Monday, May 2, 2016

Ucapan Syukur dan Doa Paulus bagi Jemaat (Efesus 1:15-23)

Bahan Khotbah Kebaktian Kenaikan Yesus
Kamis, 5 Mei 2016
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo


A.    Pengantar
Teks renungan kita pada hari ini berbicara tentang ucapan syukur Paulus atas kehidupan jemaat Kristen di Efesus, yang telah menunjukkan kehidupan kekristenan yang sesungguhnya, dan pada saat yang sama Paulus menghaturkan doa dan kerinduannya atas jemaat untuk tetap menghidupi kekristenan mereka itu secara konsisten, terus menerus, dan dengan cara yang benar.

Ada dua hal mendasar dalam kehidupan jemaat yang membuat Paulus bersyukur, yaitu tentang “Kesetiaan (TB: Iman) mereka dalam Tuhan Yesus” dan tentang “Kasih Jemaat” terhadap semua orang kudus. Ucapan syukur Paulus terhadap kedua hal ini menegaskan bahwa jemaat yang benar adalah jemaat yang memelihara kesetiaan kepada Tuhan Yesus, sekaligus menunjukkan kasih kepada sesama. Kedua hal ini harus berjalan bersama, sebab kesetiaan kepada Tuhan Yesus tanpa diiringi dengan kasih terhadap sesama sesungguhnya tiada gunanya. Bukti bahwa jemaat telah menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan adalah kasih mereka kepada sesama. Atas dasar itu kemudian Paulus menghaturkan doa pengharapannya atas jemaat sehingga pengenalan mereka akan Kristus semakin dalam dan benar.

B.    Penjelasan/Pesan Berita
Ada dua penekanan penting dalam doa Paulus dalam teks ini yang mencerminkan kerinduannya bagi jemaat, yaitu (1) Roh hikmat dan wahyu dikaruniakan atas jemaat untuk semakin mengenal Allah dengan benar; dan (3) Jemaat memahami dengan benar pengharapan Kristiani. Mari kita ulas satu persatu doa dan kerinduan Paulus ini.

Pertama, Roh hikmat dan wahyu dikaruniakan atas Jemaat:
Pertama-tama Paulus berdoa agar jemaat Tuhan di Efesus dikaruniakan Roh hikmat, yaitu Roh yang menolong jemaat untuk semakin mengenal Allah dengan benar, dan mengalami kebesaran kuasa Allah dalam hidup mereka. Doa Paulus ini sekaligus menunjukkan harapannya agar umat Tuhan melihat dan menjalani hidup menurut hikmat Tuhan, membuka diri untuk dibimbing oleh kuasa Roh Tuhan. Dengan doa ini Paulus hendak mengajak jemaat untuk tetap bergantung pada Roh hikmat dari Tuhan dalam menjalani kehidupan mereka, untuk mengedepankan Roh hikmat dari Tuhan dalam memelihara kesetiaan mereka kepada Tuhan dan dalam mewujudnyatakan kasih mereka kepada sesama.

Bagi Paulus, Roh hikmat ini sangat penting, sebab tanpa Roh hikmat, jemaat Tuhan tidak akan mampu memahami kehendak Allah dan bahkan tidak akan mampu memuliakan Allah dalam kebenaran; tanpa Roh hikmat dari Allah jemaat Tuhan kesulitan mengungkapkan dan mengalami kehidupan iman yang sesungguhnya. Artinya, beriman (setia) kepada Tuhan tidak sekadar mengenal-Nya dalam pengetahuan kognitif saja, tetapi mengalami perjumpaan yang utuh dengan Tuhan, dan hal ini terjadi hanya ketika jemaat Tuhan telah dikaruniai Roh hikmat dari Tuhan. Roh hikmat dari Tuhan inilah yang memampukan jemaat Tuhan untuk semakin mengenal Tuhan, semakin menunjukkan kesetiaan kepada-Nya, dan mengarahkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan saja.

