Bahan Khotbah Minggu, 20 Nopember 2016
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo[1]
1:11 dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar,
1:12 dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang.
1:13 Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih;
1:14 di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.
1:15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
1:16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
1:17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.
1:18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,
1:20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.
Teks ini merupakan rangkaian doa Paulus atas jemaat Kristen di Kolose karena iman mereka dalam Kristus Yesus dan kasih mereka terhadap semua orang kudus (1:1-4, 9). Melalui doanya tersebut, terungkaplah harapan-harapan Paulus bagi jemaat yang pada zaman itu sedang menghadapi berbagai gempuran ajaran “sesat”, terutama pengaruh ajaran gnostik yang mengatakan bahwa keselamatan manusia itu ditentukan oleh tingkat pengetahuan (intelektual) yang dimilikinya. Di sini jelas terlihat upaya untuk membelokkan dasar/sumber dan tujuan keselamatan. Bahayanya adalah para pengikutnya berpikir bahwa keselamatan itu diperoleh sebagai usaha sendiri dengan cara memiliki pengetahuan yang tinggi. Pikiran seperti ini tentu bertentangan dengan ajaran dasar kekristenan bahwa keselamatan yang kita dapatkan merupakan kasih karunia Tuhan (sola gracia). Dengan ajaran ini juga timbullah pengotak-ngotakan dalam jemaat, ada kelompok yang merasa diri lebih rohani karena memiliki pengetahuan yang tinggi, sementara yang lain dianggap tidak rohani karena tingkat pengetahuan yang rendah. Tentu, hal ini merusak persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus.
Menanggapi ajaran ini, Paulus membuktikan sekaligus mengarahkan kembali jemaat bahwa Yesus Kristus yang selama ini mereka imani adalah Yang Sulung, Yang Terutama, Yang Istimewa dari segala sesuatu, melebihi/melampaui segala sesuatu, termasuk pengetahuan yang diagung-agungkan dalam ajaran gnostik tadi. Paulus menegaskan bahwa Yesus yang kita imani itu “menaungi” segala sesuatu, baik mereka yang (merasa) bijak dan terpelajar, maupun mereka yang (dianggap) sederhana dan bodoh.
Menurut Paulus, kepenuhan diri Allah (gambar Allah, ay. 15), kepenuhan karya penciptaan-Nya (ay. 16), dan kepenuhan keselamatan (penebusan, pengampunan dosa, dan pendamaian, ay. 14, 20) terwujud hanya di dalam Yesus Kristus. Kita dapat melihat diri Allah dengan sempurna di dalam Yesus, kita dapat melihat kesempurnaan karya Allah akan penciptaan di dalam Yesus, dan kita dapat mengalami keselamatan yang sempurna juga di dalam Yesus saja, tidak ada yang lain. Dengan kata lain, apabila ingin melihat seperti apakah Allah, maka pandanglah Yesus yang telah mati dan bangkit itu.
Oleh sebab itu, gereja harus tetap menempatkan Yesus sebagai dasar/sumber kehidupan dan keberadaannya, serta harus mampu menyatakan karya-karya Kristus tersebut, sehingga setiap orang dapat semakin tekun dan sabar serta bersuka cita dalam imannya kepada Yesus Kristus. Dengan iman seperti ini, maka tidak akan ada lagi orang yang mudah diombang-ambingkan oleh berbagai ajaran sesat, sebab dia sendiri telah melihat atau mengalami kesempurnaan Allah dalam dirinya melalui Yesus Kristus. Gereja harus tetap sadar bahwa Kepalanya adalah Kristus, tidak ada yang lain. Tentu hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kita, khususnya di Nias, yang seringkali menganggap gereja sebagai milik kita, milik leluhur kita, milik kampung kita, padahal yang sulung dan lebih utama seharusnya adalah Yesus Kristus, Dialah pemilik yang sesungguhnya, dan kita adalah anggota-anggota dari tubuh Kristus itu (jemaat). Wajah siapakah, atau seperti apakah wajah gereja dalam keberadaannya dewasa ini? Apakah wajah konflik? Apakah wajah pengotak-ngotakan? Apakah wajah diskriminasi? Atau wajah Allah sebagaimana Kristus adalah gambar Allah?
Sumber/dasar satu-satunya keselamatan yang kita peroleh adalah Yesus Kristus. Keselamatan itu tidak ditentukan oleh tingkat pengetahuan yang kita miliki (terpelajar atau bukan), tidak ditentukan oleh jenis pekerjaan kita, tidak ditentukan oleh jabatan kita, tidak ditentukan oleh harta yang kita miliki, ..., intinya keselamatan adalah anugerah Allah bagi kita di dalam Kristus Yesus. Yesus melakukan karya penyelamatan ini begitu sempurna melalui kematian dan kebangkitan-Nya, dan atas dasar itu pula kita yakin bahwa ada kehidupan kekal setelah kematian kita di dunia ini. Kita sedang menantikan kehidupan setelah kematian itu, sama seperti keluarga kita yang telah duluan pergi, sedang menantikan kehidupan setelah kematian mereka. Ini adalah jaminan keselamatan yang luar biasa, begitu sempurna. Tidak ada satu pun yang dapat menggantikan sumber/dasar keselamatan kita itu, dan tidak ada satu pun ajaran di dunia ini yang memberikan kita jaminan keselamatan selain di dalam Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur dan bersukacita atas keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan bagi kita, dan kiranya iman pun semakin kokoh di dalam Dia.
Dewasa ini semakin banyak orang yang meragukan atau mempertanyakan kemahakuasaan Allah, seolah-olah Allah sudah tidak berdaya lagi menghadapi situasi dunia yang semakin “edan” ini. Kalau Tuhan memang ada, kalau Dia memang Mahakuasa, mengapa masih ada kejahatan? Mengapa terjadi kerusakan di mana-mana? Kalau Dia Tuhan yang baik, mengapa Dia menciptakan binatang-binatang buas? Mengapa Dia membiarkan orang-orang jahat itu?
Apa pun situasinya, seperti apa pun kondisi dunia saat ini, bagaimana pun keadaan hidup kita, kepenuhan dan kesempurnaan Allah tidak akan pernah berubah, hanya ada di dalam Yesus Kristus. Setinggi apa pun pengetahuan, ilmu dan jabatan manusia, sebanyak apa pun harta yang dimilikinya, sebesar apa pun kekuasaan yang ada padanya, dan sejahat apa pun dunia ini, tidak akan mengubah fakta bahwa kepenuhan Allah hanya ada di dalam Yesus. Manusia kini diberi kesempatan untuk memilih mendekat kepada Tuhan, sehingga kita pun dapat merasakan dan mengalami karya penyelamatan Allah secara utuh.
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?