Khotbah Minggu, 2 Januari 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
12 Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion!
13 Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu.
14 Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.
15 Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari.
16 Ia menurunkan salju seperti bulu domba dan menghamburkan embun beku seperti abu.
17 Ia melemparkan air batu seperti pecahan-pecahan. Siapakah yang tahan berdiri menghadapi dingin-Nya?
18 Ia menyampaikan firman-Nya, lalu mencairkan semuanya, Ia meniupkan angin-Nya, maka air mengalir.
19 Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel.
20 Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Haleluya!
Sejak kemarin, tanggal 1 Januari 2022, kita memasuki tahun yang baru, tahun 2022. Secara umum, kita bersukacita ketika memasuki tahun yang baru, ada perayaan-perayaan di berbagai tempat dalam berbagai cara. Sampai hari ini, kita masih bersukacita karena telah memasuki tahun baru, mungkin saja ada yang telah, sedang, dan akan mengunjungi sesamanya dalam rangka “perayaan tahun baru”, tentu saja dengan “berbagai menu”, mulai dari “menu ringan” hingga “menu berat”. Apa pun caranya, apa pun menunya, bahkan tanpa menu apa pun, kita bersukacita karena telah memasuki tahun yang baru 2022. Kita menyadari bahwa perjalanan waktu begitu cepat, tidak terasa hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun (bahkan generasi berganti generasi). Begitulah perjalanan kehidupan kita di dunia ini, seringkali tidak disadari bahwa semuanya berlalu begitu cepat.
Hal yang semestinya membuat kita tercengang adalah bahwa ternyata tahun 2022 ini merupakan tahun ketiga bagi kita menjalani masa-masa sulit karena pandemi covid19. Awal tahun 2020 yang lalu, ketika virus corona mulai melanda seluruh dunia, kita berpikir bahwa semuanya akan selesai dalam beberapa minggu saja, atau mungkin 3 bulan saja. Tetapi, waktu berjalan terus, dan ternyata sampai hari ini, virus corona belum teratasi, malah bermunculan varian-varian baru. Tahun 2000 merupakan tahun pertama dunia dilanda pandemi covid19, tahun 2021 merupakan tahun keduanya, dan tahun 2022 ini merupakan tahun ketiga. Dulu kita begitu kuatir ketika virus corona melanda dunia, bahkan kita sempat menghentikan kebaktian di gedung-gedung gereja dan tidak boleh bersalaman. Tetapi, tahun 2022 ini, kita memasuki tahun ketiga masa-masa sulit tersebut, dan kita masih hidup, dan sekarang sudah dapat beribadah di gedung gereja, sudah cukup bebas bertemu dan berkumpul, dan malah sudah mulai mengabaikan prokes (padahal itu tidak dianjurkan).
Agak sulit dipahami memang, sebab bagaimana mungkin kita bisa bertahan sampai tahun 2022 ini sementara dulu kita begitu kuatir dengan virus corona kalau tidak selesai dalam waktu cepat? Bagaimana mungkin kita masih hidup dan kembali menikmati kebebasan dalam keterbatasan hingga sekarang, padahal virus corona masih menghantui dunia? Selain itu, virus corona belum selesai, bencana lain muncul, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan secara khusus kemarin di Kota Gunungsitoli terjadi kebakaran hebat di pusat kota. Benar bahwa korban berjatuhan, banyak orang yang kehilangan tempat tinggal dan harta milik. Tetapi, bagaimana mungkin kehidupan kita di dunia ini masih terus berjalan sementara berbagai bencana terus menggempur kita? Bagaimana kita memahami semuanya ini?
