Bahan Khotbah Minggu, 25 Oktober 2020
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf.
6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”
8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
10 Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”
11 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?”
13 Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
Setiap orang pasti ingin hidup, dan karena itu manusia melakukan segala upaya untuk tetap hidup. Salah satu upaya itu adalah dengan makan dan minum, dan hampir tidak ada orang yang tidak pernah makan dan minum, sebab itu merupakan kebutuhan dasar manusia sejak dulu sampai sekarang. Mengapa? Karena dalam kodratnya manusia memang memiliki rasa lapar dan haus, dan tidak ada yang bisa menghentikan itu.
Yesus pun dalam kemanusiaan-Nya, mengalami ke-lapar-an dan ke-haus-an itu, salah satu peristiwa itu adalah ketika Dia sampai ke sebuah kota di Samaria bernama Sikhar sebagaimana terungkap dalam ayat 5 teks renungan kita pada hari ini. Setelah melakukan banyak pekerjaan dan menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya Yesus pun lapar (sehingga menyuruh murid-murid-Nya pergi ke kota membeli makanan, lih. ay. 8, 31-33), dan dalam teks khotbah hari ini disebutkan Yesus sangat letih (dan karena itu Dia haus). Itulah sebabnya Dia meminta air kepada seorang perempuan yang pada saat itu datang menimba air di sebuah sumur yang disebut dengan sumur Yakub (lih. ay. 7).
Lalu, bagaimana respons perempuan yang disebut sebagai perempuan Samaria itu? Pada awalnya dia enggan memberikan air minum kepada Yesus, terutama karena Yesus adalah orang Yahudi sedangkan dia adalah orang Samaria. Dalam sejarahnya, orang Yahudi dan orang Samaria itu tidak boleh bergaul, lih. ay. 9, sebab di antara orang Yahudi dan Samaria telah ada permusuhan yang turun temurun; sehingga rasanya aneh kalau sekarang Yesus (yang adalah orang Yahudi) meminta air kepada perempuan itu (yang adalah orang Samaria). Ini memang aneh, bahkan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria itu pun termasuk aneh, sebab dalam tradisi mereka Rabi Yahudi (dimana Yesus adalah Rabi) tidak boleh bertegur sapa dengan perempuan di tempat umum apalagi berasal dari suku yang bermusuhan selama ini.
Namun, Yesus melakukan sesuatu yang tidak lazim, menerobos batas-batas dan menghancurkan tembok-tembok yang selama ini dibangun oleh (pemahaman) manusia. Yesus hendak menunjukkan bahwa sumber kehidupan yang sesungguhnya, yaitu keselamatan, memang datang dari bangsa Yahudi (ay. 22), namun kini dialirkan kepada bangsa-bangsa lain, dan tidak bisa dibatasi/dihentikan oleh si-apa pun. Sumber kehidupan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus dalam percakapan-Nya dengan perempuan Samaria itu, yaitu bahwa Dia datang sebagai air hidup, air yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal (ay. 15). Hal yang sama juga ditegaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya nanti ketika mereka pulang dan membawa makanan dari kota, Yesus mengatakan bahwa ada makanan yang jauh lebih penting daripada sekadar makanan fisik itu (Yoh. 4:31-32), yaitu melakukan kehendak dan pekerjaan Allah Bapa, yakni pemberitaan keselamatan bagi manusia (Yoh. 4:34).
Kini, keselamatan itu disampaikan sendiri oleh sumber utamanya yaitu Yesus yang disebut sebagai Mesias atau Kristus, dan berita itu menjawab seutuhnya rasa lapar dan haus umat manusia akan kehidupan yang kekal. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia ini hanya ada di dalam Yesus, dan oleh Yesus sendiri pemenuhan kebutuhan dasar tersebut tidak dapat dibatasi oleh suku/ras (Yahudi – non Yahudi) serta jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Berita ini pun bahkan disampaikan langsung oleh Yesus kepada seorang perempuan yang nampaknya kurang diterima dalam masyarakat sebab ternyata dia sudah memiliki 5 suami dan sekarang dia tinggal bersama dengan laki-laki yang bukan suaminya. Kita sudah dapat membayangkan kehidupan perempuan ini, cukup buruk dalam pandangan masyarakat, tetapi Yesus tidak menghakiminya, Dia malah memahami situasinya, dan kini memberitakan keselamatan kepadanya.
