Sunday, April 16, 2023

Diperbarui untuk Hidup menurut Ketetapan Allah – Tebohouni Ena’ö Auri Molo’ö Amakhoita Lowalangi (Yehezkiel 36:22-27)

Khotbah Minggu, 16 April 2023
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

22 Oleh karena itu katakanlah kepada kaum Israel: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Bukan karena kamu Aku bertindak, hai kaum Israel, tetapi karena nama-Ku yang kudus yang kamu najiskan di tengah bangsa-bangsa di mana kamu datang.
23 Aku akan menguduskan nama-Ku yang besar yang sudah dinajiskan di tengah bangsa-bangsa, dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka. Dan bangsa-bangsa akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, demikianlah firman Tuhan ALLAH, manakala Aku menunjukkan kekudusan-Ku kepadamu di hadapan bangsa-bangsa.
24 Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu.
25 Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.
26 Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
27 Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.


Menurut kesaksian Alkitab, bangsa Israel adalah umat pilihan Allah. Sebagai umat pilihan Allah, bangsa Israel ini mestinya hidup sesuai dengan kehendak Allah yang memilih mereka tersebut. Sayang sekali, bangsa Israel justru melakukan perbuatan yang najis, perbuatan yang melanggar kekudusan Allah. Mereka menyembah berhala-berhala seperti bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal Allah, ketidakadilan dan penindasan terjadi di mana-mana, para pemimpin tidak bisa menjadi contoh yang baik di tengah-tengah umat dan tidak menjadi pengayom dan gembala yang baik bagi seluruh rakyat. Beberapa kali Allah memperingatkan mereka melalui para nabi-Nya, termasuk nabi Yehezkiel, tetapi bangsa Israel tidak peduli, mereka keras kepala dan tegar tengkuk. Akibatnya, mereka dibuang ke Babel, dan kota Yerusalem kebanggaan mereka dihancurleburkan. Ironisnya, bangsa itu pun menajiskan nama Allah yang kudus di negeri orang di mana mereka dibuang (Yeh. 36:21), dan itu sangat menyakiti hati Allah. Namun demikian, Allah tetap setia, Dia memang marah tetapi kasih-Nya tidak pernah berubah.

Dalam situasi seperti itulah nubuat Yehezkiel 36 ini muncul, dapat dikatakan sebagai semacam penghiburan bagi umat Israel yang hampir putus asa menanggung penderitaan karena dosa-dosa mereka. Kalau sebelumnya nabi Yehezikel menegur umat Allah karena ketidaksetiaan dan pemberontakan mereka kepada Allah sehingga mereka menerima hukuman berat (Yeh. 4-7), maka sekarang Yehezkiel mewartakan pengharapan dan janji Allah yang akan menyelamatkan dan memulihkan bangsa itu. Pesan kenabian Yehezkiel berubah dari penghakiman menjadi harapan, dari celaan menjadi janji. Sekarang setelah hukuman Tuhan diterima, Yehezkiel beralih ke masa depan dan cara Tuhan akan bertindak untuk menghidupkan kembali dan memulihkan umat-Nya.

Ayat-ayat utama kita (24-28) berada di tengah-tengah nubuat yang dimulai pada 36:16 dan berakhir pada 36:38. Ayat-ayat pembuka dari nubuat memberikan sejarah bangsa Israel yang berfokus pada kesalahan mereka. Mereka diingatkan akan masa lalu dan ketidaktaatan mereka, tetapi ramalan itu tidak berakhir di sana. Terlepas dari tindakan ini dan justru karena kepedulian Tuhan terhadap nama suci Tuhan, Tuhan akan bertindak sekarang untuk menyelamatkan mereka. Allah melakukan semua ini demi kekudusan-Nya (ay. 22-23), dan bukan karena perbuatan bangsa Israel. Mengapa? Karena kalau berdasarkan perbuatan mereka, bangsa Israel tersebut tidak layak diselamatkan dan dipulihkan; tetapi Allah, demi kekudusan-Nya, Dia berkenan mendatangkan keselamatan bagi umat-Nya, sehingga bangsa-bangsa mengetahui bahwa Allah adalah TUHAN yang sesungguhnya.

