Monday, April 13, 2015

Dimuliakan melalui Kematian, Pengorbanan, dan Pelayanan (Yohanes 12:23-26)



Bahan Renungan Paskah SMA Negeri 1 Gunungsitoli
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, S.Th, M.Si [1]

Tema: Kebangkitan-Nya Memulihkan Kehidupan (bnd. Yoh. 12:23-24)

12:23 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.
12:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
12:25 Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
12:26 Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.

Siapakah yang ingin dihargai/dihormati? Siapakah yang ingin disegani? Siapakah yang ingin dicintai/dikasihi? Siapakah yang ingin dimuliakan? Saya kira, secara normal, kita masing-masing ingin dihargai/dihormati, ingin disegani, ingin dicintai/dikasihi, dan dalam batas tertentu ingin dimuliakan, paling tidak dikagumi. Namun, bagaimana caranya? Apa yang harus kita lakukan? Tentu, banyak sekali caranya, apalagi di zaman modern ini, ada banyak peluang dan cara untuk aktualisasi diri supaya dihargai/dihormati, disegani, dicintai/dikasihi, dan dimuliakan/dikagumi. Dari segi fisik misalnya, banyak orang yang berusaha menata sedemikian rupa penampilan dirinya setiap saat atau di saat-saat tertentu dengan segala macam gaya dan asesoris (termasuk batu akik yang terpasang di mana-mana), tentu dengan tujuan dikagumi, paling tidak merasa senang dan nyaman dengan penampilan itu. Atau, dari segi jabatan misalnya, masih banyak orang yang berusaha untuk mendapatkan jabatan tertentu terutama jabatan yang lebih tinggi, sehingga dia bisa dilebih dihargai/dihormati dan disegani, termasuk diberikan insentif atas jabatannya itu. Dan masih banyak lagi contoh yang lain.

Tidak ada yang salah dengan cara-cara yang kita lakukan tersebut, masih dapat dianggap normal. Namun, melalui perayaan paskah hari ini dengan tema “Kebangkitan-Nya Memulihkan Kehidupan”, dan menurut teks Alkitab yang telah kita baca tadi, Tuhan Yesus menunjukkan cara-cara yang harus ditempuh untuk dapat dimuliakan, untuk dapat dihormati bahkan oleh Allah sendiri, dan untuk dapat dipulihkan. Walaupun Yesus datang sebagai Utusan Allah dengan gelar Anak Manusia, Pahlawan yang paling dinanti-nantikan dalam sejarah bangsa Israel, tetapi cara yang ditempuh-Nya (dan harus kita ikuti) untuk dapat dimuliakan ternyata bertolak belakang dengan cara-cara yang sudah umum dilakukan oleh manusia. Apa saja cara-cara yang harus ditempuh itu?