Tidak hanya itu, keselamatan yang dari Yesus itu pun tidak dapat dibatasi oleh tempat tertentu. Selama ini orang Samaria menyembah Tuhan di gunung Gerizim sedangkan orang Yahudi menyembah-Nya di gunung Sion di Yerusalem (ay. 20). Namun, kini Yesus menunjukkan bahwa penyembahan Tuhan itu bukan hanya di tempat-tempat tertentu saja, sebab Tuhan sendiri hadir di segala tempat dan segala waktu. Penyembahan yang sesungguhnya adalah penyembahan dalam roh dan kebenaran (ay. 23-24). Fasumangeta si duhu, ya’ia na mufosumange Lowalangi (bakha) ba Geheha ba (bakha) ba wa’aduhu, ba tenga nahia wamalua fasumangeta zangahonogöi da’ö. Lowalangi andrö ba no Eheha, ba dozi sangalulu khö-Nia, ba geheha ba ba wa’aduhu ya mangalulu ira khö-Nia (Yoh. 4:23-24).
Perjumpaan dan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria ini mengajarkan kita satu hal penting, yaitu bahwa kita tidak hanya memerlukan air dalam arti kebutuhan jasmani, itu memang penting, namun yang paling penting adalah mendapatkan air kehidupan yang diberikan oleh Yesus, sehingga kita tidak akan haus sampai selama-lamanya. Itulah kebutuhan paling mendasar manusia, air hidup, keselamatan yang dari Tuhan. Manusia boleh saja memiliki persediaan kebutuhan (makanan dan minuman) yang sangat banyak, tetapi semuanya itu akan busuk dan tidak akan pernah mengatasi rasa lapar dan rasa haus kita akan kehidupan yang kekal. Hari ini kita boleh saja mengkonsumsi makanan dan minuman yang enak, tetapi percayalah beberapa jam kemudian rasa lapar dan haus itu muncul kembali, dan demikian selanjutnya, tiada henti. Namun, hari ini Yesus mengingatkan kita untuk tidak hanya fokus pada kebutuhan fisik itu, tetapi melihat sesuatu yang jauh lebih penting, jauh lebih mendasar dalam kehidupan ini, yaitu air hidup yang hanya ada di dalam Yesus Kristus, kepuasan yang kekal itu hanya ada di dalam Dia.
Maka, betapa menyedihkannya kehidupan manusia yang hanya tahu memenuhi kebutuhan fisiknya dengan menghalalkan segala cara, namun dia gagal mendapatkan sumber kehidupan yang sesungguhnya di dalam Yesus Kristus. Lihatlah, betapa semakin banyaknya orang yang berkonflik hanya karena memperebutkan sumber kehidupan fisik: konflik karena memperebutkan jabatan tertentu (termasuk jabatan di dalam gereja), konflik karena memperebutkan proyek tertentu, konflik karena memperebutkan harta warisan orangtua, konflik karena memperebutkan cowok/cewek idaman tertentu, konflik karena memperebutkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau orang-orang tertentu, dst. Akibatnya, banyak orang yang tidak bertegur sapa, kehilangan sukacita, kehilangan senyuman dan tawa, kehilangan rasa damai, dan pada akhirnya kehilangan sumber kehidupan yang sesungguhnya, air kehidupan yang ditawarkan oleh Yesus, kehidupan untuk selama-lamanya.
Yesus tidak meminta kita untuk tidak lagi memikirkan dan mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmaniah kita sehari-hari, itu penting. Namun, hari ini Yesus menyadarkan kita untuk melihat dan mencari sesuatu yang jauh lebih penting, jauh lebih mendasar, yaitu kebutuhan yang sungguh-sungguh memberi kehidupan kekal bagi kita semua, dan itulah firman Tuhan, berita keselamatan, penyembahan Tuhan dalam roh dan kebenaran. Yesus menawarkan sesuatu yang amat baik bagi kita, yaitu air kehidupan, dan kini saatnya kita minum air kehidupan itu, sebab dengan demikian kita tidak akan haus sampai selama-lamanya.
6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas.
7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.”
8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan.
9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)
10 Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.”
