Sunday, February 28, 2016

Mencari dan Berseru kepada Tuhan, Sumber Kehidupan (Yesaya 55:1-9)



Khotbah Minggu, 28 Pebruari 2016

Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

55:1   Ayo, hai semua orang yang haus, marilah dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!
55:2   Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.
55:3   Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu, menurut kasih setia yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud.
55:4   Sesungguhnya, Aku telah menetapkan dia menjadi saksi bagi bangsa-bangsa, menjadi seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa;
55:5   sesungguhnya, engkau akan memanggil bangsa yang tidak kaukenal, dan bangsa yang tidak mengenal engkau akan berlari kepadamu, oleh karena TUHAN, Allahmu, dan karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang mengagungkan engkau.
55:6   Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!
55:7   Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.
55:8   Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
55:9   Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Mengapa kita bekerja? Mengapa kita belajar, atau menyekolahkan anak-anak? Mengapa melayani? Mengapa berkebaktian bahkan memberikan berbagai persembahan? Mengapa ikut berbagai kegiatan di desa? Mengapa ikut arisan? Mengapa menyimpan uang di koperasi atau di bank? Mengapa ada yang ikut BPJS atau berbagai asuransi lainnya? Tentu kita memiliki alasan masing-masing, namun secara umum kita melakukan semuanya itu karena kita ingin hidup, dan hidup yang kita inginkan adalah hidup yang lebih baik; hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini, demikian selanjutnya; atau adakah di antara kita hari ini yang menginginkan kehidupan yang lebih buruk? Adakah yang menginginkan kematian? Kalau ada, berarti ada sesuatu yang salah dengan diri kita, ada suatu persoalan yang sedang merongrong kehidupan kita, dan karena itu “waspadalah”.

Saya kira keinginan kita untuk kehidupan yang lebih baik sangatlah wajar, bahkan sangat ilahi. Manusia di muka bumi ini, siapa pun, di mana pun, dan kapan pun pasti merindukan kehidupan yang lebih baik tersebut, termasuk bangsa Israel pada zaman nabi Yesaya. Tuhan sendiri pun pada zaman itu hingga zaman sekarang, menginginkan supaya manusia ciptaan tangan-Nya itu mendapatkan kehidupan yang lebih baik, lebih manusiawi, lebih membahagiakan, baik pada saat ia hidup di dunia ini maupun pada zaman yang akan datang (akhir zaman). Persoalannya ialah bahwa banyak orang yang – entah sadar atau tidak, sengaja atau tidak – justru merusak kehidupannya sendiri bahkan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Perhatikan misalnya betapa banyak orang yang bekerja keras dan mendapatkan hasilnya namun kemudian menggunakan hasil kerja kerasnya itu untuk sesuatu yang justru merusak dirinya dan orang-orang di sekitarnya, menggunakan hasil usahanya itu untuk sesuatu yang tidak penting, apalagi di zaman sekarang banyak orang yang menggunakan hasil kerja/usahanya untuk barang-barang yang tidak terlalu penting, hanya sekadar pamer saja, hanya sekadar memenuhi gaya hidupnya yang glamor.

Nah, pada hari ini, Tuhan mengundang kita semua, sebagaimana Dia mengundang bangsa Israel dulu pada zaman nabi Yesaya, untuk datang kepada-Nya, makan dan minum dengan gratis, makan dan minum sajian yang paling lezat, dan sekali lagi kita tidak perlu membayar (gratis), sebab Tuhan mampu menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan, bahkan seringkali Dia memberikan kita kebutuhan yang mungkin belum pernah kita pikirkan. Allah tahu bahwa umat-Nya – dulu dan sekarang – seringkali mengejar banyak hal yang sebenarnya bukanlah kebutuhan yang paling mendasar, bukanlah kebutuhan yang paling menentukan; Tuhan tahu bahwa umat-Nya seringkali menghabiskan tenaga dan waktu (erege-dödö)hanya untuk memenuhi kebutuhannya yang kadang-kadang “aekhu ba zau, ahori ba nangi”, mengenyangkan dan memuaskan untuk sementara waktu tetapi setelah itu kembali mengalami kehausan, kelaparan, dan kekurangan. Sayang sekali, banyak orang yang tidak menyadari hal ini, atau bahkan pura-pura tidak tahu saja. Oleh karena itu, Tuhan mengingatkan kita pada hari ini untuk tidak “membelanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payah kita untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan” (ay. 2).

Hari ini, Tuhan menawarkan kepada kita sesuatu yang sangat mendasar dan sangat menentukan dalam hidup ini, yaitu makanan dan minuman yang tidak pernah habis, selalu mengenyangkan dan memuaskan kita, baik hari ini, besok, bahkan sampai selama-lamanya. Tuhan tahu kebutuhan kita yang paling mendasar, kebutuhan kita yang terbaik, kebutuhan yang dapat mengubahkan kehidupan kita menjadi jauh lebih baik, jauh lebih manusiawi, dan jauh lebih ilahi. Tuhan menegaskan bahwa semua yang terbaik itu hanya didapatkan di dalam Dia, dan setiap orang bisa dengan gratis memperolehnya dengan cara “menyendengkan telinga dan datang kepada Tuhan, mencari Tuhan, menemui-Nya dan berseru kepada-Nya” (ay. 3, 6). Cara ini dengan sendirinya mengajak kita untuk segera meninggalkan jalan kita yang fasik, meninggalkan rancangan kita yang jahat, dan kembali kepada Tuhan, sebab hanya di dalam Tuhanlah ada pengasihan, pengampunan, dan kehidupan yang sesungguhnya (ay. 7).
Firman Tuhan pada hari ini merupakan penghiburan, penguatan sekaligus peringatan bagi kita untuk hanya bergantung dan berserah diri sepenuhnya pada Tuhan, sumber kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang sempurna. Tuhan hanya meminta kita untuk mendengarkan Dia, mencari Dia dan berseru kepada-Nya selagi masih ada waktu untuk itu. Jangan menyia-nyiakan waktu yang ada, böi arörö ba zoya ngawalö ba olifu ita sa zi sambalö sabölö moguna, sebab ada waktunya kita tidak bisa lagi mendengarkan, mencari, dan berseru kepada Tuhan, dan pada akhirnya kita menyesal karena tidak mengisi waktu yang ada untuk sesuatu yang berguna, baik untuk diri sendiri, sesama, maupun untuk kemuliaan Tuhan.

Memang, saat ini banyak persoalan yang kita hadapi, ada masalah keluarga, masalah dalam pekerjaan, masalah dalam relasi dengan sesama, masalah keuangan, dan lain sebagainya. Di beberapa tempat, ada orang yang melakukan tindakan yang menyedihkan hanya karena berbagai masalah yang tidak bisa dihadapi; berbagai tekanan hidup hingga stres dan depresi, pada akhirnya melakukan tindakan yang menyedihkan itu. Namun, apakah dengan melakukan tindakan tersebut masalah telah selesai? Tentu tidak! Apakah dengan melarikan diri dari masalah dengan berbagai cara masalah tersebut sudah selesai? Tentu tidak! Apakah dengan menyiksa diri sendiri dan atau orang lain masalah sudah selesai? Tentu tidak! Apakah dengan menangisi kehidupan secara terus menerus masalah sudah selesai? Tentu tidak! Apakah dengan saling menyalahkan masalah sudah selesai? Tentu tidak! Lalu, sekarang bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup! Oleh sebab itu, Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!



[1] Bahan khotbah Minggu, 28Pebruari 2016, Jemaat BNKP Orudua Sibohou (Resort 1), Pdt. Alokasih Gulö.

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...