Selain Roh hikmat tersebut, Paulus juga berdoa agar jemaat dikaruniakan wahyu dari Allah untuk semakin mengenal Allah dengan benar. Bagi Paulus, mengenal Allah bukan sekadar mengetahui banyak hal tentang Dia, bukan sekadar mampu menjelaskan banyak hal tentang Dia dengan argumentasi yang sangat kuat, bukan sekadar menyebut nama-Nya setiap saat, bukan juga sekadar membaca keseluruhan teks Alkitab satu atau beberapa kali bahkan sampai menghafal teks Alkitab itu. Pengenalan Allah dengan benar pertama-tama harus dengan Roh hikmat tadi dan dengan wahyu ilahi; selanjutnya pengenalan Allah dengan benar berarti secara berkelanjutan dan penuh semangat berusaha mengenal Allah lebih baik setiap saat. Pengenalan Allah dengan cara ini akan sangat menolong jemaat Tuhan untuk terus menerus membangun persahabatan yang semakin akrab dengan Tuhan, dan persahabatan yang akrab itu tidak akan pernah disirnakan oleh apa/siapa pun juga.

Banyak orang yang mengklaim telah mengetahui banyak hal tentang Yesus, sayang sekali mereka belum mengenal-Nya seutuhnya. Banyak orang yang menyelidiki banyak hal tentang Yesus, tetapi tidak untuk mengenal dan mengalami Dia sepenuhnya. Paulus menegaskan bahwa mengetahui banyak hal tentang Tuhan tidaklah cukup; diperlukan pengenalan yang benar tentang Dia, dan pengenalan itu hanya akan terwujud ketika jemaat Tuhan telah dikaruniakan Roh hikmat dan wahyu dari Tuhan sendiri. Artinya, kemampuan mengenal Allah dengan benar sesungguhnya datang dari Tuhan sendiri, dan bukan karena usaha manusia untuk mengenal-Nya. Itulah sebabnya Paulus berdoa agar jemaat Efesus dikaruniai Roh hikmat dan wahyu itu sehingga mereka semakin mengenal Allah dengan baik, semakin mengenal kehendak dan kuasa Allah, semakin mengenal jalan Tuhan yang benar itu, dan akibat dari pengenalan yang benar ini adalah mereka akan mengarahkan seluruh gerak hidup mereka kepada Tuhan Allah. Dalam kerangka pengenalan Allah yang seperti inilah kesetiaan/iman dan kasih jemaat Efesus semakin disempurnakan.

Kedua, Jemaat memahami dengan benar pengharapan Kristiani:
Mengenal Allah dengan benar tidak menjadi jaminan bahwa kehidupan ini bebas dari berbagai masalah, dan Tuhan Yesus juga tidak pernah memberikan jaminan muluk-muluk seperti itu. Paulus tahu bahwa kehidupan ini selalu diwarnai oleh berbagai masalah, dan masalah-masalah itu dapat saja membuat iman dan kasih jemaat mengalami kemunduran. Paulus sendiri berada dalam penjara ketika dia menulis surat ini kepada jemaat Efesus, dan hal ini membuktikan bahwa mengenal Tuhan dengan benar, bahkan melayani Dia sepenuh hati, dapat mendatangkan masalah atau kesulitan, dan apabila hal ini tidak disikapi dengan benar maka dapat menimbulkan kekecewaan, keputusasaan yang tiada henti, dan jemaat dapat menjadi pesimis menjalani kehidupannya.

Maka, menurut Paulus dalam doanya, jemaat Tuhan di Efesus harus memahami dengan baik bagaimana seharusnya hidup dalam pengharapan yang benar sekalipun ada berbagai tantangan kehidupan seperti yang dialami oleh Paulus sendiri. Benar bahwa kadang-kadang jemaat Tuhan yang beriman dan telah menunjukkan kasih yang tulus kepada sesama mengalami berbagai persoalan yang bahkan bisa saja membuat mereka mengalami kegagalan, tetapi, demikian doa Paulus, justru dalam berbagai persoalan dan kegagalan itu pengharapan dalam Tuhan harus terus menerus diperdengarkan. Benar bahwa ada banyak fenomena kehidupan di dunia ini yang cenderung merusak dan menghancurkan, tetapi, bagi Paulus dalam doanya, situasi itu harus menjadi semacam cambuk bagi jemaat Tuhan untuk menaruh pengharapannya dalam Tuhan sekaligus menyerukan dan menghadirkan pengharapan itu melalui kesetiaan mereka kepada Tuhan dan kasih mereka terhadap sesama seperti yang telah mereka mulai lakukan selama ini.