1)   Melalui kematian (ay. 24)
Kehidupan, dan pemulihan kehidupan yang diharapkan itu memang diperoleh dalam kebangkitan Kristus, namun saudara-saudari kebangkitan itu didahului oleh kematian. Tidak mungkin ada kehidupan dan pemulihan-Nya tanpa kebangkitan, dan tidak mungkin ada kebangkitan tanpa kematian. Artinya, kehidupan yang kita dambakan itu datang melalui kematian. Yesus mengumpamakan ini dengan biji gandum, yang hanya akan berguna ketika biji gandum itu ditanam, seolah-olah dimasukkan ke dalam tanah kuburan, baru kemudian ia akan tumbuh, hidup dan berbuah. Jangan pernah berharap biji gandum itu akan berguna, tumbuh, hidup, dan berbuah kalau hanya disimpan saja. Biji gandum itu harus mengalami kematian terlebih dahulu, sehingga kemudian dia mengalami kehidupan dan malah berbuah dan berguna.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, melalui perumpamaan singkat ini Tuhan Yesus menyadarkan kita semua bahwa kita tidak mungkin menikmati kehidupan yang sesungguhnya apabila tidak mengalami kematian terlebih dahulu. Ah, yang benar sajalah?! Apakah kita harus membunuh diri dulu supaya mati kemudian hidup lagi? Atau membunuh seseorang? Tidak seharfiah dan sekonyol itu! Intinya sebenarnya adalah bahwa kita perlu menghancurkan, mematikan dan menguburkan semua cara, maksud dan ambisi pribadi yang selama ini justru menghalangi kita menikmati kehidupan yang sesungguhnya, yang selama ini menghalangi kita menjadi pembawa kehidupan dan damai sejahtera di sekitar kita, dan yang selama ini sering menghalangi kita dalam kerjasama memulihkan keadaan hidup di SMA Negeri 1 Gunungsitoli. Apakah kita mau menjadi sungguh-sungguh berguna bagi Allah, sesama, dan sekolah ini? Maka, kematianlah caranya, matikan dan kuburkanlah semua keinginan, ambisi, sentimen/kepentingan pribadi yang dalam faktanya justru telah mencemari nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai keindonesiaan, dan nilai-nilai kehidupan yang seharusnya selalu nampak di setiap lembaga pendidikan. Saudara-saudari pelajar, kalau mau bertumbuh, hidup, berbuah, dan berguna bagi diri sendiri, bagi orangtua, bagi sekolah ini, bagi masyarakat, maka matikan, kuburkan, paling tidak singkirkanlah semua keinginan daging, kebebasan yang kebablasan selama studi, singkirkanlah semua cara dan maksud yang tidak benar dalam studi, maka dengan demikian kita semua menjadi hidup dan mampu memulihkan kehidupan. Mari kita belajar dari biji gandum dalam perumpamaan Tuhan Yesus tadi, bahwa hanya melalui kematian datanglah kehidupan, melalui kesetiaan yang benar sampai mati dan dikuburkan, perkara-perkara yang paling berharga dapat dipelihara dan dilahirkan. Dalam Roma 14:8, Rasul Paulus mengatakan: “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan”. Itulah makna kebangkitan Kristus!

2)   Melalui pengorbanan (ay. 25)
Pengorbanan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus dalam teks ini tidak kalah ekstrem dengan kematian tadi. Kita hanya mendapatkan hidup dengan cara mengorbankan hidup itu sendiri. Tapi, tunggu dulu, siapa sih yang tidak mencintai nyawanya? Masak kita dilarang mencintai nyawa sendiri? Ah, yang benar sajalah Tuhan Yesus?! Namun, saudara-saudari itulah penegasan dari Tuhan Yesus, ekstrem memang! Apa artinya? Yesus hendak mengingatkan kita bahwa semakin kita memelihara nyawa/hidup ini, entah karena mementingkan diri sendiri atau keinginan untuk keselamatan/keamanan diri sendiri, maka sesungguhnya kita semakin kehilangan nyawa dan tentunya kehilangan hidup; sebaliknya semakin kita mengorbankan hidup dengan benar, maka kita semakin mendapatkan kehidupan itu. Kita bisa bayangkan apa jadinya dunia ini seandainya tidak ada orang-orang yang bersedia untuk “melupakan” keselamatan, kepentingan, dan kemajuan dirinya sendiri, dan kita sudah bisa pastikan apa jadinya hidup kita ini tanpa pengorbanan Tuhan Yesus, sia-sia saja! Hidup berarti memberi manfaat bagi dunia, dan itu tercapai hanya melalui pengorbanan. Lö tarugi na lö rugi!

Sayang sekali saudara-saudari, dewasa ini manusia hidup lebih mementingkan diri sendiri, mengusahakan keselamatan diri sendiri, dan malah tidak peduli dengan sekitarnya. Masing-masing melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya hanya karena dia dituntut melakukan itu, sehingga ketulusan dan pengorbanan sulit didapatkan. Semakin banyak orang yang egoistis, sangat pragmatis, menganut “ilmu selamat”, yang penting ABS/AIS atau ADS (Asal Dia Senang), tetapi sangat jarang “AYS” (Asal Yesus Senang). Akibatnya yaitu bahwa banyak orang yang sesungguhnya memiliki potensi yang baik, tetapi ABS/AIS/ADS tadi maka potensi itu tidak dikembangkan, dan hanya dibiarkan tersimpan begitu saja, menjadi takut keluar dari zona nyaman, akhirnya tidak berguna sama sekali. Ada seorang penginjil Kristen berkata: “Adalah lebih baik menyala sampai padam, daripada karatan sampai mati”. Artinya, hidup itu harus memberi manfaat positif bagi kehidupan yang kita jalani ini, sayang sekali kalau hal itu tidak kita lakukan selama hidup, sayang sekali kalau bapak/ibu guru kurang memberi manfaat positif bagi siswa-siswi kita, sayang sekali kalau siswa-siswi kurang memberi manfaat positif bagi bapak/ibu guru, sayang sekali kalau stakeholders lembaga pendidikan ini masih kurang memberi manfaat bagi pengembangan dan pemulihan kembali sekolah ini. Doa dan komitmen kita adalah: “Aku hidup hanya satu kali selama hidup ini, karena itu pakailah aku ya Tuhan seturut kehendak-Mu jika Engkau mau. Aku mau melaksanakan tugas dan tanggung jawabku dengan tulus hati dan penuh pengorbanan”. Dengan melakukan ini, kita percaya bahwa Tuhan Yesus pasti menolong kita untuk memulihkan kehidupan kita masing-masing, dan tentunya memulihkan kehidupan sekolah kita ini. Itulah makna kebangkitan Kristus yang kita rayakan pada hari ini!

