Khotbah Minggu Pentakosta I, 05 Juni 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
8:8 Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah.
8:9 Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
8:10 Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
8:11 Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Dalam teks khotbah hari ini, Paulus mempertentangkan dua asas hidup, yaitu hidup dalam daging dan hidup dalam Roh. Menurutnya, hidup dalam daging merupakan hidup lama (di bawah Hukum Taurat) yang berorientasi pada hal-hal yang bersifat daging (ukuran/standar/keinginan daging), sedangkan hidup dalam Roh merupakan hidup baru (dalam kasih karunia Kristus) yang berorientasi pada hal-hal yang “rohani” (ukuran/standar/ keinginan Roh). Keinginan daging adalah maut, sedangkan keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera (ay. 6). Hidup dalam daging berpusat pada diri sendiri, memusuhi Allah, tidak berkenan kepada Allah dan benar-benar tidak mampu untuk menaati hukum Allah (ay. 7-8), sedangkan hidup dalam Roh berarti Roh Allah diam di dalam dirinya dan dia beroleh kehidupan oleh karena kebenaran (ay. 9, 10).
Paulus (sengaja) memaparkan kedua asas hidup ini dengan mempertentangkannya, supaya manusia (Kristen Yahudi dan non Yahudi di Roma) dapat melihat keduanya dengan jelas, terang benderang, termasuk akibat dari masing-masing asas hidup itu, dan pada akhirnya manusia dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memilih hidup dalam Roh (dalam kasih karunia Yesus Kristus) atau sebaliknya hidup dalam daging (di bawah Hukum Taurat). Dengan sangat tegas Paulus mengatakan bahwa hidup dalam Roh berarti Roh Allah diam di dalam dirinya, dan karenanya manusia dibimbing pada kehidupan dan damai sejahtera, sedangkan hidup dalam daging berarti bermusuhan dengan Allah, dan karenanya membawa manusia pada maut (“kematian”).
Pertanyaannya sekarang ialah apa yang dimaksud dengan hidup dalam Roh dan hidup dalam daging itu?
Hidup dalam daging berarti permusuhan dengan Allah, tidak takluk kepada hukum Allah, sulit taat pada hukum Allah, tidak berkenan kepada Allah, bukan milik Kristus, tubuh mati karena dosa dan menuju kepada maut (tidak ada pengharapan), dikuasai oleh dosa.
Hidup dalam Roh berarti Roh Allah diam/tinggal di dalam dirinya, milik Kristus, tubuh mati karena dosa tetapi menuju pada kehidupan, ada pengharapan akan kebangkitan (ay. 11)
Manusia memang memiliki tabiat untuk hidup dalam daging, tetapi manusia dapat memilih untuk mengikuti kehendak tabiat itu atau sebaliknya melawannya dengan hidup di dalam Roh Allah. Tentu, setiap pilihan mempunyai akibatnya sendiri, dan manusia tidak dapat lagi menghindar dari akibat pilihannya itu.
Hidup dalam daging berarti mencari, mengusahakan, memberi perhatian, mengarahkan kehidupannya pada hal-hal lahiriah yang dapat menyenangkan dirinya sendiri, tidak peduli apakah itu tidak benar. Ukuran/standar yang dipakai dalam hidupnya adalah kesenangan/kesukaan dirinya, bukan kesenangan/kesukaan Kristus. Seringkali memakai standar ganda, kalau sesuatu itu, termasuk firman Tuhan dapat memuaskan kehendaknya, maka dia menerimanya, tetapi apabila tidak sesuai dengan keinginannya maka dia akan menolaknya, paling tidak mencari-cari alasan untuk tidak taat pada firman Tuhan (mis. ba gulidanõ nasa so ita, lõ manõ so’ahonoa niha andre, dll).
Sebaliknya, orang yang hidup dalam Roh, selalu menempatkan Allah dan firman-Nya sebagai standar/ukuran dari semua yang dia lakukan, termasuk pelayanan yang dia lakukan.
