yang hadir dalam kebaktian pagi ini, akan sulit mengekspresikan pujian dan pengakuan akan kekuasaan Allah, apabila kita menganggap Allah belum pernah atau jarang menolong dan melindungi kita, apabila kita menganggap kehidupan ini dapat dijalani karena kekuatan atau kemampuan kita sendiri, atau apabila kita cenderung melihat lebih pada kegagalan atau kekurangan yang kita miliki dan abai terhadap kelebihan atau keberhasilan yang pernah kita alami. Seorang teman pendeta berbagi kisah sebuah cerita/percakapan seorang ibu (istri) dengan MC pada suatu pesta Golden Anniversary:
MC    : Apakah ibu merasa suami ibu ada kekurangannya?
Ibu    : Banyak sekali, sebanyak bintang di langit!
MC    : Apakah ada kebaikan suami ibu?
Ibu    : Sedikit sekali, bagaikan matahari di langit!
MC    : Terus, apa yang membuat ibu bisa bertahan hidup bersamanya setengah abad lamanya?
Ibu    : Karena begitu matahari terbit, semua bintang itu menjadi tidak kelihatan!

Orang-orang yang selalu menghayati kehidupan berimannya dengan benar, akan mampu melihat, mengakui, dan menjalani hari-harinya dengan penuh sukacita, bahkan dalam masalah dan tantangan besar sekalipun, dia masih mampu melihat bahwa kuasa Tuhan jauh melebihi masalah dan tantangan dimaksud, dia mampu melihat bahwa pertolongan dan perlindungan Tuhan jauh melebihi kelemahan/kekurangan dan kegagalan yang dialami, dan keselamatan yang dari Tuhan jauh melebihi kesulitan dan ancaman dalam kehidupan ini. Berangkat dari perenungan itu, kita mampu bermazmur, memuji, dan bersorak-sorai bagi Tuhan, baik ketika kita berada dalam gereja ini, maupun ketika kita kembali menjalani kehidupan kita sehari-hari.

Namun, tidak bisa dipungkiri sdra/i, bahwa banyak orang yang memuji dan mengakui Tuhan dengan bibirnya ketika mengikuti kebaktian, tetapi seringkali absen dalam merealisasikan pujian dan pengakuan itu dalam kehidupan sehari-hari, karena lebih mengandalkan kekuatan, kemampuan, kekayaan, pendidikan, jabatan, dan pengaruhnya untuk kepentingan diri sendiri, seolah-olah Tuhan tidak sedang mengamatinya, seolah-olah Tuhan tidak berkuasa dalam kehidupannya, padahal sesungguhnya Tuhanlah Penguasa mutlak, Penolong, Pelindung, dan Sumber keselamatan bagi kita. Ada orang Kristen yang tampil, tersenyum, dan bertutur kata sebagai anak-anak Tuhan ketika berada di dalam gereja, tetapi seringkali mengalami kesulitan untuk tampil, tersenyum, bertutur kata, bergaul, dan bertingkah laku sebagai anak-anak Tuhan di tempat kerja, di perjalanan, di warung-warung, di tempat tinggal (rumah atau kos-kosan), di sekolah/kampus, dan di tempat-tempat tertentu. Mengapa? Banyak faktornya, salah satunya adalah ketidakmampuan kita dalam mengalami dan menghayati pertolongan, perlindungan, dan keselamatan dari Tuhan, ketidakmampuan kita untuk mengakui kekuasaan Tuhan dalam seluruh keberadaan hidup kita.

Sdra/i yang dikasihi Tuhan, persoalan lain yang bisa muncul sehubungan dengan teks renungan kita pada hari ini adalah tentang cara kita memuji Tuhan. Dalam faktanya, ada orang/gereja yang memuji Tuhan dengan cara yang cukup ramai (bertepuk tangan, segala jenis alat musik, bersorak sorai, dll), ada juga yang memuji Tuhan dengan cara yang lebih tenang (dengan mengandalkan KJ, BZ, dan sejenisnya). Banyak orang berdebat bahkan saling menghakimi hanya karena cara memuji Tuhan yang berbeda itu, padahal Tuhan sendiri tidak pernah mempermasalahkannya. Sesungguhnya, setiap orang bebas memuji Tuhan menurut penghayatan dan pengalaman imannya dengan Tuhan, sebab Tuhan sendiri pernah mengecam cara beribadah bangsa Israel (pada zaman nabi-nabi) karena cara beribadah mereka itu tidak diikuti dengan tingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Sdra/i yang terkasih, memuji dan memuliakan Tuhan berarti mensyukuri kehidupan yang dijalani sebagai anugerah Tuhan; mengakui Tuhan sebagai Raja berarti menjalani kehidupan dalam takut akan Tuhan, mencintai Dia dengan segenap hati dan akal budi kita. Hanya orang-orang yang seperti inilah yang mampu memuji dan memuliakan Tuhan sebagai Raja dan Sumber keselamatan. Amin.


[1] Bahan Khotbah Minggu, 3 Mei 2015, Kebaktian II BNKP Jemaat Hosiana, Pdt. Alokasih Gulö, M.Si
[2] Dalam sejarahnya, bangsa Israel, dhi kota Yerusalem pernah dikepung oleh salah satu bangsa super-power pada zaman kuno yaitu bangsa Asyur. Di bawah kepemimpinan raja Sanherib tentara Asyur menyerang Yerusalem pada tahun 701 SZB. Namun, TUHAN Allah menolong dan melindungi umat-Nya, sehingga suatu malam 185 ribu tentara Asyur yang hendak menyerang Yerusalem, mati karena kuasa Tuhan (lih. 2 Raj. 19:35); akhirnya Israel selamat.

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...