Saturday, July 23, 2016

Dosa-Dosa Sodom dan Gomora (Kej. 18:16 – 19:29): Catatan Pengantar 1



Dipersiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

Apakah dosa kota Sodom dan Gomora sehingga TUHAN Allah membinasakannya?
1.   Anggapan yang pertama: homoseksualitas (gay). Anggapan ini bukan tanpa alasan, sebab dari nama kota “Sodom” ini kemudian lahirlah kata “sodomi” yang berarti percabulan tidak wajar, yang biasanya dilakukan melalui hubungan sesama jenis (homoseksual atau gay), namun dapat juga dilakukan melalui hubungan berbeda jenis (heteroseksual). Anggapan ini kemudian seperti dikonfirmasi oleh bunyi teks Kej. 19:4-5, dimana orang-orang lelaki dari kota itu hendak “memakai” tamu Lot (yang adalah laki-laki).

2.  Sekarang, mari kita lihat dari sisi Lot. Lot adalah penduduk negeri itu, dan ia tentunya sangat mengerti warga kota tersebut. Jika orang-orang itu semua gay, dia pasti tahu itu, dan dia tidak akan repot-repot menawarkan kedua anaknya perempuan kepada mereka sebagai pengganti (Kej. 19:8), lebih memungkinkan kalau dia menawarkan kedua bakal menantunya (ay. 14). Sayang sekali, Lot tidak melakukan itu, dia tidak menawarkan laki-laki (bakal menantunya) kepada penduduk kota itu, sebaliknya dia menawarkan kedua anak perempuannya kepada para lelaki kota Sodom tersebut.

3.   Di Kej. 19, disebutkan bahwa semua laki-laki, tanpa kecuali, muda dan tua, datang mengepung rumah tempat tamu Lot menginap (Kej. 19:4). Jadi, semua laki-laki di kota itu adalah gay? Kalau itu benar, maka tentulah mereka tidak punya anak-cucu, tidak mempunyai keturunan dan akhirnya penduduknya tidak ada. Tetapi, tidak demikian bukan? Penduduk kota ini masih ada, keturunan mereka tetap ada sampai TUHAN sendiri membinasakannya. Jadi, bagaimana mungkin kota ini tetap memiliki keturunan (penduduk) kalau semua laki-lakinya gay? Lalu, bagaimana Lot dan keluarganya yang katakanlah “normal” (non-gay) bisa bertahan tinggal di kota “gay” itu, sampai TUHAN sendiri yang memaksanya keluar dari kota tersebut?

4.   Mari kita lihat perkataan para lelaki kota itu di Kej. 19:9 “... Orang ini datang ke sini sebagai orang asing dan dia mau menjadi hakim atas kita! Sekarang kami akan menganiaya engkau lebih dari pada kedua orang itu!”. Mereka hendak melakukan kejahatan kepada tamu Lot itu dengan alasan bahwa tamu itu adalah “orang asing”, dan mereka dianggap menjadi hakim atas kota itu. Alasan ini sepertinya mengindikasikan bahwa penduduk setempat tidak suka dengan kedatangan orang asing, apalagi kalau orang asing itu datang untuk menjadi hakim. Sebelum orang asing itu “menghakimi” kota Sodom dan Gomora, terlebih dahulu penduduknya datang ke rumah Lot untuk “menghakimi” orang asing dimaksud, tentu dengan cara-cara yang sangat jahat sampai kota itu dianggap durjana (lih. 19:15). Hal ini diperkuat dengan ancaman mereka kepada Lot “...Sekarang kami akan menganiaya engkau lebih dari pada kedua orang itu! (Kej. 19:9c). Ini adalah rencana penganiayaan yang luar biasa! padahal, di Timur Tengah, keberlangsungan hidup seseorang bergantung pada  kebaikan hati orang asing. Karena itu, menolong orang asing merupakan kewajiban agama yang terpenting. Bagi orang Israel sendiri, ada perintah untuk tidak menindas orang asing (lih. Imamat 19:33-34). Sayang sekali, penduduk kota Sodom dan Gomora telah melanggar “tradisi” Timur Tengah itu, dan pelanggaran ini berakibat bagi terancamnya keberlangsungan hidup mereka, dan kita tahu bersama bahwa kota itu kemudian dihancurleburkan oleh TUHAN setelah kedua malaikat-Nya (orang asing) hampir saja diperlakukan dengan sangat durjana oleh penduduk kota itu.

