Monday, October 24, 2011

Jesus Seminar (Bagian I)

Siapa?
Jesus Seminar adalah suatu kelompok para ahli teologi yang berasal dari Amerika Utara yang didirikan oleh Robert W. Funk. Nama mereka awalnya adalah “The Fellows” (Teman-teman). Nama ini ditetapkan oleh sekitar 80 ahli Alkitab yang mengadakan pertemuan dua kali setahun sejak tahun 1985 sampai 1996. Kelompok ini tidak mempunyai hubungan dan tidak berafiliasi dengan perguruan tinggi manapun, dan tidak juga mewakili para ahli teologi dari berbagai latar belakang atau keyakinan. Seperti dikatakan sebelumnya, mereka adalah para ahli teologi dari Amerika Utara.

Berdasarkan buku pertama mereka, The Five Gospels …, kelompok ini sangat dipengaruhi oleh tiga tokoh terkenal, yaitu:
1)   Galileo Galilei, yang adalah ahli astronomi yang handal, tapi sesungguhnya dia juga menjadi pelopor bagi siapa saja yang ingin menggantikan Alkitab dengan ilmu pengetahuan.
2)   Thomas Jefferson (1743 – 1826), yaitu mantan presiden Amerika Serikat, yang anti terhadap hal-hal yang adikodrati, sehingga dia membuang sembarang pernyataan tentang mukjizat dalam keempat Injil.
3)   David Friedrich Strauss, seorang ahli teologi Jerman yang menonjol pada abad ke-18, yang meragukan keandalan nyata gambaran mengenai Yesus menurut empat Injil.

Tujuan 
Untuk memberikan sebuah gambaran mengenai Yesus yang jauh berbeda dengan pemahaman tradisional orang-orang Kristen atau gereja berdasarkan tingkat keaslian ucapan atau tindakan Yesus sebagaimana tercatat dalam keempat kitab Injil kanon. Dalam mencapai tujuan ini mereka memperkenalkan penafsiran baru dan memberikan kumpulan komentar terhadap empat Injil Perjanjian Baru, beserta Injil Thomas dan Injil Petrus.

Publikasi
Selama 10 tahun kelompok “The Fellows” ini melakukan penelitan, dan telah menghasilkan dua buah buku awal yang kontroversial, yaitu:
1)   Robert W. Funk, Roy W. Hover dan Jesus Seminar, The Five Gospels: What Did Jesus Really Say? The Search for the Authentic Words of Jesus (Lima Injil: Apa yang Sesungguhnya Dikatakan oleh Yesus? Pencarian Kata-kata Asli Yesus). Kelima Injil yang mereka tuliskan secara urut adalah Markus, Matius, Lukas, Yohanes, dan Injil Thomas.
2)   Robert W. Funk, ed., The Acts of Jesus: What Did Jesus Really Do? The Search for Authentic Deeds of Jesus (Tindakan-tindakan Yesus: Apakah yang Sesungguhnya Dilakukan oleh Yesus? Pencarian Tindakan-tindakan Asli Yesus). Sumber-sumber yang digunakan adalah Q, atau Quelle (bahasa Jerman yang berarti sumber), 235 pernyataan yang diasumsikan berasal dari Yesus dan sama-sama terdapat dalam Matius dan Lukas. Injil Thomas tidak dimasukkan dalam karya ini karena mencatat 114 perkataan Yesus, tetapi tidak mencatat tindakan-tindakan Yesus, sementara Injil Petrus dimasukkan. Injil Petrus adalah injil apokrifa PB yang bertarikh tidak lebih awal dari abad kedua Masehi.

Metodologi
Penafsiran yang mereka lakukan memakai metode pemberian kode warna, yaitu melakukan pemungutan suara untuk memutuskan apakah 500 kutipan yang memuat kata-kata dan karya Yesus dalam empat Injil kanon benar-benar asli dari Yesus, mungkin asli, mungkin tidak asli, atau tidak mungkin asli sama sekali. Maka, mereka memakai manik-manik berwarna untuk mengambil keputusan sebagai berikut:
  • Manik-manik merah : Yesus pasti mengatakan atau melakukannya
  • Manik-manik merah muda : Yesus mungkin mengatakan atau melakukannya
  • Manik-manik abu-abu : Yesus mungkin tidak mengatakan atau melakukannya
  • Manik-manik berwarna hitam : Yesus sangat tidak mungkin mengatakan atau melakukannya

Kriteria
Untuk memilih manik-manik dengan warna-warna di atas, maka ada dua kriteria yang dipakai:
1)   Kriteria Perbedaan
Kriteria ini menyatakan bahwa ucapan atau tindakan Yesus yang berbeda secara mencolok dari tradisi Yahudi-Nya dan dari para pengikut-Nya (gereja). Jika kriteria seperti ini terpenuhi maka sesungguhnya ucapan atau tindakan itu asli berasal dari Yesus. Artinya, ucapan atau tindakan Yesus hanya “memenuhi kriteria” ini jika ucapan atau tindakan tersebut bertentangan dengan kedua kelompok itu (Yahudi dan Pengikut Yesus).

