Friday, November 6, 2015

Memperoleh dan Menjadi Berkat melalui Iman (Markus 10:46-52)



Bahan Khotbah Minggu, 25 Oktober 2015
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo, M.Si[1]

Tema              :  Yatobali ita Howuhowu (Fahela 1 Moze 12:3)
Sub Tema     :  Dozi niha samati si no manema duria somuso dödö tekaoni tobali dela howuhowu ba niha fefu soroma ba wa’auri sero ma’ökhö

10:46       Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan.
10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!”
10:48       Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”
10:49       Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.”
10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus.
10:51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!”
10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Menerima berkat Tuhan (manema howuhowu) tidaklah sulit, siapa pun pasti bisa, kapan pun dan di mana pun kita pasti mampu menerimanya. Berkat yang kita terima pun begitu banyak, walaupun ada sebagian orang yang kadang-kadang mengatakan dirinya belum menerima berkat Tuhan. Namun, menjadi berkat (tobali howuhowu) merupakan sesuatu yang tidak mudah dilakukan, walaupun seringkali mudah diucapkan. Maka, sangatlah menarik tema perayaan misi dan reformasi tahun 2015 ini yaitu “Menjadi Berkat” (Tobali Howuhowu), sebuah ajakan teologi bagi kita untuk dapat menjadi saluran berkat bagi kehidupan di dunia yang semakin rusak ini. Dapat dikatakan bahwa “menjadi berkat” adalah panggilan kita sebagai orang-orang yang percaya pada Tuhan. Allah sudah memanggil manusia untuk menjadi berkat sejak zaman dahulu kala, pada masa Abraham misalnya. Pada zamannya, Abraham berada di tengah-tengah komunitasnya yang oleh penulis kisahnya menggambarkan situasi tersebut seperti situasi yang tidak baik karena dipenuhi dengan penyembahan berhala. Maka, demikian menurut penulis kisah Abraham, pertama-tama Abraham harus dibawa keluar dulu dari komunitasnya tersebut dan diutus ke suatu tempat tertentu dengan maksud untuk “menjadi berkat” (lih. Kej. 12:s1-3). Kita tahu bersama bahwa Abraham pun memenuhi panggilan Tuhan tersebut, dan dia menjadi berkat ke mana pun dia pergi/hadir.

Panggilan untuk menjadi berkat itulah yang dituntut oleh Tuhan bagi kita, dan melalui teks renungan kita pada hari ini kita dapat melihat bagaimana seseorang yang sangat membutuhkan “berkat” tertentu, yaitu pemulihan dari kebutaan, dan Tuhan Yesus pun memberikan “berkat” dimaksud bagi seorang pengemis yang buta tersebut, dimana dia (Bartimeus) pada akhirnya dapat melihat dan malah mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya (10:52).

Sdra/i, kisah tentang pemulihan/penyembuhan Bartimeus yang buta dalam teks renungan kita pada hari ini sangat menarik. Peristiwa ini digambarkan terjadi di kota Yerikho, yaitu kota yang dulu pernah memberikan kemenangan dan kebanggaan besar bagi bangsa Israel sebab mereka menaklukkan kota Yerikho tersebut ketika mereka berjalan menuju tanah Kanaan. Di kota inilah Bartimeus dalam kebutaannya menjadi seorang pengemis, dan di kota inilah dia berjumpa dengan Yesus yang pada akhirnya memberikan kemenangan besar bagi dirinya, berkat yang luar biasa, yaitu pemulihan/kesembuhan dari kebutaan. Pemulihan ini tidak sekadar kesembuhan dari kebutaan secara fisik, tetapi sekaligus memulihkan “kehormatan” Bartimeus sesuai dengan arti namanya (putra kehormatan), sekaligus membebaskannya dari debu dan pinggir jalan yang selama ini menjadi tempatnya. Pemulihan ini terjadi tentu karena kuasa Tuhan yang disambut oleh iman Bartimeus yang luar biasa. Sekalipun dia buta, namun dia mampu melihat bahwa Yesus dari Nazaret itu adalah keturunan Daud yang dapat membebaskan dia dari keterpurukan itu. Dia memang buta, namun dia mampu melihat bahwa Yesus adalah penggenapan dari nubuat para nabi sejak zaman PL, penggenapan dari harapan Israel tentang pembebas dari keturunan Daud. Dalam kebutaannya, pengemis ini tahu bahwa Yesus dapat menolongnya, dapat menyelamatkannya, itulah dia berseru semakin keras: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku” (10:47, 48). Seruan ini merupakan ungkapan hati yang sangat memohon sekaligus sangat mengharapkan pertolongan dalam hidupnya, dan itulah yang dilakukan oleh seorang Bartimeus tersebut. Dia tidak peduli situasinya yang sangat tidak menguntungkan pada waktu itu, sangat didiskriminasi, sangat tertekan secara fisik-sosial-mental-spiritual, dia juga tidak peduli dengan hambatan dari banyak orang yang berusaha menegur dan membuatnya diam; dia berusaha menggapai Yesus, dan usahanya itu tidak sia-sia, seruannya itu didengar oleh Yesus, dan dengan penuh semangat dia menanggalkan jubahnya, segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus (10:5). Pada akhirnya, permohonan pengemis yang buta ini pun dikabulkan, matanya dapat melihat kembali, dan itulah berkat besar dalam kehidupannya.

Dipulihkan dari situasi yang tidak baik, situasi yang hina dan lemah, merupakan dambaan setiap orang. Siapa pun pasti menginginkan pemulihan, siapa pun pasti mendambakan berkat dari Tuhan. Orang-orang yang nampaknya berada dalam situasi baik pun pasti mendambakan berkat-berkat dari Tuhan. Dalam surat 1 Petrus 3:9 disebutkan bahwa orang yang percaya kepada Kristus dipanggil untuk memperoleh berkat sekaligus untuk menjadi berkat di tengah-tengah masyarakat yang seringkali dipenuhi dengan berbagai kejahatan ini. Jadi, menerima berkat Tuhan adalah sebuah panggilan yang kemudian harus diteruskan dengan menjadi berkat di sekitarnya.

Bagi mereka yang saat ini mungkin sedang berada dalam situasi yang kurang menguntungkan oleh karena dan dalam berbagai hal, belajarlah dari pengalaman Bartimeus, berserulah, dan jangan pedulikan berbagai hambatan, teruslah berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku”. Tentu, kita dapat melakukan ini apabila kita sungguh-sungguh mengimani bahwa Yesus datang untuk membawa berita baik bagi kita, seperti tertulis dalam Lukas 4:18-19 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, pasti mampu melihat misi Yesus yang luar biasa ini, dan dia malah dapat memperoleh segala berkat yang dibutuhkannya, sebab kita dipanggil untuk memperoleh berkat dan menjadi berkat di dunia ini. Sayang sekali, masih banyak orang yang menganggap bahwa dia belum mendapatkan berkat dari Tuhan, biasanya karena sedang dihimpit oleh berbagai masalah kehidupan, atau bisa jadi karena matanya tidak mampu melihat bahwa sebenarnya berkat-berkat Tuhan sedang mengalir dalam kehidupannya. Akhirnya, dia pun sulit untuk menjadi berkat dalam kehidupan di sekitarnya.

Sdra/i, melalui iman Tuhan mengalirkan banyak berkat bagi kita, dan melalui iman itu pula Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita.



[1] Bahan Khotbah Minggu, 25 Oktober 2015, Jemaat BNKP Sisobambowo Resort 19

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...