Setelah memperhadapkan manusia pada kedua asas hidup ini, Paulus mengingatkan jemaat Kristen bahwa mereka (oleh kasih karunia Tuhan Yesus) tidak hidup dalam daging, tetapi dalam Roh, mereka tidak hidup menurut ukuran daging, tetapi ukuran Roh Kristus, mereka tidak dipengaruhi lagi oleh lingkungan dunia yang semakin edan, tetapi tetap dalam jati dirinya sebagai orang-orang yang telah beroleh kasih karunia Kristus, orang-orang yang hidup di dalam Roh. Semuanya ini dapat terlihat dalam kelakuan manusia itu sendiri. Banyak orang yang pada akhirnya tidak dapat mempertahankan jati dirinya sebagai orang Kristen di tengah-tengah dunia yang penuh dengan “godaan” ini, banyak orang yang “menyerah” pada keinginan duniawi. Seorang perokok misalnya, bertekad untuk mengurangi bahkan berhenti merokok, dan dia bisa melakukannya selama beberapa hari/minggu, namun suatu saat dia merokok dengan alasan sulit menolak tawaran teman-teman.
Hidup dalam daging berarti berada dalam lingkungan pengaruh daging itu, terhanyut dalam pengaruh lingkungan yang penuh dengan “racun kehidupan” atau “virus kehidupan” yang merusak. Karena itu, hidup dalam Roh berarti mencabut diri dari pengaruh lingkungan yang merusak itu, dan itu hanya terjadi apabila Roh Allah diam di dalam kita. Fao ita ba zatuatua ba atuatua gõi ita, fao ita ba zowõhõwõhõ ba owõhõwõhõ gõi ita. Ini tidak berarti bahwa kita harus menutup diri dari sesama atau dari lingkungan di mana kita berada, tetapi bagaimana kita harus mampu melakukan filter terhadap berbagai pengaruh dunia yang semakin memprihatinkan ini.
Dalam ayat 5-8 Paulus menggali lebih jauh ke dalam kehidupan lama. Sekali lagi daging dan Roh dikontraskan. Bahasa yang digunakan Paulus adalah bahasa pola pikir. Pola pikir adalah apa yang orang pikirkan, apa yang mereka fokuskan (ayat 5). Ketika orang fokus pada daging, hasilnya adalah kematian, baik fisik maupun spiritual dalam hal keterpisahan dari Tuhan. Itulah sebabnya pola pikir kedagingan menghasilkan permusuhan kepada Tuhan (ayat 6-7) dan mengapa "mereka yang ada di dalam daging tidak dapat menyenangkan Tuhan" (ayat 8). Karena "mereka yang hidup dalam daging" telah salah mengarahkan hidup mereka jauh dari Tuhan, mereka tidak dapat hidup seperti yang Tuhan inginkan dan jelas tidak dapat menyenangkan Tuhan. Tetapi ketika orang berfokus pada Roh, hasilnya adalah kehidupan dan kedamaian (ayat 6).
Dengan melihat dengan jelas ayat-ayat sebelumnya, Paulus dalam ayat 9-11 meminta orang-orang percaya Roma untuk “tidak hidup dalam daging,” sebaliknya mereka harus “berada di dalam
Roh.” Bagaimana mereka tahu bahwa “Roh Allah diam di dalam” mereka? Kehadiran Roh
menandai mereka yang menjadi milik Kristus (ayat 9). Selanjutnya, Kristus ada
di dalam mereka, dan meskipun tubuh mati, “Roh adalah hidup karena kebenaran.”
“Roh adalah hidup” dalam arti memberi hidup. Roh berdiam di dalam tubuh yang mati dalam baptisan
sehubungan dengan dosa (6:3-4) dan memberinya hidup. Dan melalui Roh yang sama
itu, Allah yang telah membangkitkan Yesus dari kematian akan menghidupkan
tubuh-tubuh orang percaya yang fana.
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?