Khotbah Minggu, 16 Januari 2022
Disiapkan oleh Pdt. Alokasih Gulo
7 Keadilan-Mu adalah seperti gunung-gunung Allah, hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat. Manusia dan hewan Kauselamatkan, ya TUHAN.
8 Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu.
9 Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.
10 Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang.
11 Lanjutkanlah kasih setia-Mu bagi orang yang mengenal Engkau, dan keadilan-Mu bagi orang yang tulus hati!
Untuk memahami dengan baik teks khotbah hari ini, penting untuk membaca seluruh pasal 36. Pada ayat 1-5, pemazmur (Daud) memperjelas situasi mereka yang menaikkan doa permohonan di tengah-tengah orang yang tak bertuhan, yang dia sebut sebagai orang fasik. Dalam diri orang fasik hanya ada dosa dan mereka tidak mengakui keberadaan Tuhan (ay. 1). Orang-orang fasik ini hanya berpusat pada diri mereka sendiri dan dikuasai oleh penipuan dan ketidakjujuran. Mereka bahkan merencanakan kejahatan sambil berbaring di tempat tidur mereka, ketika mereka harus tidur (ay. 2-4). Dengan demikian, pemazmur menyadari bahwa masih banyak orang yang melawan Allah dengan berbagai cara, dan umat TUHAN hidup di tengah-tengah orang fasik itu.
Ayat 6-10 mengungkapkan inti dari Mazmur ini, bahwa kasih setia TUHAN jauh melampaui kejahatan orang-orang fasik tersebut. Di dunia ini masih banyak orang yang hidup dalam kefasikan, tetapi umat TUHAN tetap dipelihara oleh cinta kasih TUHAN yang tak berkesudahan. Berbeda dengan penipuan dan kejahatan manusia, kasih setia Allah tinggi sampai ke awan, keadilan-Nya seperti gunung-gunung yang tinggi dan kokoh, hukum-Nya amat luas dan dalam seperti samudera raya. Dengan demikian, kefasikan manusia tidak ada apa-apanya di hadapan kasih setia, keadilan, dan hukum Allah. Rahmat Allah sungguh luar biasa, mengalahkan segala kejahatan, manusia bahkan hewan pun diselamatkan-Nya (ay. 7).
Kata-kata pemazmur yang terekspresikan pada ayat 6-10 ini merupakan kata-kata pujian dan kepercayaan pada kebijaksanaan dan kasih setia Allah yang begitu tinggi, luas, dan dalam, tidak hanya untuk manusia tetapi juga untuk hewan (ay. 7). Kata-kata ini menggambarkan TUHAN yang menakjubkan dan penuh dengan cinta yang teguh. TUHAN itu seperti burung yang menyediakan tempat berlindung untuk anak-anaknya (berlindung dalam naungan sayap TUHAN, ay. 7b), atau seperti tuan rumah yang menyediakan makanan dan minuman yang mengenyangkan (ay. 8). TUHAN adalah air yang memberikan kehidupan (ay. 10a), atau cahaya dalam dunia kegelapan (ay. 9), kontras dengan dunia yang sebelumnya dideskripsikan suram atau penuh kejahatan (ay. 1-4).
Pemazmur tidak berhenti pada keyakinan akan kasih setia TUHAN yang begitu menakjubkan, tetapi dia pun melanjutkan mazmurnya dengan doa memohon pertolongan TUHAN di ayat 10-12. Untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah generasi fasik dibutuhkan pertolongan TUHAN. kita yakin bahwa TUHAN tetap menyediakan pertolongan-Nya, tetapi penting juga untuk selalu menyampaikan doa mohon pertolongan TUHAN tersebut. TUHANlah yang melindungi orang yang percaya kepada-Nya, dan TUHAN juga yang akan “menghancurkan” orang-orang fasik.
Kita memiliki Tuhan yang luar biasa yang mengasihi semua makhluk di bumi, manusia dan non-manusia (ayat 6-10). Ini menjadi pegangan kita dalam menjalani hari-hari kita ke depan yang mungkin saja banyak diwarnai oleh tantangan dan masalah. Rasul Paulus menyatakan kayakinannya bahwa tidak ada satu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (lih Rm. 35, 38-39). Tuhan memiliki banyak keberanian dan belas kasihan yang meluas ke bangsa-bangsa di dunia dan bahkan untuk makhluk non-manusia (ay. 7-8). Jadi, kalau Tuhan di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Rm. 8:31).
Ada renungan khusus pada Mazmur ini, yaitu tentang kepedulian Allah kepada makhluk non-manusia. Pemeliharaan Tuhan terhadap hewan seharusnya mendorong kita untuk merawat bumi yang menopang kita. Kita dipanggil untuk menjaganya (Kej. 2:15), untuk menguasainya secara bertanggung jawab. Memelihara bumi adalah tugas ilahi yang harus dilaksanakan oleh manusia (Kej. 1:24-31; Mzm 8). Memelihara bumi berarti memelihara kelangsungan hidup manusia juga. Merefleksikan cinta Tuhan untuk makhluk non-manusia dapat mengingatkan kita bahwa manusia seringkali menipu dan mengabaikan sesama makhluk yang juga diciptakan oleh Allah. Kalau Allah sendiri begitu pedulu dan berkenan merawat kehidupan makhluk non-manusia, mengapa kita tidak?
Kita masih mengingat tema natal tahun 2021, dan bahkan masih ada yang merayakan natal tersebut sampai hari ini. Cinta kasih Kristus yang menggerakkan persaudaraan. Allah menciptakan langit dan bumi karena cinta kasih; Allah memelihara seluruh ciptaan-Nya karena cinta kasih; Allah menghukum manusia pun karena cinta kasih, sebab Dia tidak mau kalau manusia semakin terjerumus dalam dosa; Allah menyelamatkan manusia dengan mengutus anak-Nya yang tunggal ke dunia karena cinta kasih (Yoh. 3:16). Begitu tinggi, luas, dan dalam cinta kasih Tuhan bagi kita; cinta kasih itu pula yang membuat hidup kita terpelihara sampai hari ini. Maka, sudah sepatutnya kita pun mengasihi Allah dengan segenap hati, dan meneruskan cinta kasih itu kepada sesama dan seluruh makhluk.
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?