Pdt. Alokasih Gulo, M.Si
21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.”
21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”
Teks hari ini merupakan kisah tentang nampaknya Yesus untuk ketiga kalinya setelah kebangkitan-Nya (21:14). Penampakkan pertama adalah terhadap kelompok perempuan pada pagi hari Paskah. Lukas mencatat Yesus menampakkan diri bagi dua orang murid di jalan menuju Emaus, dan malam itu Yesus menampakkan diri kepada sekelompok murid-Nya, kecuali Thomas yang belum hadir. Satu minggu kemudian, pada hari Minggu, Yesus menampakkan diri-Nya lagi terhadap para murid, dan kali ini Thomas hadir, dan kita tentu masih mengingat kisah tentang keragua-raguan Thomas.
Kita tidak tahu pasti kapan kisah dalam teks ini terjadi, kita hanya diberitahu bahwa “kemudian Yesus menampakkan dir lagi” (21:1). Apa yang terjadi adalah bahwa Petrus mengatakan kepada teman-temannya bahwa ia akan menangkap ikan, dan enam orang lainnya bersama-sama dengan dia, empat di antarnya diberi nama dan dua yang tidak diberi nama (21:2-3). Diasumsikan dua murid yang tidak disebutkan namanya tersebut adalah Andreas dan FIlipus, dan jika ini benar maka sebagian besar murid-murid yang pergi dengan Petrus juga adalah para nelayan.
Sekarang, Petrus adalah orang yang praktis, tidak tahu apa yang harus dilakukan sementara “menunggu” kedatangan Yesus setelah kebangkitan-Nya, tidak tahu kapan itu akan terjadi, atau apakah hal itu akan terus terjadi, atau malah tidak akan terjadi sama sekali.Petrus tahu bahwa dia tidak bisa hanya duduk-duduk saja, seseorang perlu menyediakan makanan, karena itu dia pergi menangkap ikan.
Keenam murid tersebut memancing ikan sepanjang malam dan mereka tidak menangkap apa-apa (21:3), walaupun mereka sebenarnya memiliki banyak keterampilan sebagai nelayan. Sekarang ketika fajar menyingsing (LAI: hari mulai siang, 21:4), Yesus menampakkan diri di pantai di mana Petrus dkk sedang berupaya menangkap ikan. Yesus berkata, “Apakah Anda menangkap ikan?” (LAI: “hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”, 21:5). Kita bisa mendengar rasa kesal/ketus dalam jawaban mereka, “Tidak ada”, atau dengan kata lain “tidak, kami belum menangkap apa-apa kecuali beberapa sepatu tua dan piring bekas.” Saya hanya bisa membayangkan kata-kata yang tidak dicatat oleh Yohanes.
Pada awalnya para murid tidak menyadari kalau itu adalah Yesus, namun kemudian mereka menyadarinya ketika Yesus berseru, “Tebarkan jalamu di sebelah kanan perahu, maka kamu akna peroleh.” Mereka pernah mendengar kata-kata seperti itu sebelumnya (bnd. Luk. 5:4), dan kita bisa membayangkan apa yang di dalam pikiran mereka, “Mungkinkah itu Tuhan? Dia begitu jauh, sulit untuk memastikannya!” Anyway, mereka menebarkan jala mereka sekali lagi, dan wow … begitu banyak ikan tertangkap dalam jala mereka dimana mereka hampir tidak bisa mengangkutnya. Yohanes (LAI: murid yang dikasihi Yesus) mengatakan, “Itu Tuhan!” Dan “byuurr …”, spontan saja Petrus melompat dari perahu ke dalam air menuju Yesus ketika Yohanes mengatakan bahwa itu Tuhan (21:7).
Ketika murid-murid menarik perahu mereka ke darat, Yesus memasak ikan di atas api dan roti telah disiapkan untuk sarapan. Inilah rinciannya. Yohanes memastikan pembacanya mengetahui bahwa Yesus itu bukan hantu, melainkan daging yang dibangkitkan dan tubuh yang memiliki darah. Sebab hantu tidak dapat memasak(menyiapkan sarapan), juga tidak bisa makan bersama dengan atau seperti manusia, tetapi Yesus melakukan keduanya. Sekali lagi, di sini Yohanes membuktikkan bahwa Yesus bukanlah hantu.
