Sunday, April 20, 2014

Ketika Kasih dan Keselamatan dari Allah Menembus Batas (Kisah Para Rasul 10:34-43)



Bahan Khotbah Minggu Paskah, 20 April 2014
Pdt. Alokasih Gulo, S.Th, M.Si[1]

10:34     Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: “Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang.
10:35      Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya.
10:36     Itulah firman yang Ia suruh sampaikan kepada orang-orang Israel, yaitu firman yang memberitakan damai sejahtera oleh Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dari semua orang.
10:37      Kamu tahu tentang segala sesuatu yang terjadi di seluruh tanah Yudea, mulai dari Galilea, sesudah baptisan yang diberitakan oleh Yohanes,
10:38     yaitu tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.
10:39     Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan menggantung Dia pada kayu salib.
10:40     Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri,
10:41      bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.
10:42     Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati.
10:43     Tentang Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya.”

Dalam Kisah Para Rasul10:34 kita menemukan khotbah pertama Petrus kepada orang-orang bukan Yahudi. Petrus dipanggildari Yope ke Kaisarea untuk bertemu dengan perwira, Kornelius, seorang yang saleh dan yang menyembah Allah, dan dengan murah hati selalu memberi dukungannya terhadap tujuan-tujuan mulia. Petrus bersedia untuk pergi ke rumah non-Yahudi terkemukaini karena penglihatan yang ia alami sebelumnya selama doa tengah harinya (Kis. 10:9 dab). Ketika Petrus bertemuKornelius dan merasa yakin akan ketulusannya, ia langsung menyampaikan khotbahsingkat. Jika khotbah Stefanus merupakan ikhtisar dariperjanjian lama (Kis. 7:1-53), maka kotbah Petrus ini mengikhtisarkansesuatu yang baru.

Petrus merangkumkan misi Yesus kepada orang Yahudi, dimulai dengan baptisan Yesus oleh Yohanes, misi-Nya dengan berkhotbah dan penyembuhan di Galilea dan Yerusalem, eksekusi yang dialami-Nya dan kebangkitan-Nya, penampakkan, perintah-Nya kepada murid-murid, peran eskatologis-Nya sebagai Hakim bagi orang yang hidup dan yang mati, dan akhirnya panggilan iman kepada-Nya untuk pengampunan dosa. Paulus juga merangkumkan Injil, dengan menawarkan daftar singkat dari peristiwa yang sama: kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus, dan penampakkan-Nya kepada Petrus, kepada kedua belas murid, kepada lima ratus orang Kristen, dan kepada Yakobus dan Paulus (1 Kor. 15:1-11). Penekanan terus bergeser tetapi substansi pemberitaan sangat mirip. Ringkasan tentang Siapa Yesus ini, bagaimana Dia hidup, melayani, mati, dan bangkit, penting disampaikan oleh Petrus, karena pendengarnya (Kornelius dan keluarga), dan pembaca utama kitab Kisah Para Rasul adalah orang-orang non-Yahudi, yang belum memahami sepenuhnya rencana keselamatan dari Allah melalui bangsa Israel.

Pada satu sisi khotbah Petrus ini memberi penekanan akan “awal mula (akar)” rencana keselamatan yang dari Allah kepada umat manusia, yaitu dari Israel; pada sisi lain Petrus juga menegaskan (karena telah belajar dari penglihatan sebelumnya) bahwa keselamatan itu ternyata telah menyebar dan menjangkau bangsa-bangsa non Yahudi, karena Allah memang tidak pernah dan tidak akan bertindak diskriminatif dalam kasih dan keselamatan bagi umat manusia. Tugas Petrus dan para murid dalam hal ini adalah memberitakan Kristus itu demi keselamatan bangsa-bangsa di dunia.  Dengan kata lain, seluruh peristiwa Kristus selama Ia hidup di dunia, memang terjadi di Israel, tetapi daya jangkaunya mencapai seluruh bangsa-bangsa. Itulah makna Paskah! Kemenangan Kristus kini telah menjadi kemenangan kita semua, dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kemenangan itu dari kita.

