Monday, June 15, 2015

TUHAN (mampu) Menghadirkan Kehidupan dalam Kehancuran (Yehezkiel 17:22-24)



Bahan Khotbah Minggu, 14 Juni 2015
Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

17:22  Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan mengambil sebuah carang dari puncak pohon aras yang tinggi dan menanamnya; Aku mematahkannya dari pucuk yang paling ujung dan yang masih muda dan Aku sendiri akan menanamnya di atas sebuah gunung yang menjulang tinggi ke atas;
17:23  di atas gunung Israel yang tinggi akan Kutanam dia, agar ia bercabang-cabang dan berbuah dan menjadi pohon aras yang hebat; segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya.
17:24  Maka segala pohon di ladang akan mengetahui, bahwa Aku, TUHAN, merendahkan pohon yang tinggi dan meninggikan pohon yang rendah, membuat pohon yang tumbuh menjadi layu kering dan membuat pohon yang layu kering bertaruk kembali. Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan akan membuatnya.”

Teks renungan kita pada hari ini (seolah-olah) membandingkan dua kekuasaan yang bertolak belakang, yaitu (1) kekuasaan raja Babel yang telah membuat bangsa Israel takluk terhadapnya; dan (2) kekuasaan TUHAN Allah yang oleh-Nya bangsa Israel diselamatkan. Dalam pasal 17 ini diumpamakan bahwa keduanya melakukan tindakan yang kurang lebih sama, yaitu mengambil pucuk pohon aras dan menanamnya dengan harapan pucuk itu dapat tumbuh, bercabang dan berbuah. Tindakan raja Babel sehubungan dengan pucuk yang diambil dan ditanam ini diberitakan pada pasal 17:3-5, dan tindakan yang sama yang dilakukan TUHAN Allah diungkapkan pada teks renungan kita pada hari ini (17:22-23). Namun, inti dari teks renungan kita pada hari ini, sekaligus inti dari seluruh pasal 17 ini sesungguhnya adalah bahwa “Ketidaksetiaan Manusia Mendatangkan Kematian bagi Dirinya sendiri, tetapi TUHAN (mampu) Menghadirkan Kehidupan dalam Kehancuran.”

(1)  Buah dari Ketidaksetiaan Manusia
Di ayat 6 disebutkan bahwa pucuk yang telah diambil, dibawa dan ditanam oleh raja Babel itu kemudian tumbuh dan menjadi pohon anggur yang rimbun yang tentunya tunduk kepada raja Babel itu sendiri, ... ia tumbuh dan menjadi pohon anggur yang rimbun, yang tumbuhnya rendah dan cabang-cabangnya melengkung menuju burung itu dan akar-akarnya tetap di bawahnya. Demikianlah ia menjadi pohon anggur dan mengeluarkan tunas-tunas dan memancarkan taruk-taruk”.  Arti dari perumpamaan ini diungkapkan di ayat 12-14, yaitu tentang bagaimana raja Babel pada masa kejayaannya menaklukkan Yerusalem, lalu mengambil dan membawa raja dan para pemuka bangsa Yahudi ke Babel, menjadikan mereka raja di bawah kekuasaannya. Tetapi kemudian raja dan para pemuka Yahudi itu hendak mencari perlindungan dari penguasa lain, yaitu Mesir (ay. 15). Mereka adalah komplotan orang-orang yang tidak setia yang hendak meminta bantuan dari Mesir untuk melawan atau memberontak terhadap raja Babel itu. Sayang sekali, pemberontakan mereka itu dengan mudah dipatahkan oleh raja Babel, dan raja Mesir sendiri tidak berkenan menolong mereka. Lihatlah, betapa ketidaksetiaan mereka itu justru mendatangkan kematian bagi mereka sendiri, mendatangkan aib dan kehancuran bagi mereka (ay. 16-21). Itulah buah dari pemberontakan manusia, buah dari ketidaksetiaan manusia atas janji dan sumpah yang telah diucapkan, baik di hadapan manusia, terlebih-lebih di hadapan TUHAN Allah.