Hidup dalam pengharapan ini sangatlah penting, terutama dalam menghadapi berbagai ketidakpastian hidup, dan Paulus mau kalau iman dan kasih jemaat dilengkapi dengan pengharapan; dapat disebut sebagai tiga serangkai dari kehidupan kekristenan, yaitu iman, pengharapan dan kasih (bnd. 1 Kor. 13:13). Itulah yang diinginkan oleh Paulus di jemaat Efesus ini, yaitu bahwa mereka tidak kehilangan pengharapan dalam Kristus, dan bahwa mereka juga dapat menjadi pembawa pengharapan Kristus itu di tengah-tengah dunia di mana mereka berada, sehingga melalui pengharapan yang mereka hadirkan itu dunia akan mengenal Allah dengan benar.

Pertanyaannya ialah apa saja pengharapan yang harus dihidupi dan dihadirkan oleh jemaat? Apa yang hendak “ditawarkan” dalam berita pengharapan itu? Apa yang jemaat harapkan dari Tuhan, dan harapan apa yang akan mereka hadirkan di dunia ini? Dalam teks ini ada beberapa pengharapan Kristen dimaksud:
Pertama,kekayaan kemuliaan Allah yang akan menjadi bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (ay. 18). Kemuliaan Allah dalam teks ini tentu tidak seperti kemuliaan dunia yang selalu diperebutkan oleh umat manusia. Menurut Paulus, jemaat Tuhan akan mendapatkan kemuliaan yang kekayaannya jauh melebihi kemuliaan dunia, yaitu kemuliaan Allah sendiri, dan kemuliaan Allah itu akan menjadi bagian orang-orang yang mengenal Kristus dengan benar.
Kedua, kehebatan dan kekuatan kuasa Allah bagi orang-orang percaya (ay. 19). Manusia, termasuk orang-orang yang percaya kepada Kristus, tidak memiliki kehebatan dan kekuatan tertentu untuk mengalahkan berbagai kekuatan dunia, namun kehebatan dan kekuatan kuasa Allah akan menyertai orang-orang percaya untuk mengalahkannya (bnd. Ef. 6:10 dab).
Ketiga, kebangkitan Kristus dari antara orang mati, kenaikan-Nya ke surga serta kedudukan dan kekuasaan-Nya yang sangat tinggi atas segala sesuatu sejak sekarang dan di masa yang akan datang (ay. 20-22a). Kata-kata ini hendak menegaskan bahwa tidak ada satu kekuatan dan kekuasaan apa pun di dunia ini yang belum ditaklukkan oleh Kristus, kuasa maut pun telah ditaklukkan-Nya. Hal ini memberi harapan pasti bagi jemaat bahwa Tuhan telah menang, dan kemenangan itu adalah kemenangan semua orang yang mengenal Dia dengan benar, kemenangan jemaat Tuhan.
Keempat, keberadaan Kristus sebagai Kepala Gereja, dan Gereja sebagai Tubuh Kristus (ay. 22b-23). Ini adalah ekspresi yang sangat mengagumkan, sebab Paulus menyebut Gereja sebagai Tubuh Kristus. Dalam konteks surat Efesus, penyebutan Tubuh Kristus ini dimaksudkan untuk mempertegas tujuan kematian Kristus yang mempersatukan semua manusia ke dalam satu keluarga yang dikepalai oleh Kristus sendiri. Demikianlah (seharusnya) gereja, selalu terikat dengan Sang Kepala yaitu Kristus, dan melaluinya semua orang dan bangsa dapat dipersatukan, sama seperti doa Tuhan Yesus supaya mereka semua menjadi satu (Yoh. 17:20-21). Karena itu, gereja memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan Kristus itu kepada semua orang, Kristus yang penuh kehebatan, kekuatan, kekuasaan dan kemuliaan, Kristus yang telah mengalahkan segala sesuatu, Kristus yang mempersatukan. Hal ini akan terwujud melalui kesetiaan (iman) jemaat kepada Kristus dan kasih terhadap sesama.