Dua ayat terakhir dari teks khotbah hari ini (ay. 42 dan 43) hendak memberi kepastian bagi pendengar bahwa seluruh rencana keselamatan yang dari Allah, dari masa lalu hingga masa yang akan datang, tergenapi di dalam Kristus yang bangkit. Karena itu, percaya kepada Kristus yang bangkit berarti mendapatkan kepastian, bukan keragu-raguan lagi, bukan kebingungan, dan bukan kebinasaan. Percaya kepada Kristus yang bangkit berarti menaruh harapan hidup sekarang dan masa yang akan datang pada sesuatu yang sudah pasti.

Lukas dalam Kisah Para Rasul ini memberitahu kita tentang respon yang luar biasa akan khotbah Petrus ini. Kornelius dan bangsa-bangsa lain yang hadir mulai berbicara dalam bahasa roh dan melahirkan pujian sukacita bagi Allah. Respon dari kelompok baru ini memang dapat menjadi gangguan bagi para pengikut Yesus keturunan Yahudi (bnd. Kis. 11), tetapi pada akhirnya mereka harus memikirkan ulang konsep keselamatan dan bahkan misi yang mereka lakukan. Ternyata, keselamatan tidak bisa dibatasi oleh si-apa pun, ternyata karya Roh Kudus melampaui batas-batas yang selama ini sulit ditembus. Dengan demikian, gereja dan orang-orang Kristen pun sampai sekarang harus membebaskan diri dari batas-batas yang selama ini telah memisahkan dirinya dari mereka yang berada di luar komunitas gereja, atau yang selama ini dianggap tidak mendapat bagian dalam keselamatan ilahi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kita hidup di era global yang serba “terbuka”, era informasi yang melampaui batas-batas wilayah, batas-batas negeri, dan batas-batas geografis. Namun, hal ini tidak otomatis menunjukkan bahwa kasih dan keselamatan dari Allah telah menyebar dan atau diberitakan menembus batas-batas itu. Seringkali manusia (dhi: orang Kristen) menciptakan batas-batas tertentu yang justru menghalangi penyebaran berita kasih dan keselamatan dari Allah bagi bangsa-bangsa. Oleh karena itu, kebangkitan Kristus kiranya menolong kita untuk kembali merenungkan bagaimana kita berelasi dengan mereka yang berada di luar diri kita, dan bagaimana seharusnya kita memperkenalkan Kristus yang bangkit bagi mereka.


Diakui bahwa rencana keselamatan di dalam Yesus itu dimulai dalam konteks perjanjian dengan bangsa Israel, tetapi hal ini bukan berarti menutup kemungkinan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Hal ini juga tidak otomatis menegaskan bahwa bangsa Israel dapat mengalami dan atau menikmati keselamatan itu. Malah, bangsa Israel, dhi orang-orang Yahudi, yang telah menyalibkan Kristus. Itu artinya, status ke-bangsa-an Israel tidak memberi jaminan bahwa mereka selamat. Sebaliknya, kita dapat melihat bagaimana berita kebangkitan Kristus itu telah mennjangkau bangsa-bangsa lain, dan tembok-tembok pembatas tidak berdaya menghalanginya. Sama seperti para serdadu Romawi yang menjagi kuburan, dan batu besar yang menutupi kuburan, tidak mampu menghalangi kebangkitan Kristus; demikian juga kasih dan keselamatan yang dari Allah, tidak mampu dihalangi oleh si-apa-pun. Allah berkenan kepada siapa saja yang takut akan Dia dan hidup dalam kebenaran-Nya.

Status kita sebagai orang Kristen pada satu sisi merupakan kebanggaan yang luar biasa dan patut disyukuri. Mengapa? Karena pengenalan kita akan Kristus telah mendatangkan kemerdekaan bagi kita, kemerdekaan yang tidak mungkin kita dapatkan di dunia ini. Tetapi pada sisi lain, status kekristenan itu merupakan tanggung jawab besar bagi kita untuk menyatakan kasih dan keselamatan dari Allah bagi orang lain di sekitar kita, suatu kesaksian bahwa Kristus telah bangkit dan telah menang.


[1] Bahan Khotbah Paskah, 20 April 2014, di Jemaat BNKP Hebron Lölömoyo, oleh Pdt. Alokasih Gulö.

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...