Sunday, May 19, 2013

Pergi untuk Kembali – Kembali untuk Menolong (Yohanes 14:15-26)

Bahan Khotbah Minggu, 19 Mei 2013
(Pentakosta I)
Pdt. Alokasih Gulo, M.Si

14:15    Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
14:16    Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,
14:17    yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.
14:18    Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
14:19    Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamu pun akan hidup.
14:20   Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
14:21    Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”
14:22    Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya: “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami, dan bukan kepada dunia?”
14:23    Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
14:24   Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
14:25    Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;
14:26   tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Teks renungan kita pada hari ini berbicara tentang janji dan kepastian dari Yesus kepada murid-murid-Nya, karena Dia akan segera meninggalkan mereka. Ibarat orangtua kepada anak-anak-Nya, Yesus menyampaikan kata-kata perpisahan kepada murid-murid-Nya, kata-kata wejangan, dan peneguhan hati untuk tetap setia dan taat kepada-Nya. Beberapa kali Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan segera pergi, segera meninggalkan mereka (Yoh. 12:8, 35; 13:33; 14:2,4, 18-19). Bahkan, injil Yohanes ini memberi tempat yang cukup panjang tentang bagaimana Yesus “berpamitan” kepada murid-murid-Nya, mulai dari pasal 11 sampai pasal 14. Dengan berbagai cara, Yesus mengungkapkan bahwa Dia akan pergi meninggalkan murid-murid-Nya, dan bahkan menegaskan bahwa kepergian-Nya itu haruslah terjadi. Jadi, kita bisa bayangkan bagaimana situasi yang terjadi pada waktu itu, baik dalam diri Yesus sendiri, terlebih-lebih para murid yang akan ditinggalkan oleh Sang Guru Agung mereka. Mereka sudah bersama-sama selama beberapa tahun, telah mengalami dan menikmati suka-duka kehidupan bersama, dan hidup mereka telah diubahkan oleh perjumpaan dengan Yesus itu. Tapi, mereka akan berpisah, tidak akan lama lagi. Yesus sendiri dikatakan “terharu” (Yoh. 12:27; 13:21), dan murid-murid-Nya bingung, galau, dan gelisah. Para murid beberapa kali menanyakan apa yang dimaksud Yesus tentang ucapan perpisahannya itu, ke mana Dia pergi, jalan mana yang harus ditempuh, dan siapakah Bapa itu.

Dapatlah dipahami kalau para murid mengalami kebingungan, kegalauan, dan kegelisahan karena Yesus akan berpisah dengan mereka. Sang Guru akan pergi, Sang Pengayom akan meninggalkan mereka, Orangtua mereka akan pergi, sementara mereka merasa belum siap untuk ditinggalkan seperti itu, apalagi dalam suasana yang cukup mencekam pada waktu itu. Tentu, aneka pertanyaan kegalauan dan kegelisahan muncul dalam benak mereka, berbagai perasaan bergejolak dalam diri mereka. Apakah dengan kepergian Yesus kita juga bubar? Bagaimanakah nanti persekutuan kecil kita ini? Bagaimanakah nanti masa depan kita ini? Kita sudah “terlanjur” bersama dengan Yesus, tetapi sekarang Dia malah pergi? Apakah kita dapat bertahan tanpa Dia di tengah-tengah situasi yang serba tidak jelas ini? Apakah kita mampu menjalankan tugas-tugas seperti yang pernah Dia lakukan dan percayakan kepada kita? Bagaimana ini?

Yesus tahu semua gejolak jiwa para murid, oleh karena itu Dia pertama-tama memberi kepastian kepada mereka, bahwa Dialah jalan dan kebenaran dan hidup itu (Yoh. 14:6), sehingga mereka tidak perlu gelisah dan kuatir; mereka pasti memiliki hidup! Inilah kepastian pertama dari pihak Yesus.

