Saturday, September 3, 2022

Di Hadapan Allah tidak ada yang Tersembunyi – Lö Sitobini Tanö Föna Lowalangi (Mazmur 139:17-24)

Rancangan Khotbah Minggu, 04 September 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

17 Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
18 Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.
19 Sekiranya Engkau mematikan orang fasik, ya Allah, sehingga menjauh dari padaku penumpah-penumpah darah,
20 yang berkata-kata dusta terhadap Engkau, dan melawan Engkau dengan sia-sia.
21 Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau?
22 Aku sama sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.
23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;
24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!


Mazmur 139 secara umum merupakan ekspresi kekaguman pemazmur akan kemahatahuan Allah dalam berbagai cara. Secara khusus pada teks renungan pada hari ini, ay. 17-24, pemazmur menyatakan keheranannya akan pikiran dan tindakan Allah, baik bagi diri pemazmur maupun atas orang-orang yang jahat. Pada akhirnya, pemazmur memohon kiranya Allah menuntun dia dalam perjalanan yang benar hingga kekekalan.

Dua ayat pertama pada teks khotbah hari ini (ay. 17-18) menunjukkan ketidakmampuan pemazmur memahami pikiran Allah. Menurutnya, pikiran Allah itu sulit dipahami dan tak terhitung banyaknya oleh manusia seperti pemazmur. Dengan kata lain, pemazmur hendak menyatakan kegakumannya terhadap Allah yang telah memelihara dirinya walaupun dia berada di tengah-tengah para pembenci Allah. Pikiran Allah atas dirinya selalu dalam rangka pemeliharaan yang penuh cinta kasih.

Selain itu, ekspresi pemazmur di ayat 17-18 ini mengindikasikan kesadarannya akan kemahatahuan Allah atas dirinya dan manusia lainnya termasuk orang-orang jahat. Allah mengawasi manusia dengan cara-Nya sendiri, sama seperti Dia memelihara manusia dengan cara-Nya yang unik. Demikianlah cara Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia, sungguh tak terselami oleh pikiran manusia. Rasul Paulus mengatakan: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya! Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rm. 11:33-36).

Bagaimana dengan orang fasik yang membenci Tuhan? Menurut pemazmur, Allah pun memiliki cara sendiri untuk mengatasi mereka. Allah, misalnya, bisa saja mematikan mereka dengan cara-Nya sendiri, tetapi Allah pun bisa saja seperti “membiarkan” mereka entah supaya mereka bertobat atau malah sedang mencari waktu yang tepat untuk menghukum mereka. Kita tidak tahu! Bukankah pemazmur sudah mengatakan bahwa “pikiran Allah itu sulit”?

Namun demikian, entah dengan cara apa pun, pemazmur meyakini bahwa Allah tidak mungkin membiarkan begitu saja orang-orang fasik yang membenci Tuhan bertindak sesuka hati tanpa pengawasan dan tindakan tegas Allah. Keyakinan ini mendorong pemazmur untuk tetap berada di sisi Tuhan, dan mengambil sikap membenci para pembuat kejahatan. Membenci orang-orang fasik dan menjadi musuh para pembenci Tuhan di sini berarti tidak ikut dalam komplotan para penjahat itu apa pun risikonya.

Pada akhirnya, pemazmur mempersilakan Tuhan untuk menyelidiki dirinya, sebab dia sadar bahwa Tuhan pasti mengenal isi hatinya. Di tengah-tengah situasi dunia yang diisi oleh orang-orang jahat, pemazmur memohon kiranya Tuhan menuntun dia ke jalan yang benar. Pemazmur mengungkapkan kata-kata ini untuk meyakinkan Tuhan bahwa dia sungguh-sungguh berada di jalan Tuhan, dan sungguh-sungguh tidak mau bergabung dengan kelompok orang-orang fasik. Pemazmur seolah-oleh berkata: “Kalau Tuhan ragu dengan komitmen saya untuk hidup di jalan yang benar dan melawan orang-orang jahat, maka silakan periksa/uji diriku, bukankah Engkau tahu isi hatiku?”

Tema minggu ini adalah “di hadapan Allah tidak ada yang tersembunyi” (lö sitobini tanö föna Lowalangi). Pikiran Allah sulit kita pahami, baik pikiran-Nya untuk pemeliharaan dan keselamatan kita, maupun pikiran-Nya atas para pelaku kejahatan. Namun demikian, satu hal yang pasti adalah bahwa Allah tahu semuanya bahkan isi hati kita yang tersembunyi sekalipun. Oleh sebab itu, ketika merasa telah menjadi orang baik, maka sebenarnya tidak perlu ada keraguan entah Tuhan tahu atau tidak, percaya saja bahwa Tuhan tahu apa pun kebaikan yang kita lakukan. Demikian juga dengan kejahatan, tidak perlu ada keraguan kita entah Tuhan tahu atau tidak. Tidak ada kejahatan yang sempurna, di hadapan Allah tidak ada yang tersembunyi. Implikasinya adalah bahwa kita tidak perlu bersandiwara menjalani kehidupan ini. Kita tidak perlu bersandiwara seolah-olah kita baik padahal jahat; tidak perlu bersandiwara untuk menutupi kejahatan kita. Jalani saja kehidupan ini apa adanya, jalani dalam kebenaran, dan yakinlah tidak ada satu pun yang tersembunyi di hadapan Tuhan.

--- selamat merenungkan Firman Tuhan ---

2 comments:

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...