Saturday, December 15, 2012

Pemulihan yang Mendatangkan Sukacita Besar (Zefanya 3:14-20)


Renungan Minggu Adven III
Minggu, 16 Desember 2012
Oleh: Pdt. Alokasih Gulo

3:14
Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!
A’iki, ya’ugö ono Ziona alawe, mi’owuawua’ö dödömi, ya’ami Iraono Gizeraeli! Omusoi’ö dödöu, ba a’iki, moroi si’aikö ba dödöu, ya’ugö ono Yeruzalema alawe!
3:15
TUHAN telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu. Raja Israel, yakni TUHAN, ada di antaramu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi.
No iböda wangotu’ö ya’ugö Yehowa, no itimba nemalimö andrö! No so ba khömi razo Ndraono Gizeraeli andrö, Yehowa: lö’ö sa’ae itörö ndra’ugö si lö sökhi
3:16
Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: “Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu.
Ba na luo da’ö, ba lamane ba mbanua Yeruzalema: Böi mibusi dödömi! Böi adada dangami, ya’ami Siona!
3:17
TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai,
No so ba khömi Lowalangimi Yehowa, sabölö; möna ami ibe’e. Omuso dödönia ndra’ugö, owuawua dödö; lö hedehedenia, ba wa’omasinia andrö; ma’iki ia, owuawua dödönia ndra’ugö.
3:18
seperti pada hari pertemuan raya.” “Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela.
Sabu tödö andrö, me lö lakhamö gowasa, ba u’ozaragö, no iwami ira, ba no tohare wa’aila.
3:19
Sesungguhnya pada waktu itu Aku akan bertindak terhadap segala penindasmu, tetapi Aku akan menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan yang terpencar dan akan membuat mereka yang mendapat malu menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi.
Ba na luo da’ö, ba ulau ba zamakao ya’ugö fefu; ba u’orifi zi no mangohole’ö ya’ira ba u’ozaragö zi no muzaewe, ba ubali’ö fanuno ya’ira ba fangebua döira wa’ailara andrö, ba gulidanö ma’asagörö.
3:20
Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka,” firman TUHAN.
Na luo da’ö, ba u’ohe mangawuli ami, na luo u’ozaragö ami. Ubali’ö nisuno sa’ae ami ba sebua töi ba niha ba gulidanö fefu, na ufuli utolo ami, ba zanehe ami iwa’ö Yehowa.

Teks ini merupakan ajakan untuk bersukacita dan bangkit kembali (ay. 14, 16), setelah sekian lama umat Tuhan berada dalam kondisi yang terpuruk, baik sosial politik, ekonomi, keadilan, moral, dan spiritual. Keterpurukan ini semakin menyedihkan ketika Allah menghukum umat-Nya sendiri yang sudah hidup jauh dari kehendak Allah. Hukuman itu hendak mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari hukuman Tuhan, baik umat Allah maupun bangsa-bangsa lain. Tetapi, sekarang umat Tuhan diajak untuk bersukacita karena masa-masa keterpurukan itu sudah berlalu. Allah sendiri berinisiatif untuk memulihkan, membebaskan, dan menyelamatkan umat-Nya. Hal ini menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi rencana kasih Allah bagi umat-Nya, bahkan bagi siapa pun.

Lalu, apa yang Allah lakukan? Pemulihan seperti apa yang Dia lakukan yang olehnya umat Tuhan patut bersukacita?
-         Penghukuman digantikan dengan kehadiran dan pemerintahan Allah (ay. 15). Artinya, penghukuman yang selama ini dialami oleh umat Tuhan dan dipahami sebagai ketidakhadiran Allah di antara mereka, sekarang Allah sendiri membuktikan bahwa Dia tetap hadir dan memerintah umat-Nya itu. Kehadiran Allah ini mendatangkan sukacita besar, mendatangkan rasa nyaman dan aman, dan membangkitkan kembali kepercayaan diri umat Tuhan. Siapa yang tidak senang dan bersukacita kalau sang Pelindung dan Pengayom hadir dalam hidupnya?

