Saturday, April 27, 2013

Kasih Karunia Allah Berlaku untuk Semua (Kisah Para Rasul 11:15-18 (Halöwö Zinenge 11:15-18)


Bahan Khotbah Minggu, 28 April 2013
Pdt. Alokasih Gulo, M.Si

11:15       Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita.
11:16       Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
11:17       Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?”
11:18       Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: “Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup.”

Pengantar
-          Apa yang akan kita lakukan, atau yang akan kita katakan, terhadap seseorang dalam komunitas kita yang telah melanggar kesepakatan/keputusan bersama? Apakah kita akan mendiamkan dan tidak mempertanyakannya?
-          Atau, bagaimanakah sikap kita apabila ada di antara warga desa kita yang melanggar kesepakatan, keputusan, dan tradisi adat istiadat yang sekian lama kita junjung tinggi? Apakah bapak/ibu tua-tua adat membiarkannya begitu saja?
-          Saya yakin bahwa kita tidak akan berdiam diri saja; kita tentu mempertanyakannya dan bahkan mengecamnya!
-          Kira-kira seperti itulah yang terjadi dengan komunitas Kristen mula-mula, ketika Petrus (bersunat) makan bersama dengan orang tidak bersunat, yang telah dilarang keras dalam hukum adat istiadat Yahudi.

Penjelasan Teks
-          Teks ini berkaitan dengan persoalan yang muncul di ay. 1-2, yaitu tentang kehadiran rasul Petrus di rumah non-Yahudi (tidak bersunat) yang bernama Kornelius. Tentu kita sudah mengetahui bagaimana kisah pertemuan Petrus dan kehadirannya di rumah Kornelius, dan bagaimana Allah berkarya di keluarga itu. Kornelius ini adalah seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia, dan dia tinggal di Kaisarea (Kis. 10:1). Dia memang baik, saleh dan takut akan Allah, banyak memberi sedekah kepada umat Yahudi, serta senantiasa berdoa kepada Allah (Kis. 10:2). Namun, secara lahiriah dia bukanlah golongan Yahudi, bukan juga golongan bersunat, jadi sebaik dan sesaleh apa pun dia tetap bukan bagian dari kaum Yahudi. Dan, menurut keputusan adat kebiasaan Yahudi, orang bersunat tidak boleh makan bersama-sama dengan orang-orang yang tidak bersunat karena mereka dianggap orang kafir. Pengaruh keputusan adat istiadat yang cukup radikal ini tentu masih terasa bagi Yahudi pada zaman itu, temasuk orang-orang Kristen pada masa-masa awal kelahirannya. Maka tidak mengherankan kalau ada pemahaman bahwa berita keselamatan, berita tentang Yesus yang telah mati dan bangkit, hanya ditujukan kepada kaum Yahudi/Israel, tidak kepada bangsa-bangsa lain, dalam hal ini termasuk Kornelius itu. Tetapi ternyata, Petrus hadir, bertemu dan bahkan makan dengan salah satu keluarga non-Yahudi, yaitu Kornelius tersebut. Hal ini menimbulkan persoalan atau perdebatan di antara orang-orang dari golongan Yahudi (bersunat), dan mempertanyakan tindakan Petrus tersebut, dan bahkan mereka menyalahkan, mengkritik dan menyudutkan dia. Lebih jelasnya di ayat 3 mereka berkata: “Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka.”
-          Karenanya, dengan bijak rasul Petrus menanggapi “pertanyaan” atau “kritikan” mereka tentang kehadiran, pertemuan, dan makan bersamanya dengan keluarga Kornelius tersebut. Itulah yang dia jelaskan mulai dari ayat 4 sampai ayat 17 di pasal 11 ini. Petrus mengakui bahwa bukan karena kehendaknya sendiri dia datang, bertemu dan makan bersama dengan keluarga Kornelius yang non-Yahudi itu, bukan karena rencananya, dan bukan karena alasan manusia saja. Tuhan Allahlah yang “memaksa” atau “menyuruh” dia untuk datang ke rumah Kornelius dan memberitakan berita keselamatan di dalam Kristus (lih. Kis. 10). Awalnya Petrus tidak memahaminya, bahkan mungkin tidak mau memberitakan berita keselamatan itu kepada bangsa-bangsa lain, tetapi pada akhirnya dia harus mengalah, dia harus tunduk kepada Sang Pengutus, untuk menyatakan kasih keselamatan bagi bangsa-bangsa lain di dalam Kristus Yesus. Tidak hanya itu, Petrus memberi kesaksian nyata tentang bagaimana bangsa-bangsa lain itu (dhi Kornelius dan keluarganya) bisa juga menerima Roh Kudus sama seperti ketika para pengikut Kristus golongan Yahudi (bersunat) menerima-Nya.

Apa artinya?
-          Bangsa-bangsa lain juga (tidak bersunat) sama dengan bangsa/orang Yahudi (bersunat) dalam hal penerimaan Roh Kudus (ay. 15)
-          Peristiwa datangnya Roh Kudus kepada bangsa-bangsa lain lewat pemberitaan para rasul, membuktikan atau menggenapi perkataan Yesus sebelumnya (ay. 16)
-          Allah berkenan menyatakan kasih karunia-Nya dengan mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki, dan tidak ada seorang pun yang mampu menghalangi-Nya (ay. 17).
-          Kasih karunia Allah berlaku kepada semua orang dari berbagai latar belakang kehidupan, dan karenanya karunia itu memimpin semua orang pada pertobatan (ay. 18). Ini adalah kesadaran, pengakuan dan pujian orang-orang yang tadinya mengkritik Petrus, bahwa bangsa-bangsa lain juga “layak” mendapatkan kasih karunia Allah, dan mereka (golongan bersunat) adalah alat Tuhan untuk memberitakan kasih karunia itu di dalam Kristus.

Teks ini mengajak kita untuk menyadari 2 (dua) hal penting:
-          Bahwa kasih karunia Allah itu berlaku untuk semua, sesuai dengan kehendak Allah itu sendiri. Karenanya, siapa pun, termasuk orang-orang Kristen, tidak berhak mengatur Allah apalagi menghalangi-Nya untuk memberi kasih karunia kepada orang lain;
-          Bahwa orang yang telah menerima kasih karunia, dipanggil untuk menjadi alat Tuhan untuk memberitakan dan memimpin orang lain kepada kasih karunia yang membawa kehidupan.


Pokok-pokok Renungan sedang direnungkan


No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...