Khotbah Minggu, 26 Maret 2023
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
9 Beginilah firman Tuhan ALLAH: “Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah kekerasanmu yang mengusir umat-Ku dari tanah miliknya, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
10 Neraca yang betul, efa yang betul dan bat yang betullah patut ada padamu.
11 Sepatutnyalah efa dan bat mempunyai ukuran yang sama yang ditera, sehingga satu bat isinya sepersepuluh homer, dan satu efa ialah sepersepuluh homer juga; jadi menurut homerlah ukuran-ukuran itu ditera.
12 Bagi kamu satu syikal sepatutnya sama dengan dua puluh gera, lima syikal, ya lima syikal dan sepuluh syikal, ya sepuluh syikal, dan lima puluh syikal adalah satu mina.
13 Inilah persembahan khusus yang kamu harus persembahkan: seperenam efa dari sehomer gandum dan seperenam efa dari sehomer jelai.
14 Tentang ketetapan mengenai minyak: sepersepuluh bat dari satu kor; satu kor adalah sama dengan sepuluh bat.
15 Seekor anak domba dari setiap dua ratus ekor milik sesuatu kaum keluarga Israel. Semuanya itu untuk korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
16 Seluruh penduduk negeri harus mempersembahkan persembahan khusus ini kepada raja di Israel.
17 Dan rajalah yang bertanggung jawab mengenai korban bakaran, korban sajian, korban curahan pada hari-hari raya, bulan-bulan baru, hari-hari Sabat dan pada setiap perayaan kaum Israel. Ialah yang akan mengolah korban penghapus dosa, korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi kaum Israel.”
Pada ayat sebelumnya Tuhan berbicara tentang zaman kebenaran yang akan datang yang berhubungan dengan bait suci, dan mengatakan itu akan menjadi waktu ketika para raja Israel tidak lagi menindas umat Allah (Yeh. 45:8). Visi tentang kebenaran masa depan itu dapat mengilhami para pemimpin (raja) pada zaman Yehezkiel untuk menghilangkan kekerasan dan penjarahan, menjalankan keadilan dan kebenaran, dan berhenti merampas milik umat Allah di zaman mereka sendiri.
Tuhan sangat peduli dengan kejujuran dan integritas yang sederhana dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Kejujuran dan integritas dimaksud terlihat dalam tiga hal, yaitu (1) sehubungan dengan sikap dan tindakan para raja Israel terhadap umat Tuhan, (2) sehubungan dengan timbangan apa pun, dalam hal ini neraca dan efa. Keduanya haruslah dilakukan dalam keadilan dan kebenaran.[1] Para raja bersikap dan bertindak adil dan benar, sementara itu seluruh masyarakat harus menerapkan timbangan yang jujur dalam urusan/bisnis sehari-hari. Kejujuran dan integritas yang ke-3 terlihat dari ibadah persembahan yang diberikan kepada Tuhan, sesuai dengan standar Tuhan, tidak lebih tidak kurang. Itulah kesalehan yang sesungguhnya, terwujud dalam sikap dan tindakan sehari-hari, kemudian terlihat dalam hal ibadah persembahan kepada Tuhan. Kesalehan yang sesungguhnya tidak bisa hanya memenuhi salah satunya.
Tuntutan Tuhan yang pertama agar raja Israel menghentikan segala bentuk ketidakadilan bagi umat Tuhan (kekerasan dan aniaya) menunjukkan bahwa pada waktu itu para pemimpin bangsa Israel menggunakan jabatan mereka untuk menindas rakyat, bukan mengayomi. Para raja itu menggunakan kedudukan atau jabatan mereka sebagai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan di atas penderitaan rakyat banyak. Tanpa malu mereka menggunakan “alat/sarana negara” untuk melakukan kekerasan dan penganiayaan terhadap rakyat biasa. Fenomena penggunaan jabatan dengan tidak adil dan tidak benar seperti yang dulu dilakukan oleh raja-raja Israel juga semakin terlihat akhir-akhir ini. Fenomena ini sebenarnya sudah lama terjadi, hanya saja belum terungkap pada waktu itu, berbeda dengan era digital saat ini, semua serba terbuka. Saya tidak perlu menyebutkan satu persatu contoh kasus yang menunjukkan para pejabat yang memanfaatkan jabatannya sebagai kesempatan untuk menindas orang lain dengan berbagai cara, termasuk mengintimidasi (menakut-nakuti) dan korupsi. Hal yang cukup memprihatinkan adalah keluarga para pejabat yang malah seringkali lebih “pejabat dari pejabat”, lebih presiden dari presiden, lebih gubernur, lebih bupati dari bupati, dst. Hari ini, Tuhan berfirman: “cukup dan sudahilah semua itu, hentikan kekerasan dan penganiayaan, lakukanlah keadilan dan kebenaran.”
