Bahan Khotbah Minggu, 1 Mei 2016 (Hari Buruh)
Oleh. Pdt. Alokasih Gulo
Mazmur ini merupakan doa pujian sekaligus mewartakan pengharapan akan kemakmuran, keselamatan, dan sukacita bagi umat Tuhan dan bagi bangsa-bangsa, yang semuanya bermuara pada pemujaan Allah sumber berkat itu. Ditegaskan bahwa segala sukacita kita berasal dari anugerah Allah, dan karenanya segala macam doa pujian, doa berkat, doa permohonan dan pengharapan kita hanyalah demi kemuliaan nama-Nya di antara bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Ada beberapa alasan kita patut menyampaikan doa pujian, permohonan dan pengharapan kita hanya kepada Allah menurut mazmur ini:
1. Dia adalah sumber segala kemakmuran bagi umat Israel, moroi khö Lowalangi fefu ngawalö wa’ebua dödö ba howuhowu ba Ndraono Gizera’eli (ay. 2, 7).
Alasan ini pada satu sisi merupakan doa harapan bangsa Israel sekaligus doa pengakuan bahwa kemakmuran yang telah dan akan didapatkan oleh bangsa Israel berasal dari Allah, Dialah yang memberkati tanah Israel sehingga memberikan hasilnya. Hal ini sangat penting disadari dan diakui oleh bangsa Israel, bahkan oleh segala bangsa, dari zaman dulu hingga zaman sekarang, supaya manusia hidup bergantung penuh pada Allah, dan tidak bersandar pada kekuatannya sendiri. Pada saat yang sama teks ini mengingatkan kita bahwa keterputusan hubungan dengan Allah berarti keterputusan hubungan dengan sumber segala kemakmuran itu. Memang ada orang yang mengatakan bahwa kemakmuran yang dia miliki merupakan hasil jerih lelahnya, usahanya, buah dari kecerdasannya, buah dari pendidikan yang telah dia peroleh. Namun, pertanyaannya ialah: siapakah yang memberi kita kekuatan untuk bekerja, belajar, dan berusaha? Siapakah yang memberikan kita kecerdasan yang kadang-kadang tidak terpikirkan sebelumnya? Siapakah sumber utama pengetahuan? Adakah yang berani mengatakan itu semua bersumber dari dirinya sendiri?! Kalau ada, maka sia-sialah Anda datang kebaktian hari ini, sebab yang datang pada kebaktian ini adalah mereka-mereka yang masih menyadari dan mengakui bahwa semua keberhasilan atau kemakmuran itu bersumber dari Tuhan; sedangkan kerja keras kita, usaha kita, kecerdasan atau pendidikan kita hanyalah media atau alat yang dipakai oleh Tuhan untuk mendatangkan kemakmuran atau keberhasilan bagi kita semua.
2. Dia adalah sumber keselamatan bagi bangsa-bangsa, moroi khö Lowalangi wangorifi soi niha baero andrö (ay. 3).
Doa pengharapan dan pengakuan berkat Allah bagi umat-Nya Israel kemudian mendapatkan pengakuan yang lebih luas, yaitu bahwa keselamatan bagi bangsa-bangsa (di luar Israel) berasal dari Allah saja. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa walaupun Allah yang kita kenal pertama-tama adalah Allah Israel, namun Allah itu tidak serta merta eksklusif menjadi milik Israel saja. Tidak ada yang mampu membatasi ruang gerak Allah beserta segala berkat-Nya. Pemazmur menyadari hal ini, dan pengakuan ini sangat penting baik bagi bangsa Israel sendiri sebagai umat pilihan Allah, maupun kepada bangsa-bangsa lain yang mendapatkan keselamatan ini. Bangsa-bangsa lain dapat mengenal jalan dan keselamatan yang dari Allah, sehingga bangsa-bangsa itu pun pada akhirnya akan bersyukur kepada Allah. Perhatikan dengan baik kalimat di ayat 3 ini “supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa”. Ternyata, Tuhan Allah berkenan memberi kita kemakmuran atau berkat-berkat-Nya supaya kita dapat memperkenalkan jalan Tuhan itu di bumi, supaya kita dapat memperkenalkan keselamatan itu bagi orang lain. Makanya, aneh rasanya kalau ada orang mengaku sebagai “anak-anak Tuhan” tetapi justru menjadi batu sandungan bagi sesamanya; aneh rasanya kalau ada orang yang merasa diri “saleh/suci/rohani” tetapi suka mempersulit sesamanya terutama orang-orang yang lebih lemah dari dia (lebih muda, junior, dll).