C.    Aplikasi
Dua hal yang sangat mendasar dalam kehidupan kekristenan, yaitu iman (kesetiaan) kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Orang Kristen yang sejati dan yang mengaku setia kepada Tuhan, tentunya akan mengasihi Tuhan, dan kasih kepada Tuhan itu disempurnakan melalui kasih terhadap sesama. Artinya, orang Kristen hanya dapat menunjukkan kasih kepada Tuhan melalui kasihnya kepada sesama. Orang Kristen yang hanya mampu meninggalkan tingkah lakunya yang buruk tetapi belum mampu mewujudnyatakan kasihnya yang tulus kepada sesama sesungguhnya belum mencerminkan kehidupan kekristenan yang benar. Orang Kristen yang hanya mampu mengabdikan dirinya untuk memuji dan melayani Tuhan tanpa pelayanan/pengabdian yang tulus terhadap sesama, sesungguhnya belum menghidupi dan belum mengenal Allah dengan cara yang benar. Orang Kristen yang mengaku setia kepada Tuhan sepenuh hati tetapi pada saat yang sama mencela dan bahkan menghina orang-orang yang berbeda kepercayaan atau berbeda denominasi dengan dirinya sesungguhnya telah mendatangkan celaan dan hinaan atas Tuhan yang dipercayainya itu. Gereja yang hanya tahu menghukum dan mengecam warga jemaatnya yang bersalah, yang cenderung mempermalukan warganya di hadapan orang lain sesungguhnya telah mendatangkan aib atas gereja yang adalah Tubuh Kristus itu. Orang Kristen atau Gereja yang benar adalah mereka yang pada satu sisi menunjukkan kesetiaan/kasih kepada Kristus dan pada saat yang sama mewujudnyatakan kasih terhadap sesama.

Banyak orang yang mengklaim telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang Tuhan, sayang sekali pengetahuan ini seringkali menjadi salah satu sumber “keangkuhan rohani”, yaitu kehidupan rohani yang selalu diceritakan di mana-mana, kehidupan rohani yang selalu dibanggakan ketika bersaksi di hadapan orang lain dan atau jemaat. Menurut Paulus, orang Kristen harus melebihi pengetahuan yang seperti ini, yaitu telah dikaruniai Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Allah dengan benar. Namun, tanpa keraguan pun kita berani mengatakan bahwa kita sudah mengenal Allah, dan bahkan telah memperkenalkan Allah kepada banyak orang. Pertanyaannya ialah pengenalan seperti apa? Kalau kita belajar dari doa Paulus, maka pengenalan Allah yang benar adalah pengenalan yang bersumber dari Allah sendiri, dari Roh hikmat dan wahyu dari Allah. Pengenalan Allah yang bersumber dari Roh hikmat dan wahyu ilahi berarti mengalami perjumpaan yang utuh dengan Tuhan, dan perjumpaan itu akan memampukan dia untuk mengarahkan seluruh kehidupannya kepada Tuhan, dan hal ini akan terlihat dalam kasihnya terhadap sesama. Adalah hal yang sangat aneh kalau ada orang mengaku telah mengenal dan berjumpa dengan Tuhan, tetapi dia tidak peka terhadap sesamanya yang membutuhkan, tidak peka terhadap kebutuhan komunitas di mana dia berada, bahkan tidak peka terhadap upaya pembangunan/pengembangan Tubuh Kristus di dunia ini.

Tidak dipungkiri bahwa saat ini kita sedang berada di zaman yang serba tidak pasti, tidak jelas, dan hanya mendatangkan keputusasaan bagi banyak orang. Itulah sebabnya semakin banyak orang yang menjadi pesimistis, dan malah tidak sedikit orang yang menempuh cara yang tidak benar hanya karena berbagai masalah yang membuat mereka kecewa. Dalam situasi dunia yang seperti ini kita terpanggil untuk memegang teguh pengharapan kita di dalam Kristus, dan menghadirkan pengharapan itu di dunia di mana kita berada; itulah wujud nyata dari kesetiaan kita kepada Tuhan dan kasih kita terhadap sesama. Inti dari semuanya ini adalah kebesaran dan kemuliaan nama Tuhan yang dapat terlihat dalam realitas kehidupan orang-orang percaya.


Selamat merayakan Kenaikan Yesus ke Surga
Selamat berefleksi, Tuhan memberkati

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...