Khotbah Minggu, 23 Januari 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
4:14 Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu.
4:15 Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia.
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.”
Setelah berhasil melewati pencobaan (Luk. 4:1-13), Yesus kembali ke Galilea (Luk. 4:14-15), dan kini Dia tiba di kota asalnya, Nazaret (Luk. 4:16). Kota ini digambarkan sebagai “tempat Ia dibesarkan”, tempat dia bertumbuh dan berkembang. Ketika hari Sabat, Yesus melakukan apa yang biasa Ia lakukan, yaitu pergi ke rumah ibadat. Ketika Dia ada di sana, Dia berdiri untuk membaca Alkitab, suatu kegiatan yang sudah menjadi tradisi di Israel sejak dulu, dan kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya. Dia membukanya dan memilih teks yang ingin Dia baca, dan Dia menemukan teks Yesaya 61:1-2, dan itulah yang Dia baca di ayat 18-19 tadi.
Yesus membaca kutipan teks Yesaya yang merujuk pada Roh Allah, Roh yang sama yang membawa-Nya ke Nazaret. Kita tahu bahwa Roh Kudus dalam Lukas membimbing dan memberdayakan orang-orang untuk pelayanan kenabian. Dalam kutipan ini, Roh Tuhan mendiami pembicara dengan maksud memberitakan kabar baik kepada orang miskin - kepada mereka yang secara ekonomi kurang beruntung dan terpinggirkan. Bersama dengan orang miskin sebagai kelompok besar, kabar baik juga diberitakan kepada kelompok tertentu: para tawanan/tahanan, orang-orang buta, dan orang-orang yang tertindas. Apa maksudnya kabar baik di sini? Bagian akhir dari ayat 19 menyatakan bahwa kabar itu merupakan “tahun rahmat Tuhan”. Tahun rahmat Tuhan di sini menggambarkan tahun Yobel, yaitu tahun ketika Tuhan akan memulihkan Israel, memulihkan umat yang dikasihi-Nya.
Orang-orang miskin dalam Lukas merupakan orang-orang yang secara ekonomi kurang/tidak beruntung, mereka terpinggirkan, umumnya disebabkan oleh karena sistem yang tidak adil, sistem yang lebih banyak menguntungkan orang-orang kaya serta para pejabat pemerintah dan agama pada waktu itu. Mereka adalah orang-orang yang berada di lapisan bawah masyarakat, orang-orang yang tidak diperhitungkan sama sekali. Banyak dari antara orang miskin ini menjadi tawanan/tahanan, ada yang menjadi tawanan perang, tawanan karena utang, juga karena masalah “kriminal” demi memperjuangkan kelangsungan kehidupan, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki kehidupannya. Banyak dari mereka yang sakit secara fisik, antara lain buta, dan mereka tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk menyembuhkan penyakitnya. Dalam arti tertentu, orang-orang buta ini juga dapat berarti mereka yang secara fisik sehat tetapi tidak dapat melihat dengan jernih dunia sekitarnya karena terlalu mementingkan diri sendiri. Banyak dari orang miskin ini yang tertindas karena kesulitan ekonomi yang tidak dapat mereka atasi, tertindas karena orang-orang kaya dan para pejabat berlaku tidak adil atas mereka, tertindas karena tidak mampu membebaskan diri dari situasi yang amat sulit itu.
Namun demikian, mereka inilah yang justru dipilih oleh Roh Allah sebagai penerima kabar baik. Kabar baik yang diberitakan oleh Yesus, dan dengan demikian kabar baik yang diproklamasikan oleh orang Kristen, adalah kabar baik bagi orang miskin, bagi mereka yang kurang beruntung secara ekonomi, bagi mereka yang “buta” dan tertindas, dan bagi mereka yang terpinggirkan dalam masyarakat kita. Itulah tugas gereja, tugas kita, memberitakan tahun yobel, tahun rahmat Tuhan. Jadi, gereja bukan sekadar persekutuan ibadah, gereja hadir untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan dalam kehidupan nyata.
Secara tradisional, tahun yobel sendiri dirayakan setiap tahun ke-50. Tahun yobel ini merupakan tahun untuk pembebasan dan pemulihan, orang-orang miskin harus dibebaskan dari utang-utang mereka, supaya mereka bisa menikmati hidup sebagai manusia; para tawanan yang menjadi budak harus dibebaskan, dan inilah tahun yang dinanti-nantikan oleh banyak orang, sebab Allah memulihkan umat-Nya.
