Khotbah Minggu, 27 Februari 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
12 Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.
13 Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.
Setiap orang pasti menginginkan kehidupan yang lebih baik. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik itu, manusia dari berbagai tempat, zaman, dan konteks selalu berjuang dengan berbagai cara. Keinginan dan perjuangan kita untuk kehidupan yang lebih baik amatlah wajar, bahkan sangat ilahi. Bangsa Israel pun pada zaman nabi Yesaya merindukan kehidupan yang lebih baik itu, dan bahkan Tuhan sendiri pada zaman itu hingga zaman sekarang, menginginkan supaya umat manusia ciptaan tangan-Nya itu mendapatkan kehidupan yang lebih baik, lebih manusiawi, lebih membahagiakan, baik pada saat ia hidup di dunia ini maupun pada zaman yang akan datang (akhir zaman).
Persoalannya ialah bahwa banyak orang yang – entah sadar atau tidak, sengaja atau tidak – justru merusak kehidupannya sendiri bahkan kehidupan orang-orang di sekitarnya. Perhatikan misalnya betapa banyak orang yang bekerja keras dan mendapatkan hasilnya namun kemudian menggunakan hasil kerja kerasnya itu untuk sesuatu yang justru merusak dirinya dan orang-orang di sekitarnya, menggunakan hasil usahanya itu untuk sesuatu yang tidak penting, apalagi di zaman sekarang banyak orang yang menggunakan hasil kerja/usahanya untuk barang-barang yang tidak terlalu penting, hanya sekadar pamer saja, hanya sekadar memenuhi gaya hidupnya yang glamor, atau pun menggunakannya untuk membeli game online.
Dan itulah yang dulu terjadi dengan bangsa Israel, menggunakan kesempatan yang baik yang diberikan Tuhan untuk sesuatu yang justru merusak mereka, hidup dalam dosa, terutama praktik ketidakadilan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan. Hal inilah nanti yang membuat Allah menghukum mereka dengan membuang mereka ke Babel, dan mereka diperbudak di sana selama kurang lebih 70 tahun. Lalu, apakah selamanya Tuhan membuang umat-Nya? Apakah selamanya Dia mendendam? Tidak! Mazmur 103:9 “Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam.” Kasih setia-Nya jauh lebih besar dari dosa-dosa umat manusia, dan atas dasar itulah Dia membebaskan umat-Nya Israel, membebaskan manusia yang berdosa hingga hari ini. Dia membuktikan kasih setia-Nya itu dengan menawarkan kehidupan yang jauh lebih baik, dan itulah yang terungkap dalam seluruh pasal 55 kitab Yesaya ini.
Pada ayat-ayat awal dari Yesaya 55 ini, Tuhan menawarkan sesuatu yang amat mendasar dan menentukan dalam kehidupan manusia, yaitu makanan dan minuman yang tidak pernah habis, selalu mengenyangkan dan memuaskan kita, baik hari ini, besok, bahkan sampai selama-lamanya (Yes. 55:1-2). Dan Tuhan telah melakukan semuanya ini, telah memberikan yang terbaik bagi umat-Nya, dan akan selalu memberikan yang terbaik, walaupun manusia – sadar atau tidak sadar – seringkali memilih kehidupan yang tidak baik.
Itulah yang ditegaskan oleh nabi Yesaya pada hari ini, bahwa apa pun yang telah direncanakan oleh Tuhan, apa pun yang telah difirmankan-Nya, selalu dilaksanakan-Nya, selalu berhasil, dan tidak akan sia-sia. Hal ini digambarkan dengan hujan dan salju yang turun ke bumi. Keduanya turun untuk memenuhi kehendak dan tujuan pengirimnya, yaitu Allah, dan tidak akan kembali kepada Allah dengan sia-sia, selalu berhasil baik. Ini menunjukkan kekuatan firman Allah dalam menggenapi janji-janji-Nya, yaitu kehidupan yang lebih baik bagi umat-Nya. Firman Tuhan itu tidak akan pernah sia-sia, selalu berproses dan berbuah baik untuk kebaikan umat TUHAN. Lõ zayazaya gõlõ daromali Lowalangi andrõ, ha sambalõ mofozu ia ba zi sõkhi, ba wamohouni fa’auri mbanua Lowalangi.