Pemazmur menolong kita pada hari ini untuk memahami bahwa apa pun yang terjadi dalam hidup ini, apa pun yang terjadi di dunia ini, apa pun peristiwa yang terjadi di alam semesta ini, tidak ada satu pun yang terlewatkan dalam pengamatan dan kedaulatan Allah. Benar bahwa kesulitan demi kesulitan terus melanda kehidupan kita, tetapi pada saat yang sama Allah tetap memelihara kita. Benar bahwa masa-masa sulit ini belum berakhir, tetapi melalui mazmur hari ini, kita semakin percaya bahwa Allah tetap memiliki berbagai cara untuk merawat umat-Nya, baik umat Israel dulu maupun kita pada saat ini. Itulah yang dilantunkan oleh pemazmur hari ini, bahwa berkat-berkat Allah tetap mengalir sekalipun umat-Nya berada dalam kesulitan, bahwa kasih setia Allah tetap melimpah atas umat-Nya sekalipun mereka mengalami masa sulit di negeri orang bahkan di negeri mereka sendiri. Itu juga yang kita alami saat ini, bahwa Allah selalu menolong sekalipun masa pagebluk ini belum berakhir.
Dengan kata lain, pemazmur hendak memunculkan optimisme baru di tengah-tengah situasi yang tidak menyenangkan, bahwa sebenarnya Tuhan begitu memperhatikan bumi ini, apalagi umat yang dikasihi-Nya. Pemazmur hendak mengajak kita untuk menyadari bahwa Tuhan begitu perhatian kepada kita apa pun situasi yang sedang kita alami saat ini. Itulah yang dituturkan oleh pemazmur hari ini, mengajak umat Tuhan melihat situasi yang sedang terjadi dari perspektif yang berbeda, perspektif yang lebih positif dan jernih. Secara tersirat dinyatakan bahwa Allah sesungguhnya telah dan terus memperkuat Yerusalem, memberikan perdamaian di perbatasan Israel, dan secara umum menyediakan lingkungan yang hangat dan aman bagi umat-Nya. Allah mencukupi segala kebutuhan umat-Nya dan menyatakan kuasa-Nya dalam berbagai cara. Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa Allah menyatakan ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada umat-Nya, dan itu merupakan suatu keberuntungan. Mengapa? Karena melalui ketetapan dan hukum-hukum tersebut, umat Tuhan mengetahui bahwa sesungguhnya Allah memperlakukan mereka dengan sangat baik.
Oleh sebab itu, pemazmur mengajak kita pada hari ini untuk memuji TUHAN, memegahkan TUHAN, oleh karena kasih penyertaan dan kemuliaan-Nya yang tak terselami oleh pikiran manusia. Allah dimegahkan karena Dia mendatangkan rasa damai, tenteram, dan aman pada saat dunia sedang tidak baik-baik. Allah dimegahkan karena Dia mencukupkan segala kebutuhan kita justru pada saat dunia sedang berada dalam masa krisis yang hebat. Allah dimegahkan karena Dia memelihara umat-Nya ketika kesulitan demi kesulitan terus melanda kehidupan kita. Allah dimegahkan karena Dia tetap menyatakan kasih dan hukum-Nya kepada kita justru pada saat dunia ini semakin menjauh dari kehendak Tuhan. Perkerjaan Tuhan sungguh mengagumkan, oleh sebab itu “megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion!” (ay. 12). Ekspresi pujian dan kekaguman ini dapat dikembangkan lebih lanjut, misalnya: “megahkan TUHAN, hai jemaat Alo’oa, pujilah Allahmu, hai umat TUHAN”.
Ajakan pemazmur untuk memuji dan memegahkan TUHAN sekaligus ajakan bagi kita untuk tetap optimis menghadapi berbagai situasi yang akan kita jalani pada tahun 2022 ini ke depan. Hal ini tidak berarti bahwa masalah sudah selesai, atau bahwa pandemi covid19 dan berbagai bencana lainnya tidak akan ada lagi pada tahun 2022 ini, atau bahwa masa-masa sulit sudah berakhir. Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan hal yang seperti itu, Yesus tidak pernah berjanji bahwa dengan mengikut Dia masalah otomatis berakhir. Tuhan berjanji bahwa Dia akan selalu menyediakan pertolongan pada waktunya. Janji itulah yang kita pegang dan kita yakini pasti digenapi oleh Tuhan. Oleh sebab itu, “Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion!”
Mazmur 147:1
Haleluya! Misuno Yehowa, me si sökhi wanunö andrö khö Lowalangida, me omasiö; sinangea wanunö andrö!
Haleluya! Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?