Sunday, May 8, 2022

Kuasa Tuhan yang Membangkitkan – Fa’abölö Zo’aya da’ö Zanusugi (Kisah Para Rasul 9:36-43)

Khotbah Minggu, 08 Mei 2022
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.
37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.
38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: “Segeralah datang ke tempat kami.”
39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.
40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.
41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.
42 Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.
43 Kemudian dari pada itu Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang yang bernama Simon, seorang penyamak kulit.


Dalam teks khotbah hari ini tampak bahwa kematian Tabita yang juga dikenal dengan nama Dorkas diratapi banyak orang; orang-orang merasa kehilangan dirinya, dan berharap dia dapat hidup kembali. Mengapa? Karena dalam hidupnya Tabita adalah orang yang baik dan mengabdikan hidupnya untuk menebarkan cinta kasih kepada orang yang membutuhkan. Kebaikannya inilah yang terus dikenang, tidak bisa dilupakan. Benarlah kata pepatah: “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, menusia mati meninggalkan nama.” Itulah sebabnya para murid yang telah menyaksikan kebaikan Tabita, mendatangi Rasul Petrus yang pada waktu itu sedang berada di Lida, dengan harapan sang Rasul berbuat sesuatu supaya Tabita dapat hidup kembali. Orang-orang pun, terutama para janda yang paling sering mendapatkan pertolongannya, menunjukan bukti cinta kasih Tabita kepada mereka ketika dia masih hidup (ay. 39). Sang Rasul pun memberikan pelayanan yang terbaik, dan dengan kuasa Tuhan, Dorkas pun dibangkitkan dan hidup kembali.

Seperti apa kebaikan Tabita atau Dorkas, sehingga orang-orang di sekitarnya merasa kehilangan ketika dia meninggal dunia? Dalam ayat 36 disebutkan bahwa Tabita “banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah”. Kita tidak tahu apa saja dan sebanyak apa kebaikannya itu, hanya disebutkan “banyak sekali”, terutama dalam hal “memberi sedekah” (a.l. baju dan pakaian, ay. 39). Kita pun tidak tahu semua pihak yang pernah ditolongnya, tetapi sepertinya orang yang paling terkesan dan terbantu adalah para janda (bnd. ay. 39). Intinya adalah bahwa hidup Tabita/Dorkas penuh dengan pekerjaan yang baik (Yun. agathos, erga), terutama untuk memenuhi kebutuhan orang miskin (Yun. eleemosunon). Dia mirip dengan Kornelius, perwira Romawi, yang juga dengan murah hati banyak memberikan sedekah kepada umat Yahudi (Kis. 10:2).

Baik Tabita maupun Kornelius menyadari bahwa dalam diri mereka ada keistimewaan atau kelebihan yang perlu dibagikan kepada orang lain. Itulah sebabnya keduanya mengambil tanggung jawab atas orang-orang yang pada waktu itu kurang beruntung, termasuk yang terjajah dan terpinggirkan. Tabita menjadi perempuan istimewa yang merasa bertanggung jawab untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Dia berupaya supaya hidupnya berdampak positif dalam masyarakat di mana dia berada; dia berusaha supaya kehadirannya membawa transformasi dalam masyarakat dengan membuka pintu kebaikan bagi orang lain. Tabita menghabiskan hidupnya untuk berbuat baik bagi orang-orang di sekitarnya, dan mungkin saja ‘mengabaikan’ dirinya sendiri. Tabita adalah salah satu perempuan sepanjang zaman yang tanpa mengeluh selalu sedia untuk mengabdikan dirinya bagi yang lain. Dia menghabiskan seluruh waktu dan sumber daya yang dimilikinya untuk kepentingan orang lain dan bahkan dengan mengorbankan kesenangannya sendiri. Baginya, hidup itu bermakna ketika mendatangkan kebaikan bagi yang lain. Kepeduliannya kepada mereka yang membutuhkan sungguh luar biasa.

Tabita sebenarnya mengikuti teladan Yesus, mengorbankan diri sendiri untuk kebaikan banyak orang, bahkan sampai mati di kayu salib. Sebagai pengikut Yesus, Tabita tentu saja tahu pengorbanan Yesus itu beserta kisah kebangkitan-Nya. Pengorbanan dan kebangkitan Yesus ini telah membangkitkan semangatnya untuk mengabdikan hidupnya bagi orang lain, menebarkan cinta kasih kepada mereka yang membutuhkan. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh menghayati makna pengorbanan dan kebangkitan Yesuslah yang dengan tulus mampu menebarkan cinta kasih kepada sesama. Pengikut Kristus mestinya memaknai kebangkitan Yesus itu dengan menunjukkan kepedulian yang tulus kepada orang lain; mendatangkan kebaikan bagi mereka yang membutuhkan. Hal ini tidak berarti bahwa demi kepedulian kita kepada orang lain, kita tidak perlu lagi memperhatikan diri sendiri, atau tidak memperhatikan keluarga kita. Pada masa-masa sekarang, di mana dunia sedang sakit, penting untuk saling memperhatikan, berbuat baik sebagai tanda solidaritas kita terhadap sesama yang membutuhkan.

Kebaikan Tabita inilah yang kemudian membuat orang-orang di sekitarnya merasa kehilangan ketika dia meninggal dunia. Para murid, para janda, dan banyak lagi yang lain, mengenal dia karena kebaikannya. Banyak orang dewasa ini yang lebih dikenal karena keburukannya, kejahatannya, kenakalannya; la’ila ia niha tenga börö wa’asökhinia, hiza i börö wa’atandrofönia, börö wa’afaitonia, börö wa’amu’inia, börö wa’asilöyawania, btn. Tabita dikenal karena kebaikannya, dan kematiannya sungguh diratapi oleh orang-orang di sekitarnya. Pada waktu itu mereka percaya bahwa masih ada sesuatu yang bisa dilakukan, toh Yesus pernah membangkitkan orang mati, dan bahkan Yesus sendiri telah bangkit dari antara orang mati. Dalam semangat dan kepercayaa itulah mereka mendatangi Rasul Petrus dengan permintaan: “segeralah datang ke tempat kami” (ay. 38). Ini semacam permintaan supaya Petrus melakukan sesuatu supaya Tabita hidup kembali. Dalam teks tadi dikatakan bahwa Petrus berlutut dan berdoa, dan berpaling kepada mayat Tabita, dan berkata: “Tabita, bangkitlah!” (ay. 40). Oleh kuasa Tuhan, Tabita pun membuka matanya, bangkit dan hidup kembali.

Peristiwa kebangkitan Tabita ini tentu saja menjadi berita yang luar biasa, viral ke mana-mana. Berita tersebut berdampak luar biasa, banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan (ay. 42). Oleh kuasa Tuhan, Tabita dibangkitkan; oleh kuasa Tuhan, berita kebangkitan Tabita telah menjadi media efektif untuk membawa banyak orang kepada Kristus; dan oleh kuasa Tuhan, kita pun mengenal Kristus yang bangkit sampai hari ini.

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...