Saturday, August 7, 2021

Lakukanlah Keadilan dan Kebenaran – Falua Wa’atulö ba Fa’aduhu (Yeremia 22:1-9)

Bahan Khotbah Minggu, 08 Agustus 2021
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gul
o

1 Beginilah firman TUHAN: “Pergilah ke istana raja Yehuda dan sampaikanlah di sana firman ini!
2 Katakanlah: Dengarlah firman TUHAN, hai raja Yehuda yang duduk di atas takhta Daud, engkau, pegawai-pegawaimu dan rakyatmu yang masuk melalui pintu-pintu gerbang ini!
3 Beginilah firman TUHAN: Lakukanlah keadilan dan kebenaran, lepaskanlah dari tangan pemerasnya orang yang dirampas haknya, janganlah engkau menindas dan janganlah engkau memperlakukan orang asing, yatim dan janda dengan keras, dan janganlah engkau menumpahkan darah orang yang tak bersalah di tempat ini!
4 Sebab jika kamu sungguh-sungguh melakukan semuanya itu, maka melalui pintu-pintu gerbang istana ini akan berarak masuk raja-raja yang akan duduk di atas takhta Daud dengan mengendarai kereta dan kuda: mereka itu, pegawai-pegawainya dan rakyatnya.
5 Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diri-Ku, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan.
6 Sebab beginilah firman TUHAN mengenai keluarga raja Yehuda: Engkau seperti Gilead bagi-Ku, seperti puncak gunung Libanon! Namun pastilah Aku akan membuat engkau menjadi padang gurun, menjadi kota yang tidak didiami orang.
7 Aku akan menetapkan pemusnah-pemusnah terhadap engkau, masing-masing dengan senjatanya; mereka akan menebang pohon aras pilihanmu dan mencampakkannya ke dalam api.
8 Dan apabila banyak bangsa melewati kota ini, maka mereka akan berkata seorang kepada yang lain: Mengapakah TUHAN melakukan seperti itu kepada kota yang besar ini?
9 Orang akan menjawab: Oleh karena mereka telah melupakan perjanjian TUHAN, Allah mereka, dan telah sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya.”

Teks khotbah ini merupakan nubuat tentang istana kerajaan Yehuda, yang masuk dalam bagian kitab Yeremia yang berbicara tentang raja, imam, dan nabi (Yeremia 21-24). Semua pemimpin ini (raja, imam, dan nabi) ternyata telah menimbulkan ketidaksenangan TUHAN. Akibatnya, setelah mereka tidak patuh pada perintah TUHAN, bangsa Yehuda dibuang ke Babilonia. Tetapi, sebelum hukuman pembuangan itu dijatuhkan atas mereka, dalam teks minggu ini, diungkapkan janji bersyarat bagi bangsa Yehuda, sekaligus penegasan masih adanya harapan bagi kelangsungan dinasti Daud pada masa depan. Artinya, peringatan-peringatan yang disampaikan oleh nabi Yeremia di sini bermaksud untuk menyadarkan bangsa Yehuda, terutama para pemimpinnya, untuk bertobat, kembali ke jalan TUHAN. Dengan demikian, mereka akan menikmati masa kejayaan kembali (ay. 4). Sebaliknya, apabila mereka tidak mendengarkan peringatan-peringatan dimaksud, maka negeri mereka akan dihancurleburkan, mereka akan dibuang ke negeri orang (ay. 5-9).

Apa saja persoalan di tengah-tengah bangsa Yehuda yang membuat TUHAN murka dan kini memperingatkan mereka dengan keras? Khusus dalam teks khotbah hari ini, persoalan utama ada kaitannya dengan ‘keadilan dan kebenaran’. Bangsa Yehuda, mulai dari raja, pegawai hingga rakyatnya, diperintahkan untuk melakukan keadilan dan kebenaran (ay. 3). Dengan jelas pada ayat 3 disebutkan persoalan seputar keadilan dan kebenaran dimaksud adalah: banyak orang yang haknya dirampas, banyak orang yang ditindas, banyak orang yang diperlakukan dengan keras (orang asing, yatim dan janda), dan orang yang tidak bersalah tertumpah darahnya (diperlakukan semena-mena). TUHAN memerintahkan bangsa Yehuda untuk menghentikan segera praktik ketidakadilan dan ketidakbenaran tersebut.

