Saturday, February 19, 2022

Mengasihi dengan Istimewa (Lukas 6:27-37)

Khotbah Minggu, 20 Februari 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

6:27 “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;
6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.
6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.
6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.
6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.
6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.
6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”
6:37 “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.


Kita sudah lama terbiasa dengan tradisi “balas-membalas”, faoma tasulöni nilau nawöda khöda, baik perbuatan yang jahat maupun yang baik. Kita ingat misalnya ungkapan: “faoma ono nama ita”, “olifu laosi ba lö olifu dandrawa”, fataria so zangoroi’ö ba ndraononia hewisa wolau nawönia khönia si lö baga. So göi meföna nifotöi “fatanö luo”, “falulu ba halöwö”, “tolotolo ono matua”, “zulözulö”, btn.

Saya yakin bahwa sebagai orang Kristen, kita selalu berupaya untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, Alkitab sudah mengajarkan kita akan hal itu, dan pada hari ini ajaran itu ditegaskan kembali dengan tidak membalas kejahatan kepada orang yang mengutuk kita, mencaci kita, dan menampar pipi kita. Kita malah dianjurkan untuk berdoa memohonkan berkat bagi mereka yang menyakiti kita, dan yang paling aneh adalah memberikan pipi kita yang lain ketika ada orang menampar kita, serta memberikan baju kita kepada orang yang mengambil jubah (lembe). Kita sudah tahu semua ini, tetapi dalam praktiknya amat sulit dilakukan. Intinya adalah kita harus mengasihi orang-orang yang membenci kita, musuh kita; suatu hal yang amat sulit dilakukan. Tetapi, itulah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada kita, dan kita harus terus menerus berupaya melakukannya.

Kata-kata Yesus yang amat sulit ini sebenarnya masih ada kaitannya dengan perkataan-Nya sebelumnya di ayat 22: “Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.” Yesus mengingatkan murid-murid dan seluruh pengikut-Nya, untuk siap menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi oleh karena mengikut Yesus, terutama kemungkinan diperlakukan dengan tidak baik. Mengikut Yesus berarti siap mengambil risiko memikul salib yang adalah simbol penderitaan itu. Jadi, kalau ada orang yang menampar pipi kita yang satu misalnya, maka kita harus mampu menunjukkan kepadanya bahwa apa pun yang dia lakukan kepada kita, kita tetap mengikut Yesus, kita bahkan sudah siap ditampar lagi (pipi yang lain); demikian juga dengan jubah (lembe) dan baju. Kita hendak menyatakan kepada mereka yang menyakiti kita oleh karena mengikut Yesus, silakan lakukan apa pun yang engkau inginkan, saya tidak akan membalasnya dengan perbuatan jahat kepadamu, saya sudah siap menghadapi penghinaanmu, dan itu tidak akan menghentikan saya untuk tetap mengikut Yesus. Hal ini juga yang ditegaskan oleh Paulus kepada jemaat Kristen di Roma, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:35, 38, 39).

Hari ini, Yesus meminta kita untuk mengasihi siapa pun secara istimewa, yaitu mengasihi mereka yang membenci kita oleh karena mengikut Dia, mengasihi mereka yang memusuhi kita oleh karena kita tetap berpegang pada kebaikan dan kebenaran, mengasihi mereka yang menganiaya kita dengan berbagai cara oleh karena kita tidak mau meninggalkan Tuhan Yesus, mengasihi mereka yang mengkafir-kafirkan kita oleh karena kita tetap percaya pada berita salib.

Yesus mengajak kita untuk meninggalkan kebiasaan lama kita dengan hukum “saling membalas” itu, baik dalam hal kejahatan maupun kebaikan. Beberapa contoh yang diberikan oleh Yesus, ada di ayat 32, 33, dan 34. Kalau kita hanya berbuat baik kepada mereka yang berbuat baik kepada kita, apa istimewanya kita sebagai pengikut Kristus? Bukankah orang jahat dapat melakukan hal yang sama kepada sesamanya penjahat? Kalau kita menolong sesama kita oleh karena dia pernah menolong kita, atau menolong dia supaya kelak dia juga menolong kita, apa istimewanya kita sebagai pengikut Kristus? Bukankah orang-orang jahat dapat melakukan hal sama? Kalau kita, misalnya, hanya meminjamkan uang/barang kepada orang yang pernah membantu kita, atau kepada orang yang kita yakini dapat melunasinya nanti (ditambah dengan bunganya), apa hebatnya kita sebagai pengikut Kristus? Kalau kita, seperti yang biasa dalam adat Nias, memberi makan orang lain oleh karena dulu dia pernah memberi kita makan, atau supaya nanti juga dia memberi kita makan, apa kelebihan kita sebagai pengikut Kristus? Orang berdosa pun, demikian kata Yesus, dapat melakukan hal yang sama. Sebagai pengikut Kristus, mestinya kita bermurah hati, mengasihi musuh berbuatlah baik kepada mereka dan memberi pinjaman kepada mereka dengan tidak mengharapkan balasan (ay. 36, 35).

Terakhir, Yesus mengajak kita untuk selalu berbuat baik, apa pun situasinya, itulah maksud dari kata-kata-Nya di ayat 31 “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka”. Kita, tentunya, menghendaki kebaikan dari orang lain, maka berbuat baiklah kepada orang-orang di sekitar kita, lakukanlah kebaikan dengan tidak mengharapkan balasan, maka, kata Yesus: “upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi”. Kalau pun ada orang yang berbuat salah kepada kita, maka “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni” (ay. 37).

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...