Sunday, March 19, 2023

Bersukacita karena Percaya – Fa’omuso Dödö börö Wamati (Yohanes 9:35-41)

Khotbah Minggu, 19 Maret 2023
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

35 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?”
36 Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya.”
37 Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!”
38 Katanya: “Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya.
39 Kata Yesus: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.”
40 Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?”
41 Jawab Yesus kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.”

Teks khotbah hari ini merupakan kelanjutan dari kisah Yesus menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya. Pada waktu itu, terjadi perdebatan dan perbedaan pendapat di antara orang-orang Farisi setelah Yesus menyembuhkan orang buta tersebut pada hari Sabat. Ada kelompok yang mengatakan bahwa Yesus bukan berasal dari Allah karena Ia tidak memelihara hari Sabat (9:16). Pada sisi lain, ada kelompok yang berpendapat bahwa tidak mungkin Yesus mampu menyembuhkan orang buta sejak lahir kalau Dia orang berdosa (9:16). Seperti biasa, kelompok pembenci Yesus menang atas kelompok pembela Yesus. Kelompok yang berlawanan dengan Yesus ini pun sebenarnya “kalah” adu argumen dengan orang yang telah disembuhkan tersebut, tetapi daripada mengakui kekalahan mereka, dan daripada mengakui Yesus sebagai Mesias, mereka malah mengusir keluar dari bait suci orang buta yang telah disembuhkan itu (9:34). Pengusiran ini sebenarnya bisa berdampak luas secara khusus kepada orang buta yang telah disembuhkan tersebut. Dia akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan untuk membuka usaha pun agaknya sulit. Mengapa? Karena pengusiran dirinya oleh orang-orang Farisi tersebut merupakan tanda resmi pengucilan dari komunitas Yahudi pada waktu itu.

Nas khotbah pada hari ini berbicara tentang percakapan Yesus kepada orang buta yang telah disembuhkan tersebut tidak lama setelah dia diusir oleh orang-orang Farisi, dan diteruskan dengan percakapan Yesus dengan orang-orang Farisi yang masih tetap merasa diri tidak berdosa. Dengan kata lain, teks khotbah hari ini hendak menyajikan secara kontras dua kelompok masyarakat tentang iman: yang pertama diwakili oleh orang buta yang telah disembuhkan itu, memilih untuk tetap kokoh beriman kepada Yesus yang telah menyembuhkannya, dan yang kedua adalah kelompok Farisi yang dengan kekerasan hatinya tidak percaya kepada Yesus. Dalam konteks inilah Yesus mengungkapkan maksud kedatangan-Nya ke dunia, yakni untuk menghakimi, untuk memberikan penglihatan kepada mereka yang dengan kerendahan dan ketulusan harti percaya kepada-Nya, dan membiarkan dalam kebutaan orang yang dengan angkuhnya tidak percaya kepada Yesus dan menganggap diri tidak berdosa.

Orang Buta yang disembuhkan Percaya kepada Yesus (9:35-38)

Yesus mendengar bahwa para pemimpin Yahudi telah mengusir orang ini dari bait suci, yang merupakan masalah serius dalam masyarakat Yahudi pada waktu itu. Tetangganya bahkan orangtuanya pun akan menghindarinya karena takut polisi agama mengincar mereka. Meskipun sekarang pria tersebut secara fisik dapat bekerja untuk pertama kali dalam hidupnya, namun agaknya tidak ada yang mau mempekerjakan pria yang telah dikucilkan oleh otoritas agama itu. Mungkin banyak orang di pasar juga akan menolak berbisnis dengan orang buangan seperti itu. Tetapi pada saat inilah, mungkin ketika dia berdiri dalam kebingungan di luar pelataran bait suci, Yesus menemukan dia dan mengajukan pertanyaan terpenting kepadanya: “Percayakah engkau kepada Anak Manusia?” (ay. 35) Dan, masih dalam kebingunan, pria itu balik bertanya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya” (ay. 36). Yesus pun menerangkan kepadanya bahwa Anak Manusia dimaksud sedang bercakap-cakap dengannya (ay. 37). Sebelumnya, dia hanya mendengar suara Yesus ketika dia disembuhkan, tetapi sekarang dia melihatnya sendiri bahkan berbicara langsung dengan-Nya. Dia pun langsung percaya kepada Yesus dan sujud menyembah-Nya (ay. 38). Perjumpaannya dengan Yesus semakin meneguhkan imannya kepada-Nya, walaupun dengan risiko diusir dan dikucilkan oleh para pemimpin Yahudi pada waktu itu. Orang buta ini menggambarkan orang-orang yang dengan teguh maju dalam iman kepada Yesus sampai titik penyembahan, apa pun risikonya. Percaya kepada Yesus berarti siap dengan risiko apa pun yang harus dialami.

Orang yang berpikir Melihat Dibutakan (9:39-41)

Kalau pada bagian sebelumnya orang buta tampil dengan meyakinkan untuk percaya dan menyembah Yesus, sekarang orang-orang Farisi tampil dengan keangkuhan mereka yang menganggap diri “melihat” atau “tidak berdosa”. Oleh sebab itu, orang-orang Farisi tersebut menolak untuk percaya kepada Yesus, bahkan mencari jalan untuk menangkap-Nya.

Ketika Yesus mengungkapkan maksud kedatangan-Nya ke dunia pada ayat 39, yaitu untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta, dengan cepat orang-orang Farisi itu bereaksi: “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” (ay. 40). Reaksi ini menunjukkan ketidaksenangan mereka akan kedatangan dan pelayanan Yesus di dunia, sekaligus menunjukkan ketidakmauan mereka untuk mengakui “kebutaan” atau “keberdosaan” mereka selama ini. Orang-orang Farisi memang terkenal sebagai kelompok elit dalam masyarakat Yahudi yang menganggap diri paling benar, paling hebat, paling dihormati, dan paling suci, padahal banyak di antara mereka yang “menelan rumah janda-janda dan hidup dalam kemunafikan” (lih. Mrk. 12:38-40). Sayang sekali, orang-orang Farisi ini tidak mengakui sisi buruk atau sisi gelap kehidupan mereka. Mereka berlindung di balik hukum atau aturan keagamaan Yahudi untuk menutupi borok mereka, dan tidak ada orang yang berani mengkritik mereka pada zaman itu sampai Yesus datang membongkar kebobrokan mereka tersebut. Ketidakmauan mereka untuk mengakui keberdosaan mereka, dan kekerasan hati mereka untuk tidak percaya kepada Yesus sebagai Anak Manusia yang berasal dari Allah, justru telah menjadi bumerang bagi mereka. Pada ayat 41 Yesus berkata kepada mereka: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu.” Demikianlah nasib orang yang berpikir “melihat”, akan tetap dalam “kebutaan” mereka. Secara fisik mereka melihat, tetapi sesungguhnya secara rohani mereka buta, tidak bisa melihat kasih karunia Tuhan yang begitu besar bagi umat manusia.

Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya (Mazmur 5:12a)

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...