Tuhan membuktikan semua rencana dan firman-Nya itu, dengan memberi kesempatan kepada umat-Nya Israel kembali ke tanah perjanjian. Selama ini umat Tuhan diperbudak oleh dosa, berada dalam penjara dosa, dan itulah yang membuat mereka terbuang ke Babel dan diperbudak di sana selama kurang lebih 70 tahun. Namun, kini penderitaan dan perbudakan itu segera berlalu, sebab mereka akan “diizinkan” pergi kembali ke Yerusalem, ke kota mereka dengan penuh sukacita. Artinya, pembebasan telah tiba, karena itu tidak perlu lagi ada kekuatiran dan ketakutan bagi umat Tuhan.
Dalam kemahakuasaan dan kebaikan-Nya itu, TUHAN sendiri yang menghantarkan pulang umat-Nya ke negeri mereka, menghantarkan mereka dengan penuh kedamaian, tanpa gangguan dari siapa pun. Ini adalah jaminan dan harapan yang luar biasa, dan (seharusnya) mendatangkan semangat baru dan sukacita besar bagi umat Tuhan. Atau, adakah di antara kita yang malah sedih ketika diberi sesuatu yang amat baik? Adakah di antara kita yang merasa kecewa ketika Tuhan mengabulkan doa-doanya? Saya pikir tidak ada!
Sukacita yang amat besar dinikmati oleh manusia, dan bahkan alam pun turut bersorak-sorai atas pembebasan umat Tuhan itu. Ayat 12 menggambarkan sukacita alam itu. Biasanya gunung dan bukit menjadi penghalang pergerakan, menghambat perjalanan. Namun, dalam teks ini gunung-gunung dan bukit-bukit itu digambarkan turut merayakan pembebasan umat Tuhan, bahkan pohon-pohon dengan ranting-ranting sebagai tangannya bertepuk tangan. Alam dilukiskan merayakan penebusan umat Tuhan. Jadi, kalau alam saja dapat merasakan kebaikan Tuhan, dapat menikmati pembebasan dari Tuhan, apalagi manusia yang diciptakan sebagai “imago Dei”, segambar dan serupa dengan Allah. Kalau alam saja dapat bersukacita dan memuji Tuhan karena segala kebaikan-Nya, apalagi manusia yang secara langsung mendapatkan kebaikan Tuhan itu.
Firman Allah itu pun berwujud pada pembaharuan kehidupan. Itulah yang digambarkan pada ayat 13 dengan pembaharuan alam: “Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad”. Pembaharuan alam di sini digunakan untuk menggambarkan perubahan besar yang dialami oleh orang-orang yang telah ditebus. Keindahan menggantikan keburukan; sesuatu yang berharga menggantikan sesuatu yang tidak bernilai selama ini; pertolongan dan keselamatan menggantikan kesulitan dan malapetaka; kebahagiaan dan kesenangan (pohon sanobar dan pohon murad) menggantikan kepahitan dan kedukaan (semak duri dan kecubung). Itulah yang akan terjadi dalam kehidupan orang-orang percaya.
Pada akhirnya, semua yang telah dilakukan Allah ini, penebusan dan pembebasan yang dilakukan-Nya untuk umat manusia, dimaksudkan untuk kemasyhuran bagi TUHAN, sehingga semua bangsa mengenal dan menyembah Dia.
Mazmur 119:105, “Firman-Mu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku”
Sinunö 119:105, “Fandru föna gahegu daroma li-Mö andrö, ba haga ba lalagu”
Amin,🙏🏻🙏🏻
ReplyDeleteSelamat Hari Minggu, kiranya Tuhan senantiasa Memberkati selalu 🙇🏻♀️🙏🏻
Nmencloria_ru Dale Smith Download crack
ReplyDeletemotonito