Ketika Yesus selesai membaca, Dia duduk, dan mata semua orang tertuju kepada-Nya, dan mereka mulai mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus mulai menjelaskan Alkitab, secara khusus teks yang tadi Dia baca, dengan memberi tahu mereka bahwa teks tersebut tergenapi melalui kehadiran-Nya. Jadi, Yesus sendiri adalah penggenapan dari nubuatan Yesaya tersebut, walaupun nanti kita lihat di ayat-ayat berikutnya, orang-orang di kampung-Nya itu tidak menerima pengajaran-Nya tersebut (lih. ay. 22-30). Dalam kuasa Roh Tuhan, Yesus adalah orang yang telah dipilih (diurapi) untuk memberitakan kabar baik dari Allah. Yesus adalah penggenapan Firman Allah. Dalam pasal-pasal berikutnya, Yesus melakukan perjalanan dari kota ke kota, dan ke mana pun Ia pergi, Ia mengajar dan menyembuhkan, sehingga banyak orang dapat melihat keselamatan dan pemulihan yang ditawarkan Allah.
Apakah Yesus datang memberitakan kabar baik hanya kepada orang-orang miskin dan sejenisnya? Apakah orang-orang kaya, para pejabat, atau orang-orang yang hidupnya secara ekonomi lebih baik, tidak mendapat bagian dari kabar baik itu? Kalau melihat konteks Injil Lukas sendiri, Yesus tampaknya lebih banyak memberi perhatian kepada orang-orang miskin dan sejenisnya, karena pada waktu itu kemiskinan menjadi persoalan serius, sayang sekali hampir tidak ada upaya dari para pemimpin untuk mengatasi persoalan tersebut. Jadi, Yesus datang untuk menghadirkan pengharapan yang pasti bagi mereka, bukan memberi harapan palsu seperti yang biasa dan sedang dilakukan oleh banyak para politisi kita dewasa ini. Ini bukan berarti bahwa orang-orang kaya, para pemimpin, atau orang-orang yang hidupnya lebih baik secara ekonomi dan sosial, tidak mendapatkan kabar baik sama sekali. Injil Lukas ini sendiri dialamatkan kepada seorang pejabat Romawi, yang tentunya memiliki kehidupan ekonomi yang baik, yaitu kepada Teofilus (1:1). Tidak ada persoalan sebenarnya dengan menjadi pejabat atau menjadi kaya, masalahnya adalah kalau jabatan dan kekayaan itu didapatkan dengan cara yang tidak benar, bahkan dengan mengorbankan masyarakat biasa. Masalahnya adalah semakin menipiskan kepekaan sosial manusia terhadap orang-orang di sekitarnya yang lebih membutuhkan. Itulah sebenarnya makna kedatangan Yesus ke dunia, menyatakan solidaritas ilahi atas manusia yang miskin, buta, ditawan/dipenjara, dan tertindas. Di dalam Yesus, rencana Allah untuk memulihkan umat-Nya tergenapi (ay. 21).
Apa artinya? Firman Tuhan ini pada satu sisi menjadi sumber pengharapan kita, bahwa Tuhan pasti memulihkan keadaan kita dengan segala cara yang seringkali sulit dipahami oleh manusia. Dengan pengharapan itu, muncul semangat baru bagi kita untuk bangkit dari keterpurukan, untuk semakin maju, untuk move-on bagi mereka yang sulit melangkah karena kegagalan yang dialami selama ini, dan untuk melihat bahwa kehidupan belum berakhir, masih ada kesempatan untuk bangkit dan memperbaiki diri.
Pada sisi lain, firman Tuhan ini menjadi semacam “cambuk” bagi gereja, bagi orang Kristen, untuk hadir dan memberitakan tahun rahmat Tuhan bagi dunia di mana kita berada. Memberitakan tahun rahmat Tuhan berarti membebaskan orang-orang yang selama ini mungkin terlilit utang dan tidak terus melilit mereka dengan utang-utang baru. Memberitakan tahun rahmat Tuhan berarti menolong mereka yang membutuhkan, menolong dalam pengertian yang sesungguhnya, yaitu membebaskan bukan membebani. Memberitakan tahun rahmat Tuhan berarti membimbing dan menunjukkan jalan keluar terbaik bagi mereka yang hampir kehilangan pegangan dan pengharapan, bukan sebaliknya memanfaatkan kekurangan, kelemahan, dan ketidakberdayaan mereka untuk kepentingan diri sendiri. Memberitakan tahun rahmat Tuhan berarti meringankan beban mereka yang tertindas, bukan sebaliknya menimpa mereka dengan beban baru seperti sebuah ungkapan: “sudah jatuh ketimpa tangga”.
Ini tidak mudah, tetapi orang-orang yang telah didiami oleh Roh Tuhan pasti mampu melakukannya.
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?