Rancangan Khotbah Minggu, 13 Nopember 2016
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo[1]
4:1 Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.
4:2 Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.
4:3 Kamu akan menginjak-injak orang-orang fasik, sebab mereka akan menjadi abu di bawah telapak kakimu, pada hari yang Kusiapkan itu, firman TUHAN semesta alam.
4:4 Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hamba-Ku, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum.
4:5 Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.
4:6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.
Hari ini, hari ini, harinya Tuhan, harinya Tuhan
Mari kita, mari kita bersukaria, bersukaria
Hari ini harinya Tuhan
Mari kita bersukaria
Hari ini, hari ini, harinya Tuhan
Itulah lirik lagu lama yang sangat terkenal “Hari ini harinya Tuhan”. Dari liriknya tersebut tergambar dengan jelas bahwa hari Tuhan menjadi hari yang sangat menggembirakan, hari yang mendatangkan sukacita, paling tidak bagi mereka yang menyanyikannya.
Namun, apabila kita membaca dan merenungkan firman Tuhan pada hari ini maka kita dapat melihat dengan jelas bahwa “hari Tuhan” itu pada satu sisi menjadi hari yang menyenangkan, tetapi pada sisi lain hari Tuhan itu menjadi hari yang penuh kemalangan, hari yang mendatangkan malapetaka. Bagaimana mungkin?
Pertama-tama,teks renungan kita pada hari ini, bahkan teks-teks sebelumnya, mengutarakan dengan jelas bahwa hari Tuhan itu pasti datang, tidak ada pembatalan, hanya masalah waktu kedatangan hari itu saja yang belum pasti. Jadi, jangan ada lagi keraguan akan hal ini, sebab Tuhan pasti datang pada hari-Nya. Kedatangan-Nya ini didahului oleh pengutusan nabi Elia (ay. 5), yang dalam perspektif Israel dipahami sebagai cara Tuhan untuk mempersiapkan hati orang-orang percaya untuk bertobat menjelang hari Tuhan itu (ay. 6).
Kedua,ditegaskan bahwa kedatangan hari Tuhan itu menjadi malapetaka besar bagi orang-orang gegabah dan fasik. Digambarkan bahwa mereka menjadi seperti jerami yang pasti terbakar habis oleh api kemarahan Tuhan karena kejahatan mereka, bahkan akar dan cabang mereka pun dibumihanguskan, mereka menjadi seperti abu yang diinjak-injak. Teks ini menggambarkan kesudahan (amozua) orang-orang jahat, pada akhirnya mereka pun tidak mendapat tempat atau kehidupan yang layak di bumi. Sungguh mengerikan!
Orang gegabah dan fasik di sini terutama bangsa asing yang dengan congkaknya menganiaya atau menjahati umat TUHAN, Israel, baik di pembuangan maupun di Israel sendiri. Mereka ini merasa sebagai orang-orang yang sangat berkuasa, dan seolah-olah tidak ada lagi TUHAN yang lebih berkuasa dari mereka. Selain itu, orang-orang jahat yang dimaksud dalam teks ini adalah mereka dari antara orang Israel sendiri yang tidak menghormati dan tidak takut kepada TUHAN (1:6, fangaohasi Lowalangi), menghinakan korban persembahan untuk TUHAN (1:12 dst), pelanggaran terhadap perjanjian dengan TUHAN (tidak takut TUHAN dan membuat umat-Nya tergelincir, 2:8-9), menutupi mezbah TUHAN dengan air mata (2:13, lalimo Lowalangi fe’era), tidak setia terhadap perkawinan mereka yang sah (2:14 dst), tidak setia kepada TUHAN dan berbagai tindakan ketidakadilan (3:5).
Ketiga,teks ini menegaskan, sekaligus memberi pengharapan, bahwa orang-orang yang takut akan Tuhan, yang menjalani kehidupannya dalam takut akan Tuhan, walaupun seringkali menjalani kehidupan yang sulit dan berliku, namun pada kedatangan hari Tuhan justru mengakhiri semua penderitaan mereka, hari Tuhan itu menjadi hari yang menggembirakan, hari yang penuh kebahagiaan bagi mereka, sama seperti lirik lagu tadi.
Orang-orang yang takut akan Tuhan ini adalah mereka (orang-orang Israel) yang dengan sepenuh hati taat pada ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum TUHAN sebagaimana telah disampaikan oleh Musa dulu, dan mereka ini telah menunjukkan ketaatan yang luar biasa pada Tuhan sekalipun mereka harus menjalani jalan yang panjang dan berliku karena selalu mendapatkan hambatan dan rintangan terutama dari orang-orang gegabah dan fasik. Bagi mereka, hari Tuhan adalah hari yang mendatangkan sukacita yang luar biasa, hal ini digambarkan di ayat 2 “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang”. Kekelaman karena ketidakadilan selama ini digantikan dengan terang surya kebenaran, ketidakberdayaan karena ruang gerak yang sangat dibatasi selama ini digantikan dengan kekuatan baru (pemulihan dengan kesembuhan pada sayap), dan pengekangan paksa selama ini digantikan dengan kemerdekaan mengekspresikan dan menikmati kehidupan (seperti anak lembu lepas kandang). Ungkapan ini semua menunjukkan “kebebasan” besar yang akan dinikmati oleh orang-orang yang takut akan Tuhan ketika hari Tuhan tersebut.
Kita tidak tahu kapan pastinya kedatangan hari Tuhan, dan Yesus sendiri pun beberapa kali menegaskan itu, bahwa tidak ada seorang pun yang tahu hari/waktu kedatangan Tuhan; kita diminta untuk berjaga-jaga dan siap sedia. Jadi, kita tidak perlu menghabiskan energi untuk mencari tahu kapan pastinya Tuhan datang, biarlah kedatangan-Nya itu tetap menjadi “misteri” sehingga dengan demikian kita tetap berada dalam posisi “standby”, dan ketika Dia tiba-tiba datang saat ini misalnya kita pun telah siap menyambut-Nya.
Firman Tuhan pada hari ini sejatinya menjadi berita sukacita bagi setiap orang percaya, berita yang sangat menghiburkan dan menguatkan kita terutama ketika harus menjalani kehidupan yang terasa sangat panjang, berliku, dan berat ini. Tentu, kita bisa melihat ke dalam diri masing-masing, apakah kita memang sudah menjalani kehidupan dengan benar, apakah kita sudah ikut memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, dan apakah kita sudah menjalani kehidupan dalam ketulusan dan dalam takut akan Tuhan. Kalau sudah, maka hari Tuhan itu akan menjadi sukacita besar bagi kita, kapan pun Dia datang. Sebaliknya, orang-orang yang masih hidup dalam kekerasan hatinya, melakukan tindakan-tindakan gegabah dan kefasikan, serta kejahatan dalam berbagai bentuk, tentu akan merasakan akibatnya, kedatangan hari Tuhan akan menjadi malapetaka bagi mereka. Jadi, Tuhan memberikan kita pilihan bebas, takut akan Tuhan atau hidup dalam kefasikan. Namun, kita harus menyadari bahwa pilihan kita saat ini akan menentukan akibat yang harus kita tanggung kemudian, sukacita atau malapetaka!
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?