5. Bagaimana mungkin penduduk Sodom dan Gomora berani melanggar tradisi menghormati tamu yang datang? Alasannya tidak jelas, namun pada zaman kuno, ada praktik seks suci (seks bakti/sakral), termasuk dengan “makhluk ilahi” (mis. malaikat). Orang-orang akan melakukan hubungan seksual dengan para pelacur kuil yang menurut mereka mewakili dewa-dewi. Dengan melakukan seks suci itu, orang-orang percaya bahwa mereka akan menerima berkat yang luar biasa dari dewa. Jika orang-orang Sodom menyadari bahwa malaikat yang datang ke kota mereka dikirim oleh Tuhan, mereka mungkin berpikir dan menyimpulkan bahwa “memperkosa” para malaikat itu dapat memberi mereka kekuatan supranatural yang luar biasa. Apakah praktik kuno ini telah membutakan mata, hati atau pikiran penduduk kota Sodom dan Gomora sehingga hendak memperlakukan tamu itu dengan sangat jahat? Belum ada jawaban yang pasti!

6.   Seluruh pasal pertama kitab Yesaya memuat kecaman keras atas Yehuda. Kejahatan dan kebejatan mereka dibandingkan dengan Sodom dan Gomora. Mereka memberontak melawan Allah, kurang pengetahuan, berbalik dari pada TUHAN, penyembahan berhala, terlibat dalam ritual keagamaan yang tidak berarti, menjadi tidak adil dan menindas orang lain, tidak peka terhadap kebutuhan janda dan anak yatim, melakukan pembunuhan, menerima suap, dll. Persoalan utama di sini adalah kehidupan peribadatan/keagamaan yang tidak diikuti dengan tindakan keadilan sosial. Hal yang sama juga kita temukan dalam kitab Yehezkiel 16:49-50 “Lihat, inilah kesalahan Sodom, kakakmu yang termuda itu: kecongkakan, makanan yang berlimpah-limpah dan kesenangan hidup ada padanya dan pada anak-anaknya perempuan, tetapi ia tidak menolong orang-orang sengsara dan miskin. Mereka menjadi tinggi hati dan melakukan kekejian di hadapan-Ku; maka Aku menjauhkan mereka sesudah Aku melihat itu”. Jadi, dari kedua kitab ini (Yesaya 1 & Yehezkiel 16:49-50) tidak ada sama sekali referensi tentang homoseksualitas atau penyimpangan seksual lainnya di kota Sodom dan Gomora seperti yang diasumsikan selama ini. 

7. Sekarang kita membaca surat Yudas 1: 7 (Alkitab TB LAI), “sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang”. Dengan teks terjemahan baru LAI ini maka nampaknya dosa Sodom dan Gomora terkait “homoseksualitas” ada benarnya. Namun apabila kita mengkaji lebih jauh lagi dalam bahasa Yunani, maka sedikit ada perbedaan. Bahasa Yunani yang dipakai untuk kata “percabulan dan kepuasan-kepuasan tak wajar” adalah “SARKOS HETERAS”, yang secara harfiah dapat diterjemahkan “kedagingan lainnya” (Ingg. “other flesh”). Jika kata ini (other flesh) dikaitkan dengan kebiasaan kuno, maka ada kedekatannya dengan praktik “KANIBALISME” dalam budaya Kanaan kuno. Selain itu, dari kata “Sarkos Heteras” ini lahirlah kata “heteroseksual”, jadi bukan homoseksual.

8. Jadi, walaupun belum ada kesimpulan yang pasti tentang dosa-dosa Sodom dan Gomora, namun dapat dikatakan bahwa kota Sodom dan Gomora memang diwarnai oleh berbagai praktik kehidupan yang penuh dengan kedurjanaan, yang telah membuat orang-orang di sekitar mereka berkeluh kesah, dan karena itu menurut TUHAN Allah mereka patut mendapatkan hukuman yang setimpal. 

3 comments:

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...