Khotbah Minggu, 22 Mei 2022
Disiapkan oleh: Pdt Alokasih Gulo
13 Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!
14 Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.
16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
17 Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan.
18 Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, kita hidup di dunia yang penuh dengan penderitaan. Sejak awal tahun 2020, dunia merintih kesakitan karena COVID-19 yang berkepanjangan, dan sejak beberapa minggu terakhir Indonesia dilanda badai penyakit hepatitis akut. Berbagai bencana alam dan non-alam terjadi, dan sementara itu, perang terjadi, penderitaan paling dirasakan oleh anak-anak dan keluarga. Dalam situasi seperti itu, Yakobus mencoba membesarkan hari orang percaya untuk tekun dalam berdoa.
Kekuatan doa (ay. 13-14)
Pada kedua ayat permulaan teks khotbah pada hari ini, Yakobus menegaskan kekuatan doa bagi umat Allah yang setia (beriman). Yakobus seolah-olah mengajukan pertanyaan, “Apakah ada di antara kamu yang menderita? Atau, apakah ada yang bergembira? Atau, apakah di antara kalian ada yang sakit?” Lalu, penulis memberikan perintah yang bernas, “Kalau ada, maka berdoalah; nyanyikanlah lagu pujian; panggilah para penatua gereja untuk mendoakan dan mengurapimu dengan minyak dalam nama Tuhan.” Pada satu sisi, penulis menekankan pentingnya doa individu (ayat 13), tetapi pada sisi lain dia juga menegaskan pentingnya komunitas doa melalui panggilan terhadap “para penatua gereja” untuk menggunakan karunia mereka dalam pelayanan penyembuhan melalui doa dan urapan dengan minyak. Doa dapat dihaturkan oleh mereka yang mengalami aneka penderitaan, tetapi dapat juga dilantunkan melalui nyanyian pujian oleh mereka yang sedang bersukacita. Kadang-kadang, kita dapat lebih kuat menghadapi situasi sulit dengan menyanyikan lagu pujian kepada Tuhan. Penting dicatat bahwa Yakobus tidak bermaksud untuk mengabaikan sama sekali penyembuhan orang sakit oleh para dokter dan sejenisnya. Yakobus tidak bermaksud mengabaikan aspek medis. Lagipula, dia juga menyebutkan minyak urapan dalam penyembuhan, jadi tidak sekadar doa saja. Tetapi, kita harus memahami bahwa dalam situasi sulit doa sangatlah menolong, dan Yakobus tentu tahu situasi yang dihadapi pada waktu itu, yaitu bahwa orang percaya haruslah berdoa ketika mereka berada dalam situasi yang sulit.
Doa yang lahir dari iman (ay. 15-16a)
Bukanlah suatu kebetulan kalau iman terhubung dengan doa: “doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (ay. 15). Kalau melihat konteks surat Yakobus ini, maka iman yang dimaksud adalah iman yang aktif. Iman yang aktif tersebut harus terlihat dalam perbuatannya, sebab, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak. 2:17), dan “bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya karena iman” (Yak. 2:24). Jadi, Yakobus sangat menekankan buah dari iman, orang beriman harus menjadi pelaku firman” (Yak. 1:22). Salah satu wujud nyata dari iman aktif tersebut adalah komitmen jemaat untuk berdoa. Dengan iman aktif seperti itulah nanti doa-doa orang percaya membuahkan hasil yang baik: menyelamatkan orang sakit, dan mendatangkan pengampunan dosa. Alhasil, orang sakit pun disembuhkan.
Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam perikop ini, kebutuhan akan pertobatan sangat penting, sebab doa dan atau tindakan pengakuan dosa tidak dapat dipisahkan dari pertobatan. Yakobus hendak mengatakan bahwa tidak ada penyembuhan tanpa pengakuan dosa; tidak ada pengampunan tanpa pertobatan; dan tidak ada pengampunan tanpa doa.
Doa orang benar/beriman (ay. 16b-18)
Dengan menggunakan contoh Elia (lihat juga 1 Raja-raja 17:1; 18:42-45) untuk menunjukkan pentingnya doa dengan iman, Yakobus mengajak individu dan seluruh komunitas untuk memanjatkan doa yang lahir dari iman yang dapat menyelamatkan orang sakit dan menebus orang berdosa. Doa orang benar (beriman aktif) berkuasa dan efektif. “Elia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya” (ay. 17-18). Contoh Elia ini tidak harus dipahami secara harfiah, sebab ada banyak kasus ketika doa dikabulkan tetapi bencana atau penderitaan masih saja terjadi. Jadi, apa yang penulis hendak katakan dalam perikop ini?
Selama berabad-abad, doa telah membawa orang-orang dari semua lapisan masyarakat melewati masa-masa atau situasi yang paling sulit. Doa adalah aspek dasar dari iman kita. Ini adalah hubungan dengan kuasa Tuhan—sejenis “percakapan” dengan Tuhan yang melebihi apapun yang berasal dari manusia (Yak. 1:5). Doa adalah katalis untuk penyembuhan, saluran yang melaluinya pintu dibuka, dan jaminan bahwa kita akan berhasil melewati hari ini dan memiliki harapan untuk hari esok yang lebih cerah. Doa mengubah banyak hal!
Maria W. Stewart, penulis politik dan orator publik abad kesembilan belas, mengetahui sesuatu tentang kekuatan doa. Salah satu doanya cukup mengingatkan pada aspek doa individu dan komunal yang ditemukan dalam Yakobus 5:15-16a. Bagi Stewart, doa membawa individu yang lemah atau sakit lebih dekat kepada Tuhan untuk kesembuhan pribadinya. Namun percakapan dengan Tuhan tidak berhenti sampai di situ. Individu juga memiliki tanggung jawab untuk mencari kesembuhan dan keutuhan bagi orang lain yang “miskin dan membutuhkan” atau terpisah dari Tuhan dengan cara apapun.
Tentu saja kita mesti menyampaikan doa-doa kita dalam kerendahan hati dan sikap pasrah kepada Tuhan. Doa bukanlah media atau cara untuk merayu (memaksa) Tuhan supaya Dia mengikuti kehendak kita, sebaliknya cara kita menundukkan diri di bawah kehendak Tuhan.
No comments:
Post a Comment
Apa yang ada di pikiranmu?