3. Dia memerintah bangsa-bangsa dengan adil, atulö/adölö wanguhuku Lowalangi dozi soi (ay. 5).
Kalau pada bagian sebelumnya ditegaskan alasan mengapa bangsa-bangsa harus bersyukur kepada Allah (ay. 3, 6), maka pada bagian ini dinyatakan alasan konkret mengapa semua bangsa harus memuji dan bersyukur kepada Allah, yaitu bahwa Dia mengadili bangsa-bangsa dengan adil. Kita semua sudah tahu bagaimana realitas penegakkan keadilan di antara bangsa-bangsa, seringkali jauh dari prinsip-prinsip keadilan. Dari zaman dulu sampai sekarang, seringkali rakyat kecil yang jauh dari panggung kekuasaan, hanya bermimpi tentang pemerintahan yang adil, tetapi tidak pernah menikmatinya. Sekarang, melalui mazmur ini, ditegaskan bahwa Allah akan memerintah, atau dalam bahasa aslinya menghakimi bangsa-bangsa dengan adil.
Siapa yang tidak bersukacita kalau keadilan dapat dihadirkan dalam kehidupan ini? Siapa yang tidak bersyukur kalau pemerintah atau penguasa pada akhirnya harus tunduk pada pemerintahan atau keadilan Allah? Memang, ada saja orang yang merasa diri berada “di atas angin”, tidak tersentuh oleh hukum dan keadilan (mungkin karena dia memiliki pengaruh, kekayaan, backing, dll) sehingga seringkali mempermainkan hukum dan keadilan; tetapi apakah Allah akan berdiam diri? TIDAK! Suatu saat Tuhan Allah akan menunjukkan keadilan-Nya kepada mereka.
4. Dia menuntun suku-suku bangsa di atas bumi, Lowalangi zamatörö soi niha misa (ay. 5).
Terakhir, mazmur ini mengungkapkan alasan penting mengapa harus memuji dan bersyukur kepada Allah, yaitu bahwa Allah itu yang menuntun suku-suku bangsa di atas bumi, dalam bahasa aslinya berarti memerintah. Alasan ini terkait erat dengan bagian sebelumnya ketika Allah memerintah bangsa-bangsa dengan adil.
Penegasan ini sangat penting bagi bangsa Israel, sebab mereka sudah tahu persis bagaimana pemerintahan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka pada zaman itu, dan sekarang mereka diberi kepastian bahwa semua bangsa itu harus tunduk di bawah kekuasaan Allah, dan Allah dengan segala kekuasaan-Nya itu pasti memerintah mereka dengan adil sebagaimana ditegaskan pada bagian sebelumnya. Pada saat yang sama penegasan ini mengingatkan pemerintah bangsa-bangsa lain yang biasanya cenderung otoriter dan menindas, bahwa pada akhirnya Allah sendiri yang akan memerintah mereka dengan keadilan-Nya, karenanya mereka pun harus menundukkan diri kepada Allah. Mazmur ini tentu menjadi kabar sukacita bagi semua orang, terutama mereka yang selama ini jauh dari panggung kekuasaan atau bahkan mereka yang selama ini mengalami ketidakadilan. Allah akan memerintah bangsa-bangsa dengan adil, siapa yang tidak bersyukur? Ha niha zi lö mangandrö saohagölö na I’ohe ba wa’adölö ma ba wa’atulö wanguhuku soi niha Lowalangi?
Tujuan dari seluruh bagian dalam mazmur ini adalah supaya bangsa-bangsa semua bersyukur kepada Allah, ena’ö dozi soi niha aboto ba dödöra ba lasuno Lowalangi (ay. 4, 6). Artinya, semua suku bangsa akan tunduk dan menyatakan pengakuan terhadap kekuasaan Allah, dan kita semua menyatakan pujian syukur hanya kepada-Nya saja.
Selamat berefleksi, Tuhan memberkati.