Saturday, December 25, 2021

Bernyanyilah bagi Allah – Mi’anunö khö Yehowa (Mazmur 147:1-11)

Khotbah Natal Umum, 25 Desember 2021
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo


1 Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.
2 TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai;
3 Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;
4 Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya.
5 Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.
6 TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi.
7 Bernyanyilah bagi TUHAN dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi!
8 Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput.
9 Dia, yang memberi makanan kepada hewan, kepada anak-anak burung gagak, yang memanggil-manggil.
10 Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki;
11 TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.

Teks khotbah ini dapat dibagi dalam dua bagian: bagian pertama (ay. 1-6) dimulai dengan seruan untuk memuji Penyelamat Israel yang pada waktu itu kemungkinan besar mengalami kekalahan, pengasingan, dan kehancuran nasional; bagian kedua (ay. 7-11) dimulai dengan panggilan untuk beribadah. Mazmur ini hendak mengajak umat Tuhan untuk menyadari dan mengakui bahwa TUHANlah yang telah dan terus menyelamatkan mereka, dan tidak ada satu kekuatan apa pun yang mampu bertahan di hadapan-Nya.

Ayat 2-3 menunjukkan Tuhan yang penuh belas kasihan terhadap mereka yang telah menanggung banyak rasa sakit dan penghinaan. Dengan demikian, janji-janji TUHAN sebagaimana dinubuatkan oleh Yesaya (Yes. 40-55) sedang digenapi. Tuhanlah yang menyembuhkan mereka yang patah hati dan membalut luka-luka mereka. Henry Nouwen mengatakan bahwa penyembuh yang jauh lebih efektif adalah mereka yang pernah terluka (the wounded healer, yang terluka yang menyembuhkan). Yesus, yang lahir, dan kemudian disalibkan, adalah sosok Allah yang terluka, oleh sebab itu Dia pun mampu merasakan betapa sakitnya luka-luka kita, Dia sangat mengenal manusia yang patah hati. Allah yang terluka adalah Allah yang juga mampu menyembuhkan dan memulihkan umat-Nya yang sedang berada dalam aneka persoalan dan kepahitan hidup. Natal merupakan momen yang sungguh menggembirakan, sebab melalui peristiwa natal Allah hadir dan bersama dengan kita dalam menjalani kehidupan dengan segala dinamikanya itu.

Ketika bangsa Israel dibuang, mereka tentu saja mengenal dan belajar banyak tentang kosmos di Babel (ay. 4-5), yaitu tentang astrologi dan astronomi. Pemazmur menekankan bahwa aktivitas kosmos tersebut merupakan arena aktivitas TUHAN, bukan dewa Babel. Planet-planet dan bintang-bintang di langit pasti telah membuat orang-orang kuno terkesan. Jika Tuhan memiliki kuasa atas kosmos itu, maka dapat dipastikan juga bahwa Dia dapat menangani masalah umat Israel di bumi. Kuasa dan hikmat Tuhan jauh lebih besar daripada yang bisa dibayangkan manusia. Ayat 6 kembali ke tema ayat 1-3, yaitu kasih sayang Tuhan bagi orang-orang yang pada waktu itu berada dalam situasi yang tidak beruntung. Ada penekanan tambahan di ayat 6 ini, bahwa TUHAN menyatakan juga keadilan-Nya, Dia akan menghukum mereka yang telah membawa kemalangan pada mereka “yang tertindas”. Tuhan tidak hanya bijaksana dan berkuasa; Dia juga adil dan penyayang.

Israel pernah berada dalam situasi yang amat memprihatinkan bahkan pernah dibuang ke Babel, tetapi TUHAN Allah tetap mampu mengangkat mereka kembali, menyembuhkan dan memulihkan mereka. Demikian juga dengan situasi sosial-ekonomi ketika Yesus lahir, sungguh tidak menggembirakan, terutama bagi rakyat kecil. Ada berbagai persoalan sosial-ekonomi yang begitu sulit bagi orang-orang kecil, suatu potret kemanusiaan yang buram. Namun demikian, dalam situasi yang pahit itu, bayi Yesus lahir, menjadi tanda bahwa Allah kini hadir bersama dengan kita, tanda bahwa Allah menerobos kegelapan dan merengkuh kerapuhan insani kita (Joas Adiprasetya 2021). Oleh sebab itu, umat TUHAN patut memuji Allah yang telah dan terus menyelamatkan kita.