-         Malapetaka, musuh, ancaman, dan penindas digantikan dengan kemenangan (ay. 15, 16, 18, 19). Kalau sebelumnya umat Tuhan mengalami penindasan, hidup di bawah ancaman musuh-musuh mereka, dan selalu mengalami kekalahan, sekarang Allah mendatangkan kemenangan bagi mereka; dan kemenangan ini merupakan suatu sukacita besar yang tidak dapat diberikan oleh siapa pun.

-         Cela dan malu digantikan dengan kenamaan dan pujian (ay. 18, 19). Secara psikologis, kekalahan dan pembuangan yang dialami oleh umat Tuhan mendatangkan cela dan rasa malu yang luar biasa, apalagi kalau diperhadapkan dengan status mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan. Betapa cela dan malunya mereka! Sekarang, dengan kehadiran dan pemerintahan Allah, cela dan rasa malu itu digantikan dengan kenamaan dan pujian; status mereka sebagai umat Tuhan yang sempat pudar/redup, kini dipulihkan seperti sedia kala ketika bangsa itu terkenal di mana-mana.

-         Ketakutan dan kelemah-lesuan digantikan dengan pembaharuan dan pemulihan holistik (menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan yang terpencar, dan pemulangan ke tanah perjanjian, ay. 16, 17, 19). Sungguh tidak enak hidup di bawah ancaman orang lain, atau ancaman si(apa) pun, sungguh tidak enak hidup dalam ketakutan; tetapi itulah yang dialami oleh umat Tuhan ketika mereka mendapat hukuman Tuhan. Siapa yang tidak merindukan kebebasan dari rasa takut dan kelemah-lesuan itu? Dan Tuhan tahu situasi ini; karenanya Dia melakukan pembaharuan dan pemulihan holistik. Kalau Tuhan sendiri hadir dan memerintah mereka, tentu rasa takut dan kelemah-lesuan tidak ada lagi; kalau Pelindung yang sejati sudah ada, apa lagi yang perlu ditakuti? Kalau Penyelamat itu datang mengumpulkan dan memulangkan mereka ke tanah perjanjian, apa lagi yang perlu dikuatirkan? Apalah kelemah-lesuan, apalah ketakutan, apalah kepincangan dan sejenisnya, bila dibandingkan dengan kasih Tuhan yang begitu besar? Rasul Paulus pernah mengekspresikan bagaimana kasih Tuhan itu dapat mengalahkan segalanya: Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”(Roma 8:35, 38-39).

Itulah gambaran pemulihan yang dilakukan oleh Allah bagi umat-Nya! Jadi, siapakah yang tidak bersyukur dan bersukacita atas pemulihan tersebut? Siapakah yang tidak akan bersorak-sorai kalau keadaannya yang terpuruk dipulihkan secara luar biasa oleh Tuhan? Dalam rangka sukacita karena pemulihan seperti inilah Zefanya mengajak kita untuk bersukacita.

Saya percaya bahwa kita pernah mengalami masa-masa kritis, atau keadaan terpuruk, baik dalam aspek ekonomi, sosial politik, budaya, dan spiritual. Banyak orang yang pernah mengalami krisis keluarga, krisis moral, krisis kepercayaan, krisis iman, krisis persahabatan, krisis studi, krisis keuangan, dan berbagai krisis lainnya. Di saat-saat seperti itu kita tentunya merindukan pemulihan; kita merindukan restorasi kehidupan. Tuhan mau dan mampu memulihkan keadaan kita, sebaliknya kita harus siap dan mau dipulihkan oleh Tuhan dengan segala konsekuensinya. Pemulihan itu juga hendak mengajak kita untuk tetap setia kepada Tuhan, dan mewujudnyatakan kesetiaan itu melalui tindakan keadilan dan kebenaran di dunia ini. Kita dipulihkan untuk kemudian menjadi agen pemulihan; kita dibebaskan untuk kemudian menjadi agen pembebasan; kita didamaikan untuk kemudian menjadi agen pendamaian. Dalam kerangka itulah pemulihan kita dapat menjadi sukacita besar dalam hidup masing-masing, sesama, lingkungan, dan Tuhan sendiri.


No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...