Sekarang, melalui teks renungan pada hari ini, Yesus juga meminta kepastian tanggapan dari para murid. Karena Yesus telah mengasihi mereka, maka sekarang dan ke depan mereka juga harus membuktikan kasih mereka kepada-Nya, yaitu patuh atau taat pada ajaran Yesus. Logikanya adalah bahwa hanya dengan kepatuhan Yesus memperlihatkan kasih-Nya kepada Bapa, dan hanya dengan kepatuhan juga para murid menunjukkan kasih kepada Yesus. Ha folo’ö oroisan ma famahaö Yesu dandra sebua wa no tatema wa’omasi Lowalangi, ba ha folo’ö andrö dandra wa ta’omasi’ö göi Lowalangi andrö (ay. 15, 21, 23, 24).

Tapi, lagi-lagi Yesus tahu kalau para murid itu sangat gelisah, sekalipun Dia sudah memberi kepastian tentang diri-Nya dan meminta mereka mengasihi Dia melalui kepatuhan dan ketaatan pada ajaran-Nya. Yesus tahu kalau para murid merasa tidak berdaya meneruskan pengajaran-Nya, merasa belum siap, dan merasa takut/kuatir. Oleh karenanya, Yesus menegaskan bahwa mereka akan dianugerahkan penolong/penghibur, yaitu Roh Kudus (ay. 16-18, 26); dan pencurahan Roh Kudus itulah yang kita rayakan pada hari ini.

Roh Kudus yang dimaksud di sini bukanlah sekadar penolong atau penghibur seperti dalam pemahaman umum, yaitu ketika kita mengalami masa-masa dukacita. Istilah yang dipakai untuk “Roh Kudus” dalam bahasa Yunani adalah "parakletos".William Barclay menjelaskan bahwa istilah ini menunjuk pada “seorang yang dipanggil datang karena sangat dibutuhkan”. Nah, Yesus menjanjikan hal ini kepada murid-murid-Nya, yaitu bahwa pasti ada “Pribadi” yang akan menolong mereka dalam menjalani masa depan mereka, menyertai mereka sebagai bukti bahwa Yesus sebenarnya tidak meninggalkan mereka begitu saja (ay. 16, 17, 18); dan “Penolong” itulah juga yang memampukan mereka nanti untuk mengingat dan meneruskan ajaran Tuhan Yesus kepada dunia ini (ay. 26). Jadi, tidak perlu ada kekuatiran, kegalauan, dan kegelisahan lagi, sebab Yesus selalu menyertai setiap orang yang percaya kepada-Nya, Dia akan menganugerahkan Roh Kudus bagi orang-orang beriman; dan hal ini sulit dipahami dan diterima oleh dunia (ay. 17, 19).

Namun, mungkin muncul pertanyaan, bagaimana kita dapat “memperoleh” Roh Kudus itu? Atau, apakah dengan menjadi orang Kristen, kita otomatis dinaungi oleh Roh Kudus, dan Dia tetap di dalam kita? Seharusnya begitu! Tetapi, pada pasal selanjutnya (Yoh. 15), Yesus mengingatkan murid-murid-Nya betapa pentingnya mempertahankan atau menjaga persekutuan yang erat dengan Sumber Roh Kudus itu, Pokok Anggur yang benar. Hanya dengan pertalian, keterikatan, dan persekutuan dengan Sang Pokok itu, Roh Kudus tetap berkarya di dalam hidup dan pelayanan/pekerjaan kita. Itulah juga maksud dari kata-kata Yesus di awal tadi, yakni menuruti segala perintah dan ajaran-Nya.

Dengan demikian, orang percaya selalu mendapat penyertaan dari Tuhan, selalu mendapat anugerah penghiburan dan pertolongan dari Roh Kudus. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak meneruskan perkataan, pengajaran, perintah, dan tindakan Tuhan Yesus di dunia ini, sebab segala sesuatu telah dpersiapkan-Nya bagi kita. Hanya, kita perlu membuka diri dalam menerima Roh Kudus dan karya-Nya di dalam hidup kita. Dia datang dan memasuki setiap orang yang percaya kepada-Nya sekaligus mau menerima kedatangan-Nya.

(Selamat mengembangkan renungan Anda) 


1 comment:

  1. thank you, nice reflection. I am very proud with Him. He is going, but He is still living in us. Where is the Lord like Jesus?

    ReplyDelete

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...