Tampaknya, para penindas/pemeras di sini ada hubungannya dengan masalah uang atau sumber daya, mungkin utang, dan mungkin juga perbudakan. Melihat persoalan ini, TUHAN hendak mengatakan kepada mereka untuk menjalankan pengadilan dengan adil dan benar. Artinya, bangsa Yehuda, terutama para pemimpinnya harus memberikan keadilan untuk semua orang. Orang asing, anak yatim, dan janda merupakan orang-orang yang secara umum tidak memiliki relasi khusus dengan mereka yang berkuasa, teman-temannya pun paling sedikit. Itulah sebabnya, mereka ini termasuk kelompok yang paling rentan terhadap ketidakadilan, penindasan, perampasan, perlakuan semena-mena, dan kekerasan. Mereka adalah kaum lemah, dan dalam faktanya mereka seringkali diperlakukan dengan tidak manusiawi, menjadi objek yang diperas dan semacam sapi perah para penguasa. Praktik ini harus dihentikan, demikianlah kira-kira perintah TUHAN. Itulah maksud dari perkataan “lakukanlah keadilan dan kebenaran” (ay. 3). Perintah ini diikuti dengan janji pengharapan bahwa kerajaan Yehuda akan tetap langgeng apabila mereka menaatinya (ay. 4), dan peringatan akan adanya kehancuran kalau mereka tidak mengindahkannya (ay. 5-7). Bagi TUHAN, perbuatan ketidakadilan dan ketidakbenaran sama dengan penyembahan allah lain (bnd. ay. 8-9), dan itu harus dihukum keras.

Saat ini kita berada pada masa-masa sulit, terutama karena pandemi covid-19. Di tengah-tengah kesulitan ini, kita masih dapat mendengar dan melihat dengan jelas berbagai praktik ketidakadilan dan ketidakbenaran yang terjadi di mana-mana. Ada orang-orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, yaitu memanfaatkan situasi yang serba tidak menentu ini untuk meraup keuntungan di atas penderitaan orang lain. Saya sendiri, dengan prihatin harus mengatakan bahwa negera kita, Indonesia ini, sudah menjadi negeri para mafia. Lihatlah, berbagai praktik ketidakadilan dan ketidakbenaran terjadi di berbagai tempat, tidak lagi ditutup-tutupi. Lihatlah betapa kaum lemah seringkali kalah saing dalam perebutan berbagai bantuan sosial, sementara mereka yang sebenarnya masih hidup sejahtera, dapat dengan mudah mendapatkannya, karena menghalalkan segala cara untuk itu. Lihatlah betapa para pejabat kita mempertontonkan praktik ketidakadilan dalam penegakkan hukum di negeri ini. Para pelaku korupsi, pemberi dan penerima suap, hukumannya dipangkas hingga 60%, terjadi semacam diskon dan promo gede-gedean atas penegakkan hukum. Di tengah-tengah kesulitan ini, pada saat pemerintah berjuang keras menanggulangi pandemi covid-19, eh malah ada saja orang yang malah memanfaatkannya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ironis memang!

Pada saat-saat seperti ini, TUHAN menyerukan pertobatan bagi kita. TUHAN meminta kita untuk segera menghentikan praktik-praktik ketidakadilan dan ketidakbenaran yang mewujud dalam berbagai bentuk itu. Kita tidak boleh lagi hanya berdiam diri, kita harus berbuat sesuatu, mulai dari hal-hal sederhana, untuk melakukan keadilan dan kebenaran. Bagi bapak/ibu yang saat ini kehidupan ekonominya masih lumayan baik, misalnya suatu saat diberikan bantuan oleh pemerintah atau pihak tertentu, apakah Anda berani “mengalihkan” bantuan itu kepada mereka yang lebih membutuhkan? Ketika ada masyarakat lemah meminta bantuan bapak/ibu, sekalipun kita tidak bisa membantu dia dalam bentuk materi, apa yang bisa kita lakukan untuk menolongnya? Maukah bapak/ibu yang punya akses ke para pejabat atau donatur, menjembatani mereka ke sana supaya mereka tertolong?

Bagi bapak/ibu yang berada dalam posisi atau jabatan tertentu, apakah sudah melakukan keadilan dan kebenaran, atau malah memanfaatkan jabatan tersebut untuk meraup keuntungan bagi diri sendiri, istilah aji mumpung? Bagaimana bapak/ibu melakukan keadilan dan kebenaran, apakah berdasarkan nilai-nilai keadilan dan kebenaran tersebut, atau berdasarkan nilai kekeluargaan atau nilai rupiahnya?

Mari kita berefleksi, mari kita melakukan keadilan dan kebenaran, maka kita dapat menikmati hidup dengan baik.









No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...