Ada dua rincian menarik di sini. Pertama adalah penyebutan jumlah ikan sebanyak 153, dan yang kedua adalah jala mereka tidak rusak. Kita mungkin masih mengingat masa-masa awal ketika Yesus menyuruh para murid-Nya menangkap ikan yang cukup banyak dan jala mulai koyak (Luk. 5:6). Namun, kali ini jala itu tidak koyak. Kita tidak tahu pasti apakah mereka telah membeli jala yang baru dan lebih baik, sebab jika mereka terus menjala ikan bersama dengan Yesus, mereka tentu akan membutuhkan beberapa jalayang kuat. Atau mungkin saja jalaitu tidak koyak supaya dapat menjadi simbol gereja di kemudian hari, sebab gereja dikenal sebagai jala yang dapat menjala semua orang dan masih menyimpan lebih tempat di dalamnya, sebab kasih karunia Allah yang ditemukan di gereja tak ada habisnya. Tetapi, tafsiran seperti ini terkesan dipaksakan walaupun terbuka kemungkinan untuk itu.
Sekarang tentang jumlah ikan itu. Kita mesti memahami bahwa Yohanes memiliki kebiasaan menggunakan simbol-simbol dalam Injilnya,sehingga ada beberapa teori yang mengagumkan sehubungan dengan jumlah ikan yang 153 itu. William Barclay menjelaskan kisah nomor 153 ini. Pertama berasal dari Cirilus-Aleksandria. Dia percaya bahwa angka 100 dimaksudkan bagi pemenuhan orang-orang bukan Yahudi, dan angka 50 ditujukan bagi sisa-sisa Israel, sedangkan angka 3 untuk trinitas, sehingga bagi Cirilusangka 153 merupakan gambaran gereja yang dipenuhi oleh orang-orang non Yahudi dan Yahudi sendiri.
Ada juga teori Augustinus. Angka 10 merupakan sepuluh hukum taurat, dan 7 angka anugerah sebab karunia Roh Kudus ada tujuh kali. Jika angka 10 ditambahkan 7 hasilnya adalah 17, dan jika dilakukan penghitungan 1+2+3+4+5+6+7+8+9+10+11+12+13+ 14+15+16+17, hasilnya adalah 153. Secara matematis penghitungan Augustinus ini tepat, tetapi hal ini belumlah membuktikan bahwa itu yang dimaksud oleh Yohanes. Menarik memang!
Ahli sejarah kuno Jerome menyebutkan ada 153 spesies ikan di lautan dan karenanya penangkapan 153 ikan tersebut menyimbolkan suatu fakta bahwa suatu hari seluruh bangsa-bangsa akan berkumpul bersama dalam Kristus.
Bisa jadi juga bahwa tidak ada makna simbolis di sini dan para murid sebenarnya menangkap 153 ikan, yang dihitung sebagai kebanggaan bagi para nelayan, sebab kita tahu bahwa suatu kebanggaan atau rasa hebat tersendiri bagi nelayan dengan menangkap 153 ikan dalam satu jala, dan hal itu merupakan kisah penangkapan ikan yang hebat. Apakah ini menunjukkan betapa kasih karunia Allah sangat besar dan luas bagi banyak orang? Bisa jadi! Apakah hal ini menjadi simbol bagi gereja yang harus siap menampung mereka yang datang kepada Kristus? Bisa jadi! Namun, sulit rasanya memastikan makna angka ini, dan tidak mungkin memahami simbol-simbol kalau tidak ada kode tertentu.
Setelah sarapan, kita melihat percakapan Yesus dengan Petrus mulai dari ayat 15. Disebutkan bahwa Yesus bertanya kepada Petrus tiga kali apakah ia mengasihi-Nya, sebab kita masih mengingat bahwa Petrus pernah menyangkal Yesus tiga kali, dan sekarang Yesus memberinya kesempatan untuk menegaskan kasihnya tiga kali.
