Khotbah Minggu, 15 Januari 2023
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
1 Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku.
2 Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya.
3 Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku."
4 Tetapi aku berkata: "Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku."
5 Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya--maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi kekuatanku--,firman-Nya:
6 "Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."
7 Beginilah firman TUHAN, Penebus Israel, Allahnya yang Mahakudus, kepada dia yang dihinakan orang, kepada dia yang dijijikkan bangsa-bangsa, kepada hamba penguasa-penguasa: "Raja-raja akan melihat perbuatan-Ku, lalu bangkit memberi hormat, dan pembesar-pembesar akan sujud menyembah, oleh karena TUHAN yang setia oleh karena Yang Mahakudus, Allah Israel, yang memilih engkau."
Teks khotbah hari ini merupakan berita pengharapan yang disampaikan oleh nabi Yesaya kepada bangsa Israel yang berada di pembuangan dan terasing dari tanah mereka sendiri. TUHAN tahu bahwa umat-Nya sedang berada dalam krisis yang luar biasa, baik krisis identitas maupun krisis iman. Dalam situasi seperti itulah nabi Yesaya mengucapkan sepatah kata pengharapan, yaitu bahwa Tuhan akan mengirim seorang hamba yang akan melakukan keadilan. Berita pengharapan ini tidak sekadar tentang kembalinya umat Tuhan ke negeri mereka, tetapi bahwa akan muncul hamba yang menegakkan keadilan (yang selama ini hilang). Namun, hamba yang diutus itu tidak lagi hanya untuk menyatakan terang bangsa Israel saja, tetapi bagi bangsa-bangsa. Artinya, pesan keselamatan tersebut bukan hanya untuk Israel saja, melainkan untuk seluruh dunia, bahkan “bangsa-bangsa yang jauh” (ay. 1). Untuk pesan keselamatan ini, Tuhan telah menetapkan Israel sebagai hamba-Nya, hamba yang kemudian menjadi alat kemuliaan Tuhan (ay. 3).
Seperti apa pemanggilan hamba Tuhan dimaksud? Hamba Tuhan itu dipanggil saat masih dalam kandungan, tersembunyi dan tidak terlihat. Tuhan menyembunyikan hamba itu “dalam naungan tangan-Nya” dan “dalam tabung panah-Nya” (ay. 2). Dalam hal ini, hamba tersebut tersembunyi bahkan dari dirinya sendiri sebagai wakil Tuhan. Pada awalnya hamba Tuhan tersebut merasa sia-sialah semua jerih lelahnya, tetapi dia yakin bahwa dalam Tuhan hak dan upahnya terjamin (ay. 4). Ini merupakan suatu perasaan yang kadang-kadang muncul dalam diri sang hamba ketika dalam realitasnya dia melihat pekerjaannya seperti tidak membuahkan hasil. Namun demikian, di sinilah ketabahan itu diuji, apakah kita menyerah ketika pekerjaan baik kita sepertinya tidak membuahkan hasil, atau sebaliknya kita merasa tertantang untuk terus melakukan pekerjaan baik.
Kehadiran dan keberadaan hamba Tuhan itu sendiri dalam banyak hal tidak disenangi, bahkan dia dibenci. Hamba ini adalah “seorang yang sangat dihinakan, dijijikkan oleh bangsa-bangsa.” Hamba ini, pertama tidak terlihat dan kemudian dihina, tetapi kemudian akan dikenal oleh para penguasa, sebab Tuhan, “Yang Mahakudus dari Israel, telah memilihmu” (ay. 7). Di sinilah terlihat bagaimana Tuhan memanggil hamba-hamba yang tidak terduga dan, mungkin yang lebih penting, seberapa sering hamba-hamba itu tidak mengenali diri mereka sendiri. Seringkali Tuhan memanggil atau menetapkan hamba-Nya di luar perkiraan manusia bahkan di luar dugaan orang yang dipilih oleh Tuhan itu sendiri. Satu hal yang pasti adalah bahwa sekali Tuhan memilih atau menetapkan hamba-Nya, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghentikan atau membatalkan pilihan/ketetapan Tuhan itu. Apakah seseorang yang dipilih Tuhan menjadi hamba-Nya dapat membatalkan keputusan Tuhan? Yunus pernah mencobanya, tetapi pada akhirnya dia harus tunduk pada keputusan Tuhan.
Pengutusan hamba Tuhan ini merupakan bagian dari upaya Allah untuk memulihkan kehidupan umat-Nya yang telah porak-poranda. Benar bahwa orang Israel telah terbuang jauh dari tanah mereka, negeri mereka telah dihancurkan, dan kini mereka sedang berada dalam krisis multidimensi. Namun demikian, pengasingan bukanlah akhir segala-galanya, bukan akhir dari kisah hidup mereka. Allah mampu membangun kembali kisah baru yang jauh lebih baik di atas kisah hidup lama yang begitu hancur.
Misi pemulihan ini tidak berhenti di Israel saja, itu terlalu kecil dalam pandangan Allah. Benar bahwa Allah menyelamatkan umat Israel, memulihkan kehidupan mereka, dan membangun kembali puing-puing kehidupan mereka yang tidak mungkin dibangun kembali oleh kekuatan manusia sendiri. Tetapi misi Allah jauh lebih besar lagi. Pembebasan, pemulihan, dan keselamatan yang diberikan bagi bangsa Israel merupakan bagian yang tak terpisahkan dari misi-Nya untuk keselamatan bangsa-bangsa di luar Israel. Allah mengutus hamba-Nya dan menyelamatkan Israel bukan hanya untuk diri merek sendiri, melainkan untuk menjadi terang dan untuk keselamatan bangsa-bangsa. Tuhan mengumpulkan umat-Nya ke dalam hidup Tuhan untuk satu tujuan: keselamatan dunia. Tuhan menuntut Israel, hamba-Nya, untuk menjadi “menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi” (ay. 6). Sama seperti pengasingan yang bukan akhir dari segalanya, demikian juga pemulihan Israel, bukanlah akhir dari semua cerita mereka. Allah masih memiliki cerita luar biasa lagi di balik pengasingan dan pemulihan Israel, yaitu keselamatan bagi bangsa-bangsa, keselamatan bagi dunia.
Itulah makna dari keselamatan yang telah diterima oleh umat Tuhan, menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Tuhan memberkati kita bukan sekadar untuk diri sendiri, melainkan untuk menjadi saluran berkat bagi yang lain. Allah menjauhkan kita dari malapetaka, bukan saja supaya kita selamat, melainkan agar kita pun dapat menolong sesama kita yang berada dalam bahaya dan situasi tidak baik. Jika kita berhasil melewati masa-masa sulit dalam hidup ini, tentu saja kita patut mensyukurinya dalam kerendahan hati, dan pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa Allah menginginkan kita untuk menolong sesama kita yang berada dalam situasi sulit. Hidup ini bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk dunia yang juga dicintai oleh Allah.
Pemulihan individu, atau gereja, atau bahkan seluruh umat, tidak pernah hanya tentang itu. Pemulihan dari Tuhan bergerak ke luar, selalu berkembang menuju pemenuhan eskatologis, “supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi” (ay. 6). Kisah Tuhan selalu lebih besar dari kisah kita; kisah kita haruslah ditempatkan dalam kisah Tuhan yang jauh lebih luas, dan biarlah Tuhan menenun kisah hidup kita ke masa depan yang lebih besar dan lebih cerah.
“Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi”
(Yes. 49:6b)