Pokok-pokok Pikiran dan Renungan Khotbah Minggu, 12-11-2017
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo
Ada beberapa hal penting yang harus kita tegaskan dalam nas khotbah hari ini:
1. Teks ini merupakan “perumpamaan” Tuhan Yesus untuk mengajarkan gambaran Kerajaan Surga terhadap murid-murid-Nya (24:3). Yesus memanfaatkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat Yahudi sebagai bahan perumpamaan-Nya untuk menggambarkan Kerajaan Surga; jadi Yesus tidak sedang berada di tengah-tengah atau sedang melihat para pelaku yang terlibat dalam perumpamaan ini. Sebagai suatu perumpamaan, maka pesan yang hendak disampaikan tidak terletak pada ayat per ayat, tetapi pada makna cerita secara keseluruhan sebagai satu kesatuan.
2. Dalam perumpamaan ini Yesus tidak sedang mendiskreditkan atau menyudutkan para perempuan, baik kesepuluh perempuan tersebut maupun mereka yang disebut “bodoh”. Yesus juga tidak sedang menciptakan konflik di antara kedua kelompok perempuan dalam perumpaan ini. Seperti penjelasan sebelumnya, Yesus hanya memanfaatkan situasi sosial yang ada dalam masyarakat Yahudi menjadi bahan pengajaran-Nya untuk menggambarkan Kerajaan Surga. Jadi, teks ini kurang tepat kalau dipakai oleh orang-orang tertentu untuk membahas masalah keadilan atau kesetaraan gender. Yesus tidak sedang membahas isu gender di sini.
3. Perumpamaan ini tidak sedang membicarakan masalah solidaritas atau hidup berbagi. Ada orang Kristen, bahkan ada rohaniawan yang mengatakan teks ini tidak relevan pada zaman sekarang dan tidak perlu diikuti karena secara tidak langsung memberikan contoh lima perempuan yang tidak mau berbagi minyak dengan lima perempuan lainnya. Bisa saja juga ada orang Kristen yang menggunakan perumpamaan ini untuk membenarkan ketidakpeduliaannya terhadap kekurangan atau penderitaan sesamanya, dengan dalih toh lima perempuan bijaksana juga tidak mau membagi minyak mereka kepada lima perempuan bodoh, jadi “ya’ugö ba ya’o ...”.
Semoga ketiga poin penegasan ini dapat menolong kita untuk memahami perumpamaan ini dengan lebih baik.
Kalau begitu, apa yang hendak disampaikan oleh teks ini? Apa pesan yang hendak disampaikan oleh Yesus melalui perumpamaan ini?
Perumpamaan ini, dan dua yang mengikutinya, mengalir langsung dari penutupan pasal24 (wacana terusmelalui pasal 25). Ketiga perumpamaan tersebut menggambarkan krisis yang dipicu oleh Kembalinya Yesus, dan pemisahan yang terjadi pada Penghakiman di manadia memimpin.
Para pembaca Matius tentu tahu bagaimana orang-orang pada zaman itu seringkali terlena atau mabuk dalam berbagai kemewahan (kenikmatan) dunia, termasuk para keturunan Yahudi yang lalai mempersiapkan diri karena memahami “selamat” otomatis karena keturunan Yahudi.
Kita juga sering melihat orang-orang (atau mungkin termasuk di dalamnya) yang sering mengabaikan, menganggap sepele, menganggap remeh sesuatu yang sebenarnya penting. No so nemali ba mbagi nora awena idalidali mbalatunia. Hal ini menunjukkan ketidaksiapan kita dalam menghadapi berbagai ancaman yang bisa datang setiap saat.
Lalu, siap sedia dan berjaga-jaga seperti apa yang dimaksudkan oleh Yesus dalam menyongsong kedatangan KA? Apa yang harus dilakukan untuk menyambut kedatangan Tuhan yang kedua?
Apakah dengan mengumpulkan harta sebanyak mungkin? Apakah dengan melakukan penimbunan BBM sebelum kenaikan harga, sebelum pengalihan subsidi BBM oleh pemerintah?; Apakah dengan berlomba-lomba membeli tanah untuk kemudian dijual lagi beberapa tahun kemudian dengan harga yang jauh lebih mahal sehingga mendapatkan keuntungan yang besar? Apakah dengan mulai memesan baju Natal sejak sekarang? Apakah hanya berdoa terus? Apakah cukup dengan ikut berbagai program jaminan sosial, jaminan hari tua, dan sejenisnya? Ikut asuransi? Bagaimana pola hidup pada zaman Matius? Ã terlena dengan hiruk pikuk dunia, terhanyut dalam arus dunia yang penuh dengan glamor.
Berjaga-jaga:
1. Bijak membaca tanda-tanda zaman, bijak menyikapinya!
2. Cermat memahami situasi yang terjadi di sekitarnya, dan bijak menyiasatinya!
3. Bukan aji mumpung, bukan sporadis, tenga modesao, tenga mo’inötö
4. Para perempuan yang disajikan dalam perumpamaan ini sebenarnya tahu bahwa ada kemungkinan pengantin laki-laki akan datang terlambat, tetapi lima orang mengabaikannya, pura-pura tidak tahu, atau mungkin juga tidak mau tahu! Mereka acuh tak acuh, tidak peduli, mungkin juga terlalu PD, menganggap sepele/remeh (masalah setia dalam perkara kecil, perumpamaan tentang talenta di ayat berikutnya); sedangkan lima orang lainnya menyiapkan diri dengan baik.
Kita berada di kelompok mana?
Selamat meneruskan pokok-pokok pikiran dan renungannya masing-masing