11 Kata perempuan itu kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?
12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?”
13 Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”
Setiap orang pasti ingin hidup, dan karena itu manusia melakukan segala upaya untuk tetap hidup. Salah satu upaya itu adalah dengan makan dan minum, dan hampir tidak ada orang yang tidak pernah makan dan minum, sebab itu merupakan kebutuhan dasar manusia sejak dulu sampai sekarang. Mengapa? Karena dalam kodratnya manusia memang memiliki rasa lapar dan haus, dan tidak ada yang bisa menghentikan itu.
Yesus pun dalam kemanusiaan-Nya, mengalami ke-lapar-an dan ke-haus-an itu, salah satu peristiwa itu adalah ketika Dia sampai ke sebuah kota di Samaria bernama Sikhar sebagaimana terungkap dalam ayat 5 teks renungan kita pada hari ini. Setelah melakukan banyak pekerjaan dan menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya Yesus pun lapar (sehingga menyuruh murid-murid-Nya pergi ke kota membeli makanan, lih. ay. 8, 31-33), dan dalam teks khotbah hari ini disebutkan Yesus sangat letih (dan karena itu Dia haus). Itulah sebabnya Dia meminta air kepada seorang perempuan yang pada saat itu datang menimba air di sebuah sumur yang disebut dengan sumur Yakub (lih. ay. 7).
Lalu, bagaimana respons perempuan yang disebut sebagai perempuan Samaria itu? Pada awalnya dia enggan memberikan air minum kepada Yesus, terutama karena Yesus adalah orang Yahudi sedangkan dia adalah orang Samaria. Dalam sejarahnya, orang Yahudi dan orang Samaria itu tidak boleh bergaul, lih. ay. 9, sebab di antara orang Yahudi dan Samaria telah ada permusuhan yang turun temurun; sehingga rasanya aneh kalau sekarang Yesus (yang adalah orang Yahudi) meminta air kepada perempuan itu (yang adalah orang Samaria). Ini memang aneh, bahkan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria itu pun termasuk aneh, sebab dalam tradisi mereka Rabi Yahudi (dimana Yesus adalah Rabi) tidak boleh bertegur sapa dengan perempuan di tempat umum apalagi berasal dari suku yang bermusuhan selama ini.
Namun, Yesus melakukan sesuatu yang tidak lazim, menerobos batas-batas dan menghancurkan tembok-tembok yang selama ini dibangun oleh (pemahaman) manusia. Yesus hendak menunjukkan bahwa sumber kehidupan yang sesungguhnya, yaitu keselamatan, memang datang dari bangsa Yahudi (ay. 22), namun kini dialirkan kepada bangsa-bangsa lain, dan tidak bisa dibatasi/dihentikan oleh si-apa pun. Sumber kehidupan inilah yang dimaksudkan oleh Yesus dalam percakapan-Nya dengan perempuan Samaria itu, yaitu bahwa Dia datang sebagai air hidup, air yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal (ay. 15). Hal yang sama juga ditegaskan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya nanti ketika mereka pulang dan membawa makanan dari kota, Yesus mengatakan bahwa ada makanan yang jauh lebih penting daripada sekadar makanan fisik itu (Yoh. 4:31-32), yaitu melakukan kehendak dan pekerjaan Allah Bapa, yakni pemberitaan keselamatan bagi manusia (Yoh. 4:34).
Kini, keselamatan itu disampaikan sendiri oleh sumber utamanya yaitu Yesus yang disebut sebagai Mesias atau Kristus, dan berita itu menjawab seutuhnya rasa lapar dan haus umat manusia akan kehidupan yang kekal. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia ini hanya ada di dalam Yesus, dan oleh Yesus sendiri pemenuhan kebutuhan dasar tersebut tidak dapat dibatasi oleh suku/ras (Yahudi – non Yahudi) serta jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Berita ini pun bahkan disampaikan langsung oleh Yesus kepada seorang perempuan yang nampaknya kurang diterima dalam masyarakat sebab ternyata dia sudah memiliki 5 suami dan sekarang dia tinggal bersama dengan laki-laki yang bukan suaminya. Kita sudah dapat membayangkan kehidupan perempuan ini, cukup buruk dalam pandangan masyarakat, tetapi Yesus tidak menghakiminya, Dia malah memahami situasinya, dan kini memberitakan keselamatan kepadanya.