Tuntutan Tuhan yang kedua adalah agar masyakat banyak juga sungguh-sungguh mempraktikkan keadilan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, terutama sehubungan dengan urusan/bisnis, yaitu timbangan. Pada waktu itu memang ada berbagai timbangan atau ukuran di Israel, mulai dari neraca, efa, bat, homer, syikal, dll. Tuhan tidak melarang penggunaan timbangan/ukuran ini semua, justru itu penting untuk membantu kelangsungan kehidupan umat Israel. Tuhan hanya meminta mereka untuk jujur dan berintegritas dalam penggunaan semua timbangan atau ukuran tersebut. Tuhan tidak menyukai timbangan/ukuran yang menipu, Tuhan tidak senang dengan timbangan/ukuran yang curang, sebab timbangan yang menipu/curang merupakan wujud nyata dari ketidakadilan dan ketidakbenaran, dan hanya akan menimbulkan penderitaan bagi rakyat banyak. Tuhan pun sebenarnya meminta kita menggunakan timbangan atau ukuran yang adil/jujur dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai urusan. Persoalannya ialah sulitnya menemukan kejujuran dimaksud. Yang terjadi justru timbangan yang tidak sesuai dengan ukuran yang sebenarnya (katanya 1 kg padahal hanya 8-9 ons, katanya barang ori padahal kw, dll). Ada juga masyarakat yang menjual karet dengan menyisipkan tanah, batu atau pun pasir di dalamnya, biar berat (abua ba kilo). La’amawa khoda “salak Hiliduho” (wanguma’ora) ba oya lafarukha “salak kaleng-kaleng”. Cara-cara seperti ini tidak hanya merugikan pembeli, dan secara perlahan merugikan penjual itu sendiri ke depan, tetapi juga merugikan produk tertentu yang sebenarnya berkualitas, tetapi kemudian masyarakat tidak percaya lagi. Hari ini, Tuhan berfirman: “cukup dan sudahilah semua itu, hentikan ketidakadilan dan ketidakjujuran, lakukanlah keadilan dan kebenaran.”
Tuntutan Tuhan yang ketiga adalah agar seluruh umat Tuhan itu memberikan persembahan khusus kepada raja, dan seterusnya raja (beserta rakyat) melaksanakan ibadah persembahan yang adil dan jujur kepada Tuhan. Itulah yang terungkap pada ayat 13-17. Ayat-ayat ini berisi aturan atau ukuran persembahan yang harus diberikan, demi keselamatan mereka semua. Artinya, setelah melakukan keadilan dan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari, kini bangsa itu harus menghadap Tuhan dengan berbagai persembahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tidak boleh ada seorang pun dengan alasan apa pun yang mengurangi persembahan kepada Tuhan. Kepada sesama manusia saja harus berbuat jujur, apalagi kepada Tuhan. Memberikan yang terbaik adalah kewajiban kita kepada Tuhan. Kita tidak boleh hitung-hitungan ketika memberi kepada Tuhan, sebab Tuhan sendiri tidak pernah hitung-hitungan ketika memberkati dan menyelamatkan kita. Apa yang menjadi bagian raja berikanlah itu kepadanya, dan apa yang menjadi bagian Allah berika juga kepada Allah. Dalam Matius 22:21, Yesus berkata: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Tetapi, pemberian persembahan kepada Allah tidak boleh mengurangi atau menghentikan kita untuk melakukan keadilan dan kebenaran. Yesus telah memperingatkan orang-orang Farisi pada zaman-Nya dengan berkata: “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan” (Mat. 23:23).
Jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran (Yeh. 45:9b)
[1] Efa adalah ukuran kering yang sama dengan sekitar delapan atau sembilan galon atau satu gantang, dibagi menjadi enam untuk tujuan perhitungan. Bat adalah ukuran cairan yang setara dengan sekitar sembilan galon atau sembilan puluh satu pint, dibagi menjadi sepersepuluh. Homer adalah bagian keenam dari sebuah bat.