3)   Melalui pelayanan (ay. 26)
Terakhir, masih cukup ekstrem, kemuliaan atau kebesaran menurut Yesus hanya akan datang melalui pelayanan dengan cinta-kasih. Kita masih mengingat orang-orang yang melayani orang lain dengan kasih, salah satunya adalah Mother Teresa yang dengan penuh ketulusan hati dan cinta-kasih melayani mereka yang miskin dan menderita di Calcutta, India selama hampir 50 tahun.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam dunia modern ide tentang pelayanan menjadi sesuatu yang semakin kabur dan menghilang. Begitu banyak orang yang berorientasi bisnis untuk meraup keuntungan yang besar. Seringkali juga, ada orang-orang tertentu yang dalam kegiatan/pekerjaan tertentu dia berusaha meraup untung, kadang-kadang lebih mementingkan kegiatan/pekerjaan lain-lain itu dan melupakan tugas pokoknya. Tetapi, tidak hanya masalah bisnis/untung. Kadang-kadang juga ada tenaga pendidik yang menggunakan jam kerjanya untuk main game di laptop atau tablet atau hp, sementara pekerjaan utama, mengajar, membimbing siswa, atau tugas kantor, terlalaikan, hingga akhirnya dikerjakan asal-asalan. Hal yang sama juga dengan siswa/i, asyik dengan kesibukannya sendiri, asyik dengan diskusinya sendiri, dan mengabaikan tugas utamanya di sekolah yaitu belajar, melupakan tujuan utamanya yaitu menjadi insan terdidik. Ini jelas bukan pelayanan yang benar, ini pelayanan terhadap keinginan diri sendiri sekaligus mengorbankan orang lain dan mengorbankan kepentingan utama yang seharusnya menjadi prioritas kita dalam tugas-tugas kita sehari-hari.

Saduara-saudari, melalui ketiga cara inilah Yesus dimuliakan, dan sebagai pengikut Kristus, kemuliaan kita adalah apabila kita rela menjalani ketiga cara tadi: mematikan dan menguburkan semua maksud, ambisi, nafsu, kebebasan, kepentingan, dan sentimen pribadi, berkorban dengan tulus untuk memberi manfaat bagi dunia sekitar, serta melayanidan melakukan pekerjaan/tugas dengan sepenuh hati dan cinta-kasih.
                             
Saudara-saudari, kebangkitan Kristus adalah kemenangan besar Tuhan Yesus atas kuasa maut, kuasa yang paling mengerikan sejak zaman dulu. Kita juga dapat mengambil bagian dalam kemenangan itu untuk memulihkan kehidupan dengan cara melibatkan Tuhan dalam setiap perkara besar dan kecil yang kita hadapi. Bukan besar dan beratnya perkara seseorang atau sebuah institusi jatuh atau pun berhasil, melainkan caranya menghadapi dan menangani perkara itu. Apakah mau dihormati oleh Tuhan? Mari, lakukan ketiga cara yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus tadi. Selamat merayakan kemenangan, selamat memulihkan kehidupan, Tuhan Yesus memberkati, Amin.



[1] Bahan Khobah Perayaan Paskah Keluarga Besar SMA Negeri 1 Gunungsitoli, Kamis, 9 April 2015, di Gedung Gereja BNKP Jemaat Denninger, oleh Pdt. Alokasih Gulö, M.Si.

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...