Bahan Khotbah Minggu, 28 Mei 2017
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo[1]
Fakta tentang hidup yang selalu dibayangi oleh ancaman musuh, itulah yang pernah dialami oleh bangsa Israel dan Daud (pemazmur). Dalam perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke tanah perjanjian, mereka menghadapi berbagai ancaman, baik ancaman alam maupun ancaman bangsa-bangsa lain yang tidak menginginkan mereka sampai di tanah Kanaan. Kita sudah tahu bersama bahwa keluaran mereka dari Mesir saja “dipaksakan” dan terburu-buru, sebab Firaun pada awalnya tidak mengizinkan mereka pergi, bahkan tentara-tentara Mesir pun masih mengejar bangsa Israel tersebut tidak lama setelah mereka keluar dari Mesir. Demikian seterusnya, ancaman-ancaman itu selalu menghantui mereka hingga ke tanah Kanaan bahkan selama di tanah perjanjian itu.
Demikian juga dengan penulis mazmur ini (Daud), beberapa kali terancam oleh kekuatan alam dan manusia. Ketika dia masih belum menjadi raja Israel, dia bekerja sebagai gembala kambing domba, dan singa & beruang (singa dan beruang) merupakan ancaman serius pada waktu itu (lih. 1 Sam. 17:34-38); seterusnya dia pernah berhadapan dengan Goliat, raksasa Filistin (lih. 1 Sam. 17). Ancaman berikutnya adalah raja Saul yang beberapa kali mencoba membunuh Daud tanpa alasan yang jelas, padahal Daud sudah banyak menolong raja Saul mengalahkan musuh-musuhnya. Ancaman lain yang sangat menyakitkan datang dari anaknya sendiri Absalom (lih. 2 Sam. 13) yang berusaha melakukan kudeta militer walaupun pada akhirnya gagal total.
Masih banyak lagi ancaman yang pernah dihadapi oleh bangsa Israel dan raja Daud, namun pada akhirnya mereka dapat melewati semuanya itu; bangsa Israel dapat sampai di tanah perjanjian dan bertahan sampai sekarang, sementara Daud berhasil menjadi raja Israel dan bahkan berhasil membawa Israel pada puncak kejayaannya. Pertanyaannya ialah bagaimana mungkin bangsa Israel dan raja Daud berhasil melalui masa-masa sulit dengan segala ancaman itu? Pemazmur menyimpulkan bahwa semuanya itu dapat dilewati dengan baik karena kekuatan, kekuasaan dan pertolongan TUHAN saja.
Pemazmur dan bangsa Israel mengakui bahwa TUHAN Allah dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya telah mampu menolong dan menyelamatkan umat-Nya beserta orang-orang yang dikasihi-Nya. Dalam faktanya TUHAN Allah telah melepaskan mereka dari berbagai ancaman musuh-musuh mereka, bahkan TUHAN sendiri menghukum musuh-musuh mereka tersebut dengan cara yang kadang-kadang cukup mengerikan (lih. ay. 22): “Sesungguhnya, Allah meremukkan kepala musuh-Nya, tempurung kepala yang berambut dari orang yang tetap hidup dalam kesalahan-kesalahannya” (Sindruhu, iboto högö zi fatiu tödö khö-Nia Lowalangi, ba alizuzu zanörö lala horö). TUHAN telah membunuh anak-anak sulung Firaun dan segenap rakyat Mesir, telah menenggelamkan mereka di laut Teberau, melawan musuh-musuh mereka dalam perjalanan menuju tanah Kanaan, dlsb. Demikian juga dengan pengalaman raja Daud, TUHAN telah melepaskan dirinya dari cakar singa dan cakar beruang (no i’efa’ö ia moroi ba za’a zingo ba ba za’a mberua) serta membunuh raksasa Filistin Goliat (lih. 1 Sam. 17). Beberapa kali Daud ditolong oleh TUHAN dari pengejaran dan ancaman raja Saul, dan pemberontakan anaknya Absalom dapat diatasi oleh karena pertolongan TUHAN.
Terlalu banyak contoh yang seharusnya kita sebutkan untuk menegaskan bahwa TUHAN telah menolong umat-Nya dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki-Nya, dan tidak ada seorang pun, tidak ada satu bangsa pun yang dapat bertahan di hadapan TUHAN Allah. Siapa pun yang melakukan kejahatan, terutama mereka yang menjahati umat TUHAN dan orang-orang yang takut akan Dia, termasuk orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan atau kedudukan atau jabatan yang dimilikinya (seperti raja Ahab – lih. 1 Raj. 21:19), akan berhadapan langsung dengan Allah, dan akibatnya memang mengerikan, malapetaka dan kebinasaan (Mzm. 68:22, 31). Tidak ada seorang pun yang dapat bersembunyi di hadapan Allah, tidak ada satu pun kejahatan yang luput dari pengetahuan-Nya (bnd. Mzm. 139:7-10; Amos 9:2-3).
Ini semua menunjukkan bahwa TUHAN Allahlah yang senantiasa menolong dan menyelamatkan umat-Nya, dan pertolongan-Nya itu selalu berhasil sebab TUHANlah yang empunya segala kekuatan dan kekuasaan. Pada akhirnya, pemazmur mengajak semua bangsa, Mesir dan Etiopia misalnya (ay. 32), untuk mengakui kekuasaan Allah, memuji Dia, dan membawa barang-barang tembaga kepada-Nya (razo ndrawa Miserayi, simanö göi soi Gaitiofia möi ira wangondrasi Yehowa Lowalangi Ndraono Gizera’eli andrö, ba mangalulu ira khö-Nia, ba la’ohe khö-Nia ngawalö wirö, ngawalö zumange). Lagi-lagi, ini semua membuktikan bahwa TUHAN Allah adalah Raja segala raja (bnd. Mzm. 96:10; 98:9; 99:2), karena itu segenap bangsa dan raja haruslah menyembah Dia, sebab kekuasaan-Nya amat dahsyat bahkan melintasi awan-awan (ay. 34-35).
Kita percaya bahwa dalam Tuhan Yesus ada kemenangan. Hal ini sudah terbukti dengan kisah Yesus sendiri, Dia mati di kayu salib dan dikuburkan, tetapi kemudian Dia bangkit, dan Dia pun naik ke surga. Ini semua peristiwa yang luar biasa, kemenangan yang amat besar, menunjukkan bahwa Tuhan yang kita percayai itu memiliki kuasa yang amat dahsyat, sampai-sampai kuasa maut pun dikalahkan.
Ini menjadi jaminan atau pegangan bagi kita bahwa Tuhan Yesus pun dapat menolong kita melewati berbagai badai kehidupan ini, Tuhan Yesus pasti dapat membebaskan kita dari cengkeraman musuh-musuh kita, sebab kemenangan Kristus atas maut adalah kemenangan kita juga (bnd. 1 Kor. 15:54-57). Jaminan ini diperkuat lagi oleh rasul Paulus: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:35, 38-39).
That's reason : PRAISE THE LORD
ReplyDelete