Khotbah Minggu, 10 April 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
19 Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN.
20 Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya.
21 Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.
22 Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
23 Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
24 Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!
25 Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!
26 Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN.
27 Tuhanlah Allah, Dia menerangi kita. Ikatkanlah korban hari raya itu dengan tali, pada tanduk-tanduk mezbah.
28 Allahku Engkau, aku hendak bersyukur kepada-Mu, Allahku, aku hendak meninggikan Engkau.
29 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.
Hari ini kita memasuki minggu Palmarum, yaitu minggu perayaan peristiwa Yesus masuk ke Yerusalem sambil dielu-elukan (dengan daun palem, bulu nohi fakhai ba we’amöi ba Yerusalema, Yoh. 12:31). Peristiwa ini sebenarnya menunjukkan kesiapan Yesus masuk dalam kesengsaraan menuju penderitaan dan kematian-Nya. Sebuah paradoks, sorak-sorai sukacita (untuk kemuliaan) justru menjadi penanda awal rangkaian penderitaan yang akan dialami oleh Yesus. Yesus masuk Yerusalem dengan menampilkan diri sebagai Mesias, Raja Penyelamat yang menderita. Mesias ini bukan orang yang datang dengan kekerasan, kekuasaan dan kekuatan untuk berperang, merampas dan menghancurkan, melainkan Raja Damai yang lemah lembut, rendah hati dan menghadirkan kehidupan. Itu semua dijalani untuk keselamatan umat manusia.
Ternyata, peristiwa penderitaan Yesus tersebut telah dinubuatkan oleh pemazmur sebagaimana teks khotbah pada hari ini. Mazmur ini menyerukan suatu kerinduan masuk ke dalam tempat kudus Allah untuk merayakan kemuliaan Dia yang datang dalam nama TUHAN. Seruan ini pada satu sisi menunjukkan keinginan pemazmur pada zamannya, tetapi pada sisi lain menggambarkan peristiwa Yesus memasuki Yerusalem. Ketika pemazmur menyampaikan seruannya ini, tidak semua orang diberi akses melewati pintu kebenaran tersebut; pintu itu tertutup terhadap orang-orang yang tidak bersunat, dan melarang orang asing mendekat, karena kurban yang dipersembahkan di sana disebut kurban kebenaran. Artinya, setiap orang yang mau masuk ke dalam persekutuan dengan Allah harus datang dengan kerendahan hati di hadapan Allah.
Ketika pintu-pintu kebenaran dibukakan bagi kita, kita harus masuk ke dalamnya, harus masuk ke tempat yang paling suci, dan dengan kerendahan hati memuji Tuhan. Urusan kita di dalam gerbang Tuhan adalah menyembah Dia dengan pujian dan korban persembahan kepada-Nya. Kalau pintu-pintu kebenaran dibukakan bagi kita, itu berarti keselamatan datang atas kita, sebab dengan demikian kita dipersilakan masuk ke dalam rumah Allah, rumah keselamatan. Selama pintu rumah, misalnya, belum dibuka bagi kita, maka kita tidak akan bisa masuk ke dalam suatu rumah, kita tetap berada di luar rumah itu. Demikianlah dengan pintu-pintu kebenaran itu, ketika tidak dibuka maka kita tidak masuk ke dalam gerbang kebenaran tersebut. Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa Yesus telah memenuhi semua persyaratan masuk ke dalam rumah TUHAN tersebut; Dia memenuhinya dengan jalan salib, jalan penderitaan yang seharusnya kita tanggung. Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa dengan penderitaan Yesus tersebut, pintu-pintu kebenaran tersebut dibukakan bagi kita. Yesus sendiri mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku - Yaʼodo lala, yaʼodo waʼaduhu, yaʼodo waʼauri. Lõ sondrugi Ama, na lõ itõrõ ndraʼo” (Yoh. 14:6). Yesus juga pernah mengatakan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu - Si ndruhundruhu niwaʼõgu khõmi, yaʼodo mbawandruhõ ba mbiribiri” (Yoh. 10:7). Oleh sebab itu, ketika pintu kebenaran itu telah dibukakan bagi kita … mari segera masuk ke dalam gerbang kebenaran Allah, mari segera masuk ke dalam rumah Tuhan, mari segera masuk ke dalam rumah keselamatan yang telah disediakan Tuhan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Jangan banyak alasan untuk menunda masuk, segeralah, pintu kebenaran terbuka bagi kita di dalam Yesus Kristus.
Jalan penderitaan yang harus ditempuh oleh Yesus dan berubah menjadi jalan kemuliaan ternubuatkan melalui perkataan pemazmur di ayat 22: “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” Daud dulu pernah juga dibuang oleh raja Saul bahkan dikejar seperti seorang buronan, tetapi oleh pemeliharaan Allah yang luar biasa, Daud kemudian justru menjadi raja besar di Israel. Demikianlah dengan Yesus, ibarat batu yang dibuang oleh tukang bangunan. Yesus mengalami penghinaan, ditolak, dan dianggap penyesat oleh orang-orang Yahudi, secara khusus para Ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Yesus harus menempuh jalan salib yang amat hina sampai mati di kayu salib. Orang-orang menganggap Dia terkena kutuk/hukuman Allah. Tetapi lihatlah kemudian, Yesus justru menjadi batu penjuru yang di atas-Nya bangunan didirikan dengan kokoh. Yesus adalah batu keselamatan kita; oleh karena Dialah pintu-pintu kebenaran itu dibukakan bagi kita; oleh karena penderitaan dan kematian Yesus kita diberi akses untuk masuk melalui gerbang kebenaran, masuk ke dalam rumah TUHAN, rumah keselamatan.
Oleh sebab itu, kita mesti mensyukuri rahmat Allah yang begitu besar dalam kehidupan kita. Yesus telah membukakan jalan bahkan telah menjadi jalan kebenaran dan kehidupan bagi kita. Datanglah dan masuklah ke dalam rumah TUHAN, dan percayalah Dia senantiasa memberkati kita. Pemazmur menegaskan hal ini dengan berkata: “Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN” (ay. 26). Di dalam rumah TUHAN kita memuliakan Tuhan dengan pujian dan korban persembahan kita. Itu sudah patut kita lakukan sebagai ungkapan syukur kita kepada-Nya. Penderitaan dan pengorbanan Yesus supaya pintu kebenaran dibukakan bagi kita sungguh luar biasa, sungguh suatu perbuatan ajaib dari Allah sendiri. Oleh sebab itu, “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (ay. 29).
Mari bersyukur kepada TUHAN, mari memuliakan Tuhan Yesus di tempat yang mahatinggi. Penulis Injil Matius mengajak kita untuk menyerukan suatu pujian kemuliaan bagi Tuhan: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!” (Mat. 21:9b).
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?