Bagaimana kita memuji Tuhan Penyelamat kita itu? Pemazmur mengajak umat Tuhan untuk memuji Allah dengan beribadah kepada-Nya (ay. 7-11), dan secara khusus bermazmur bagi TUHAN dengan nyanyian syukur dan kecapi (ay. 7). Dengan tegas pemazmur mengemukakan alasan mengapa kita memuji TUHAN di ayat 8-9. Musim hujan pada hakikatnya merupakan anugerah Tuhan, walaupun dapat juga membawa petaka bagi manusia karena berbagai faktor. Tanah menjadi subur dan gunung-gunung menumbuhkan rumput karena Tuhan menyediakan air untuk mereka. Hewan-hewan liar pun dipelihara oleh Tuhan, termasuk burung gagak yang terkenal licik. Artinya, cuaca dan segala jenis tumbuhan dan hewan, alam semesta, tidak pernah lepas dari kekuasaan Allah. Oleh sebab itu, hanya Tuhan saja yang patut disembah, tidak boleh yang lain.

Ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk selalu mengarahkan pujian kita kepada Tuhan, dan bukan kepada yang lain. Kegiatan natal dengan segala perayaannya itu, mesti ditempatkan dalam kerangka memuji Tuhan, bukan ajang pameran. Dari waktu ke waktu, kita disuguhi berbagai kegiatan keagamaan, termasuk perayaan natal, yang kelihatannya monumental, mewah dan berkelas, padahal mestinya dirayakan dalam semangat kesederhanaan. Pertanyaannya ialah untuk apa? Untuk memuji Tuhan atau untuk harga diri manusia?

Allah tidak menyukai kegagahan duniawi, baik nyanyian keagamaan, maupun kegagahan para prajurit yang disimbolkan dengan kuda dan kaki laki-laki. Maksudnya, Allah tidak menyukai sikap dan tindakan manusia yang hanya sekadar gagah-gagahan, apalagi arogansi. Sehubungan dengan perayaan natal, peristiwa kelahiran Yesus selalu dalam kesederhanaan dan keberpihakan kepada masyarakat kecil. Kita tidak perlu membuat Allah terkesan dengan segala kegagahan dan kemewahan, sebab Allah justru melihat ke dalam dan menimbang isi hati manusia. Apakah salah merayakan natal dan kegiatan keagamaan lainnya dalam kemeriahan? Tidak! Tetapi kemeriahan itu mesti ditempatkan dalam rangka memuji Tuhan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan.

Tema natal tahun 2021: Cinta Kasih Kristus yang Menggerakkan Persaudaraan (1 Petrus 1:22) - Fa’omasi Keriso danedane wamalua fa’omasi ba dalifusö.

Dalam situasi dunia yang masih terus dihantui oleh pandemi covid19, apalagi dengan munculnya varian baru “Omicron”, terakhir muncul varian “Delmicron” (gabungan antara varian delta dan omicron), kita mestinya saling bergandengan tangan untuk menghadapinya. Dalam semangat cinta kasih Kristus, kita harus saling mendukung untuk meminimalisasi dampak buruk dari pandemi covid19. Dengan cinta kasih Kristus kita saling merengkuh dalam segala kerapuhan kita untuk menguatkan satu dengan yang lain. Itulah sebabnya, sebagai orang Kristen, atas dasar cinta kasih Kristus, kita harus mendukung dan terlibat dalam kegiatan vaksinasi dan berbagai program pemerintah lainnya yang berguna untuk masyarakat banyak.


Keluaran 15:2a “TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku” (Fa’abölögu Yehowa ba fanunögu, me no sangorifi ya’odo Ia).

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...