(2)  TUHAN (mampu) Menghadirkan Kehidupan dalam Kehancuran
Seperti yang dilakukan raja Babel sebelumnya, setelah ternyata tindakan penguasa Babel itu ditanggapi dengan ketidaksetiaan oleh raja dan para pemuka bangsa Yahudi, yang pada akhirnya berbuahkan kematian bagi mereka sendiri, maka di ayat 22-23 disebutkan bahwa TUHAN Allah sendiri datang mengambil carang dari pohon aras yang tinggi, menanamnya di tanah Israel sendiri, bukan di negeri Babel seperti sebelumnya. Kemudian, carang itu tumbuh, bercabang-cabang, berbuah, dan menjadi pohon aras yang hebat; hasilnya pun sangat mengagumkan, dimana “segala macam burung dan yang berbulu bersayap tinggal di bawahnya, mereka bernaung di bawah cabang-cabangnya” (ay. 23). Ini adalah sebuah perumpamaan yang menggambarkan betapa Allah sendiri bertindak menyelamatkan umat-Nya, sepertinya mirip dengan cara yang dilakukan oleh raja Babel sebelumnya, tetapi sesungguhnya berbeda. Raja Babel melakukan tindakannya itu untuk memperbudak bangsa Israel dan menjadikan raja dan para pemuka bangsa mereka itu sebagai para pemimpin bonekanya, sedangkan Tuhan datang untuk mendatangkan keselamatan dan sukacita. Tindakan raja Babel pada akhirnya mendatangkan kehancuran bagi bangsa Israel karena ketidaksetiaan mereka sendiri, sedangkan tindakan TUHAN Allah mendatangkan kehidupan bahkan dalam kehancuran itu. Demikianlah kiranya kasih setia TUHAN, selalu mampu mendatangkan keselamatan di tengah-tengah malapetaka, dan menghadirkan kehidupan dalam kehancuran akibat ketidaksetiaan manusia terhadap-Nya. Pada akhirnya, tindakan TUHAN ini sekaligus membungkam mereka yang selama ini menganggap diri lebih tinggi (pohon yang tinggi) dan orang lain lebih rendah (pohon yang rendah), ay. 24.

Sdra/i yang tekasih, kita banyak menyaksikan betapa ketidaksetiaan manusia terhadap TUHAN justru telah mendatangkan kematian atau kehancuran dalam kehidupan kita. Pemberontakan manusia terhadap Allah dalam berbagai bentuk justru mendatangkan malapetaka dan aib bagi manusia itu sendiri, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengatasinya. Lihatlah betapa manusia sering berpaling dari Tuhan dan menghadap ilah-ilah lain; lihatlah betapa banyaknya orang Kristen yang mengaku percaya pada Tuhan dengan bibir dan mulutnya, tetapi hati dan perilakunya sangat jauh dari Tuhan, ilau nilau dödönia zamösana, tebai niwa’ö, tebai nitegu, oi ya’ia manö nifaluania, ba ato göi niha sifayawa ba zi lö atulö nifaluania, ganuno ba zi lö sökhi.Lihatlah betapa manusia zaman sekarang lebih takut kepada penguasa dunia (“raja-raja lokal”) walaupun salah, daripada takut pada TUHAN yang adalah jalan kebenaran dan hidup. Banyak orang Kristen yang memberontak kepada TUHAN walaupun sepertinya mereka rajin beribadah bahkan memberikan persembahan kepada Tuhan. Bagaimana mungkin ya??!! Sederhana saja, mereka tampil seperti anak-anak Tuhan ketika berada di dalam gereja, atau ketika sedang beribadah, tetapi akan tampil sebagai “monster” yang menakutkan bagi sesamanya dalam kehidupan sehari-hari. Lihatlah misalnya betapa semakin banyak orang Kristen yang sudah tidak setia lagi pada janji pernikahannya di hadapan Tuhan dulu, sekarang sudah memiliki pria/wanita idaman lain di berbagai tempat. Lihatlah betapa semakin banyak orang Kristen yang sepertinya sungguh-sungguh memuji dan melayani Tuhan, tetapi menjadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari, menjadi sumber konflik dan masalah di tengah-tengah masyarakat. Lihatlah juga, betapa semakin banyaknya orang Kristen yang telah jatuh ke dalam kubangan dosa, jatuh ke dalam kehancuran kehidupan; banyak orang Kristen yang karena berbagai kesulitan atau kegalauan hidup, melarikan diri dalam alkoholisme, mabuk-mabukkan, judi, foya-foya ..., dan tragisnya banyak orang yang tidak menyadari situasi kehancuran itu.

Sdra/i, di sisi lain, dalam kasih setia-Nya, TUHAN berkenan hadir dalam kehidupan kita yang mungkin saja sedang porak-poranda; Tuhan berkenan hadir dalam kehidupan orang-orang yang mungkin saja sedang mengalami kekacauan dan kehancuran ... dan kehadiran Tuhan itu mendatangkan keselamatan, mendatangkan kehidupan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Karena itu, pemazmur menasihati kita: “Lebih baik berlindung pada TUHAN daripada percaya kepada para bangsawan” (Mzm. 118:9).



[1] Bahan Khotbah Minggu, 14 Juni 2015, di BNKP Jemaat Soliga, oleh Pdt. Alokasih Gulö, M.Si

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...