Artinya, penekanan utama dalam teks ini adalah pada peran Tuhan. Harapan yang diwartakan Yehezkiel bukanlah pada kesetiaan bangsa Israel itu, juga tidak dimaksudkan untuk menetapkan seperangkat aturan baru yang akan mereka ikuti. Tuhan adalah harapan mereka. Tuhan akan menyelamatkan mereka. Tindakan Tuhan tersebut secara ringkas meliputi:

mengumpulkan Israel kembali ke tanahnya (ay. 24);

membersihkan/menyucikan Israel (ay. 25);

dan memberi Israel hati dan semangat baru untuk menaati Taurat (ay. 26-27).

Hasil dari transformasi ini adalah bahwa Allah akan menjadi TUHAN mereka, dan mereka akan menjadi umat TUHAN. Hubungan perjanjian yang benar (yang pernah dilanggar oleh umat Israel) ditegakkan kembali.

Tuhan mengumpulkan (ay. 24)
Pertama, Tuhan akan mengumpulkan kembali umat Tuhan yang tercerai-berai dari bangsa-bangsa dan ke tanah mereka sendiri. Pembuangan telah membuat umat Allah tercerai-berai menjauh dari tanah, bait suci dan masyarakat. Pengalaman pengasingan ini merupakan pengalaman yang traumatis bagi masyarakat. Tuhan akan membalikkan pola ini dengan mengumpulkan umat. Pada pasal berikutnya, Yehezkiel 37, kita mendapat gambaran tentang pekerjaan Tuhan saat tulang-tulang kering menerima napas dan terhubung kembali. Orang-orang yang telah terbuang dan tercerai berai itu akan dikumpulkan kembali, hati yang telah hancur, kecewa dan putus asa itu akan dipulihkan kembali. Allah melakukan semua itu demi kekudusan-Nya, agar bangsa-bangsa mengenal bahwa Dialah TUHAN yang sesungguhnya. Kalau Allah berkenan mengumpulkan dan memulihkan kita kembali setelah mengalami masa-masa kritis, itu bukan karena jasa atau kehebatan kita, melainkan karena anugerah Tuhan.

Tuhan membersihkan (ay. 25)
Kedua, Tuhan akan menyucikan umat-Nya, membersihkan mereka dari pemberontakan dan pencemaran mereka. Kitab Yehezkiel berpendapat bahwa pengasingan adalah hukuman atas kejahatan mereka. Oleh karena itu mereka membutuhkan pemurnian. Perikop kita menyebutkan berhala sebagai salah satu elemen yang perlu disucikan. Tentu saja, ada proses yang mungkin panjang dan menyakitkan dalam rangka pemurnian tersebut. Kita pun harus siap menjalani proses pemurnian dari Allah apa pun konsekuensinya. Ada orang siap berbuat apa pun sesuka hatinya, tetapi tidak siap menanggung risikonya. Ada orang yang merasa bebas melakukan apa pun atau bebas berbicara tentang dan dengan cara apa pun, termasuk di medsos, tetapi tidak siap menerima akibat dari apa yang dia lakukan itu. Sebagai umat Tuhan, kita harus siap dimurnikan, dibersihkan, ditahirkan, atau disucikan oleh Allah dengan cara-Nya sendiri.

Tuhan memberikan kebaruan (ay. 26-27)
Akhirnya, Tuhan berjanji untuk memberi orang-orang hati yang baru dan semangat yang baru. Perumpamaan tersebut mewakili keinginan dan kehendak orang-orang, komitmen mereka yang diperbarui terhadap keinginan Tuhan. Mereka akan berpikir dan bertindak secara berbeda karena anugerah dari Tuhan. Hati mereka sudah membatu, yaitu mati dan tidak responsif, oleh sebab itu mereka membutuhkan “transplantasi”. Perhatikan bahwa mereka tidak membutuhkan hati rohani; mereka membutuhkan jantung yang berdetak dan bekerja. Mereka harus hidup kembali sesuai dengan keinginan Allah bagi mereka dan dunia. Semua itu dimungkinkan terjadi karena Roh Allah.

Yehezkiel 36:27

Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...