Tidak hanya itu, keselamatan yang dari Yesus itu pun tidak dapat dibatasi oleh tempat tertentu. Selama ini orang Samaria menyembah Tuhan di gunung Gerizim sedangkan orang Yahudi menyembah-Nya di gunung Sion di Yerusalem (ay. 20). Namun, kini Yesus menunjukkan bahwa penyembahan Tuhan itu bukan hanya di tempat-tempat tertentu saja, sebab Tuhan sendiri hadir di segala tempat dan segala waktu. Penyembahan yang sesungguhnya adalah penyembahan dalam roh dan kebenaran (ay. 23-24). Fasumangeta si duhu, ya’ia na mufosumange Lowalangi (bakha) ba Geheha ba (bakha) ba wa’aduhu, ba tenga nahia wamalua fasumangeta zangahonogöi da’ö. Lowalangi andrö ba no Eheha, ba dozi sangalulu khö-Nia, ba geheha ba ba wa’aduhu ya mangalulu ira khö-Nia (Yoh. 4:23-24).
Perjumpaan dan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria ini mengajarkan kita satu hal penting, yaitu bahwa kita tidak hanya memerlukan air dalam arti kebutuhan jasmani, itu memang penting, namun yang paling penting adalah mendapatkan air kehidupan yang diberikan oleh Yesus, sehingga kita tidak akan haus sampai selama-lamanya. Itulah kebutuhan paling mendasar manusia, air hidup, keselamatan yang dari Tuhan. Manusia boleh saja memiliki persediaan kebutuhan (makanan dan minuman) yang sangat banyak, tetapi semuanya itu akan busuk dan tidak akan pernah mengatasi rasa lapar dan rasa haus kita akan kehidupan yang kekal. Hari ini kita boleh saja mengkonsumsi makanan dan minuman yang enak, tetapi percayalah beberapa jam kemudian rasa lapar dan haus itu muncul kembali, dan demikian selanjutnya, tiada henti. Namun, hari ini Yesus mengingatkan kita untuk tidak hanya fokus pada kebutuhan fisik itu, tetapi melihat sesuatu yang jauh lebih penting, jauh lebih mendasar dalam kehidupan ini, yaitu air hidup yang hanya ada di dalam Yesus Kristus, kepuasan yang kekal itu hanya ada di dalam Dia.
Maka, betapa menyedihkannya kehidupan manusia yang hanya tahu memenuhi kebutuhan fisiknya dengan menghalalkan segala cara, namun dia gagal mendapatkan sumber kehidupan yang sesungguhnya di dalam Yesus Kristus. Lihatlah, betapa semakin banyaknya orang yang berkonflik hanya karena memperebutkan sumber kehidupan fisik: konflik karena memperebutkan jabatan tertentu (termasuk jabatan di dalam gereja), konflik karena memperebutkan proyek tertentu, konflik karena memperebutkan harta warisan orangtua, konflik karena memperebutkan cowok/cewek idaman tertentu, konflik karena memperebutkan perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau orang-orang tertentu, dst. Akibatnya, banyak orang yang tidak bertegur sapa, kehilangan sukacita, kehilangan senyuman dan tawa, kehilangan rasa damai, dan pada akhirnya kehilangan sumber kehidupan yang sesungguhnya, air kehidupan yang ditawarkan oleh Yesus, kehidupan untuk selama-lamanya.
Yesus tidak meminta kita untuk tidak lagi memikirkan dan mengusahakan pemenuhan kebutuhan jasmaniah kita sehari-hari, itu penting. Namun, hari ini Yesus menyadarkan kita untuk melihat dan mencari sesuatu yang jauh lebih penting, jauh lebih mendasar, yaitu kebutuhan yang sungguh-sungguh memberi kehidupan kekal bagi kita semua, dan itulah firman Tuhan, berita keselamatan, penyembahan Tuhan dalam roh dan kebenaran. Yesus menawarkan sesuatu yang amat baik bagi kita, yaitu air kehidupan, dan kini saatnya kita minum air kehidupan itu, sebab dengan demikian kita tidak akan haus sampai selama-lamanya.
Yohanes 4:14a “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya”.