2)   Kriteria Pembuktian Kolektif
Kriteria ini mengasumsikan ada 4 sumber terpisah yang menyusun Injil, yaitu Markus, Q, M, dan L. Jika suatu ucapan atau tindakan Yesus tertulis dalam paling sedikit dua sumber ini, maka ucapan atau tindakan tersebut dianggap asli dari Yesus. Jika tertulis hanya dalam satu sumber, maka ucapan atau tindakan itu dianggap tidak asli dari Yesus, dan karenanya tidak benar.

Prasangka
Ada dua prasangka yang menggerakkan rencana kelompok ini, yaitu keraguan historis dan ketepatan politis.
1)   Keraguan Historis
Jesus seminar mengakui bahwa mereka meragukan keandalan Alkitab secara umum dan Injil secara khusus. Keraguan ini terungkap dalam “Tujuh Pilar Kebijaksanaan Intelektual” yang menjadi pengantar untuk dua buku mereka. Ketujuah pilar dimaksud adalah sebagai berikut:
  • Yesus sejarah (Yesus yang sesungguhnya) bukanlah Kristus Iman (Yesus menurut empat Injil dan gereja).
  • Yesus menurut Injil Sinoptik tidak sama dengan Yesus menurut Injil Yohanes.
  • Injil tertua adalah Markus (± tahun 64-68 M), sedangkan Injil Lukas (tahun 80 M), dan Injil Matius (tahun 90 M) bersumber pada Injil Markus tersebut.
  • Dokumen Q merujuk pada sekitar 235 pernyataan yang dianggap diucapkan oleh Yesus; dokumen Q ini juga digunakan oleh Lukas dan Matius.
  • Yesus bukanlah seorang pengkhotbah Yahudi yang berapi-api tentang invasi kerajaan Allah, melainkan seorang filsuf gaya Yunani yang berkeliling Palestina untuk memberitakan rincian-rincian amsal mengenai perlunya orang-orang memperlakukan satu sama lain dengan adil.
  • Injil-injil dalam PB adalah kumpulan cerita tradisi lisan yang beredar di gereja-gereja yang dibumbui dengan legenda-legenda dan mitos-mitos supernatural.
  • Tanggung jawab untuk memberikan bukti bahwa “Yesus sejarah” adalah “Kristus iman” secara langsung terletak pada orang-orang Kristen konservatif.

2)   Ketepatan Politis
Keinginan Jesus seminar adalah menawarkan Yesus yang tepat secara politis. Itulah sebabnya mereka menempatkan Injil Thomas di antara Injil-injil kanon, bahkan memberikan prioritas di atas keempat Injil tersebut. Maka tidak mengherankan kalau pada akhirnya kelompok Jesus seminar ini menemukan gambaran mengenai Yesus yang bersifat individualistis, pantheistis, moralistis, dan pluralistis.

Akibat
Hasil akhir yang dicapai oleh kelompok The Fellows sungguh mengejutkan. Ternyata hanya 18% saja kata-kata dan tindakan-tindakan Yesus yang dituliskan dalam Alkitab yang dianggap asli dan diberi warna merah. Banyak hal yang telah diajarkan oleh tradisi Kristen menjadi tidak dapat dipercaya! Dari beberapa tradisi kekristenan berdasarkan ajaran Alkitab selama ini dan telah disaksikan oleh banyak orang, misalnya kelahiran-Nya dari seorang anak dara, kehidupan-Nya yang penuh kebajikan, kematian-Nya untuk menebus dosa-dosa kita, kebangkitan-Nya yang penuh kemenangan, dan kenaikan-Nya ke surga, hanya ada satu yang oleh kelompok Jesus seminar dicetak dengan warna merah (yang dianggap asli ucapan atau tindakan Yesus), yaitu tentang kehidupan-Nya yang penuh kebajikan, sedangkan tradisi atau ajaran yang lain itu digolongkan sebagai cerita-cerita, legenda-legenda atau mitos-mitos yang diciptakan oleh gereja. Artinya, sebagian besar tulisan tentang Yesus dalam kitab-kitab Injil kanon hanyalah merupakan mitos dan hasil rekayasa gereja saja. Maka, apa gunanya percaya pada mitos dan hasil rekayasa? Untuk apa memercayakan hidup pada sekumpulan mitos dan cerita rekayasa? Untuk apa menjadi pengikut (murid) seorang pribadi yang walaupun orang baik, tetapi sama saja dengan orang-orang besar lainnya di sepanjang zaman? Bagaimana mungkin kita masih memercayai pribadi itu sebagai Tuhan dan Juruselamat sebagaimana tradisi selama ini?

Selanjutnya baca Jesus Seminar (bagian II)


(C. Marvin Pate & Sherly L. Pate, Crucified in Media (Grand Rapids: Baker Books House, 2007)

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...