Sunday, May 9, 2021

Mengalahkan Dunia melalui Iman (1 Yohanes 5:1-5)

Rancangan Khotbah Minggu, 09 Mei 2021
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo



1 Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.
2 Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya.
3 Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat,
4 sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
5 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?


Persoalan utama yang hendak diselesaikan melalui surat 1 Yohanes adalah guru-guru palsu yang angkuh dan tidak memiliki kasih. Mereka menyangkal inkarnasi dan keilahian Yesus dan mengaku tidak berdosa. Guru-guru palsu ini cukup berpengaruh, dan mereka membujuk orang-orang percaya yang baru lahir untuk menerima ajaran sesat mereka.

Pada ayat 1a dituliskan “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah”. Dengan kata-kata ini, Yohanes secara langsung menyangkal para guru palsu yang memahami bahwa spiritual itu baik tetapi materi jahat (pandangan dualisme), sehingga mereka dapat menerima keilahian Yesus. Mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus (manusia) adalah Kristus (Mesias), mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus “lahir dari Allah”. Yohanes menegaskan bahwa setiap orang percaya pasti menerima bahwa Yesus ada Kristus yang lahir dari Allah. Itulah sebabnya, teks ini berfokus pada kepercayaan kepada Tuhan yang secara spesifik diwahyukan dalam Anak. Pengakuan Kristologis ini hendak menegaskan bahwa baik iman maupun ketaatan tidak mungkin terjadi tanpa wahyu yang dibawa oleh Yesus.

Fokus kedua adalah tentang “perintah” yang ada hubungannya dengan kasih timbal balik. Kasih kepada Tuhan tidak terdiri dari pengalaman ekstatis atau perasaan pribadi, tetapi ketaatan yang konkret, dapat dilihat oleh publik: dengan mengakui iman kepada Anak Allah, dan dengan mengasihi anak-anak Tuhan yang lain. Pada ayat 1b-2 dituliskan “dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya. Inilah tandanya, bahwa kita mengasihi anak-anak Allah, yaitu apabila kita mengasihi Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya”. Jadi, mengasihi Allah Bapa berarti mengasihi anak yang diperanakkan oleh Bapa (Surgawi). Tetapi tidak berhenti pada mengasihi Allah dan Yesus. Yohanes sangat menekankan pentingnya mengasihi sesama (Kristen) sebagai perwujudan kasih kepada Allah dan Yesus. Sesama kita adalah keturunan Allah, anak-anak Tuhan, dan tentu saja Tuhan mengasihi mereka seperti ayah yang mengasihi anak-anaknya. Maka, jika kita mengaku mengasihi Bapa, tentu kita juga mengasihi orang-orang yang dikasihi-Nya. Mengasihi orang-orang yang dikasihi Tuhan, mengasihi anak-anak Tuhan adalah inti dari melakukan perintah Allah.

Siapa yang mampu mengasihi anak-anak Tuhan tersebut? Sebenarnya perintah untuk mengasihi sesama tidak berat (ay. 3), dapat dilakukan oleh siapa pun yang sungguh-sungguh mengasihi Allah dan Yesus Kristus. Kasih kepada Tuhan dan kasih kepada anak-anak Tuhan (sesama) terhubung secara integral. Keduanya mengalir dari keyakinan bahwa Tuhan mengutus Anak-Nya demi kita, dan satu kasih tidak dapat hadir dan bertahan tanpa kasih kepada yang lain. Jadi, kalau kita tidak mampu mengasihi sesama kita, itu artinya kita belum mengasihi Allah dan Yesus Kristus, dan itu tidak sekadar guru palsu, tetapi hidup dalam kepalsuan.

Oleh karena ketaatan pada perintah untuk saling mengasihi tersebut bukan beban (ay. 3), maka setiap orang yang lahir dari Tuhan mampu menaklukkan dunia melalui iman (ay. 4). Iman adalah kemenangan atas dunia, bukan karena orang percaya menggunakan kekuatan dunia dengan cara yang lebih tinggi, tetapi karena iman berarti mengakui Anak Allah dan mengasihi anak-anak Allah. Hal-hal inilah yang dicegah oleh si jahat (lih. 1Yoh. 4:1-4). Kemenangan atas “dunia” tidak membutuhkan kepahlawanan spiritual atau penolakan asketis terhadap ciptaan. Sebaliknya, kemenangan ditemukan melalui iman di dalam apa yang telah Yesus lakukan. Mengalahkan dunia ini bukanlah sekadar dongeng atau mitologi yang menginspirasi, tetapi kenyataan yang dibuat konkret dalam komunitas gereja. Jadi, inti kemenangan atas dunia adalah iman kepada Yesus Kristus; atas dasar iman tersebut kita mengasihi sesama kita, sama seperti Allah mengasihi anak-anak-Nya.

Orang yang lahir dari Allah pasti mengasihi Allah; orang yang mengasihi Allah berarti menerima dan mengasihi Yesus sebagai Kristus; orang yang telah menerima dan mengasihi Yesus sebagai Kristus mampu melakukan perintah Allah; inti dari perintah Allah adalah mengasihi sesama. Semuanya ini dapat dilakukan di dalam iman, yang melaluinya kita dapat mengalahkan dunia. Inilah yang ditegaskan pada ayat 5: “Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?”

--- selamat berefleksi ---

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...