Kita mungkin mencatat pertama kalinya Yesus bertanya, Ia berkata, “Simon apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Pada titik ini Yesus mungkin menunjuk pada perahu, jala, ikan atau alat-alat lainnya yang ada di situ. Yesus seolah-olah bertanya: “Simon apakah engkau cukup mengasihi Aku dengan meninggalkan semua ini dan mengikuti Aku?” Yesus bisa saja juga mengacu kepada murid-murid, mengatakan, “Simon apakah engkau mengasihi Aku lebih dari saudara-saudaramu ini?” Jika hal ini terjadi maka Simon yang pernah berkata, “Meskipun mereka semua tergoncang imannya aku tidak akan” (Markus 14:29). Jika ini adalah pertanyaan kepada Simon yang juga dikenal sebagai Petrus, maka tampaknya dia mengakui kelemahannya, dan dengan demikian ia berkata, “Tuhan, Engkau tahu aku mengasihi-Mu.”
Simon telah belajar dari penyangkalannya, dan sekarang dia tidak bisa membandingkan kasihnya bagi Yesus dengan orang lain; ia hanya senang bahwa ia mengasihi Yesus. Mungkin kita bisa belajar dari Simon untuk tidak perlu mencoba menjadi lebih rohani daripada yang lain, atau mencoba untuk memberitahu dunia bahwa kita mengasihi Yesus lebih dari yang lain mengasihi Dia, dan bahwa semua yang kita lakukan adalah untuk mengasihi-Nya. Yesus kemudian memberitahu Petrus bagaimana mengasihi-Nya, yaitu dengan merawat dan memberi makan domba-domba-Nya (menggembalakan domba-domba Yesus). Itulah caranya Yesus menyuruh Petrus mengasihi-Nya, “merawat dan memberi makan domba-Ku.”
Sekarang mari kita lihat dua kata terakhir dari teks renungan kita pada hari ini. Jika kita mengasihi Yesus, maka Yesus berkata, “ikutlah Aku”. Dalam teologi Presbiterian, mengikut Yesus dimaksudkan bukan untuk mendapatkan kasih dan anugerah-Nya, melainkan lebih sebagai sebagai tanggapan manusia atas apa yang telah Yesus anugerahkan dalam hidup manusia. Sekarang kita mengikuti Yesus. Mengikuti Kristus yang bangkit berarti bahwa Paskah bukanlah acara satu hari. Yesus menjamah dunia melalui kita dengan pesan Paskah, dan pesan Paskah dimaksud adalah apa yang dulunya mati sekarang hidup. Yesus telah mati, tetapi sekarang hidup. Kita sudah mati dalam dosa-dosa kita, tetapi melalui keajaiban salib kita diampuni dan dihidupkan.
Menjadi mati untuk kemudian hidup, merupakan tema sentral Paskah di seluruh Alkitab. Hal itu dapat terwujud apabila kita merawat dan memberi makan domba-domba-Nya, menjangkau mereka dengan pesan Paskah, memberi mereka hidup, membagikan kasih Tuhan bagi semua orang.
Kita mungkin masih mengingat kata-kata Yakobus: “Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita ialah mengunjungi (merawat) yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia” (Yak. 1:27). Gereja dan orang-orang Kristen harus memiliki semangat seperti itu, semangat kepedulian sosial, semangat kepedulian terhadap mereka yang belum beruntung seperti kita saat ini, semangat yang tidak mengambil keuntungan atas kelemahan orang lain, dan semangat yang mendatangkan atau menghadirkan kehidupan sebagaimana Kristus telah menyatakan kehidupan itu bagi kita.
Menanggapi kasih Allah yang memberikan kita kehidupan berarti kita semua akan terlibat dalam menyampaikan kehidupan itu kepada orang lain. Ada begitu banyak cara Tuhan memanggil anggota jemaat kita untuk terlibat dalam menyampaikan pesan Paskah ini. Sangat tragis rasanya apabila masih ada orang yang mengaku mengasihi dan mengikut Kristus, tetapi dalam faktanya dia sering mempersulit sesamanya, merusak kehidupan, bahkan merusak dirinya sendiri. “Apakah engkau mengasihi Aku?” tanya Yesus.
Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati :)
ReplyDeleteKatanya Yesus adalah Tuhan tapi koq butuh sarapan untuk mengganjal perut laparnya??
ReplyDelete