Bahan Khotbah Minggu Adven I, 2 Desember 2012
by. Pdt. Alokasih Gulo
33:15 Pada waktu itu dan pada masa itu Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud. Ia akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri.
33:16 Pada waktu itu Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan kita!
Hari ini, tanggal 2 Desember 2012, kita mulai memasuki masa adven. Adven berasal dari bahasa latin “adventus”, yang berarti kedatangan, dan dalam konteks kekristenan adven berarti kedatangan Tuhan. Dalam hal ini, kita menantikan/merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang telah lahir di bumi ini sekaligus menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali. Dalam penantian itu kita mempersiapkan diri seutuhnya, merenungkan bagaimana kita telah diselamatkan oleh kasih Tuhan, dan bagaimana kita menjalani kehidupan kita di dunia ini. Untuk menolong kita melakukan perenungan itu, maka setiap minggu adven dilakukan penyalaan lilin, dan hari ini adalah lilin pertama. Lilin pertama ini disebut sebagai Lilin Pengharapan/Lilin Nubuat/Lilin Nabi (Minggu Pengharapan). Lilin Pengharapan ini mau menyatakan bahwa kedatangan Tuhan Yesus, atau yang pada zaman perjanjian lama lebih dikenal dengan sebutan Mesias, telah dinubuatkan oleh para nabi. Salah satu nabi yang menubuatkan kedatangan Mesias itu adalah nabi Yeremia.
Ini adalah suatu janji pengharapan bagi Yeremia sendiri, dan bagi bangsa Israel, terutama bangsa Yehuda, yang pada waktu itu sedang berada dalam situasi terpuruk, baik dalam aspek ekonomi, hukum, sosial-budaya, fisik, psikis, mental bahkan spiritual. Keterpurukan ini disebabkan oleh ketidakpedulian bangsa itu, terutama para pemimpinnya pada upaya perbaikan kehidupan bangsa dalam berbagai aspek tadi. Mereka tidak peduli pada keadilan dan kebenaran, bahkan tidak peduli pada teguran yang sering disampaikan oleh nabi Yeremia sendiri. Sementara itu bangsa-bangsa lain di sekitar mereka datang menyerbu dan menguasai Yehuda. Jadi, bangsa Yehuda pada zaman itu benar-benar bobrok, kesuraman menguasai mereka, dan ancaman menghampiri mereka dari segala penjuru. Kita bisa membayangkan bagaimana keadaan orang-orang yang hidup pada zaman itu. Dalam situasi seperti itulah Tuhan melalui nabi-Nya Yeremia menjanjikan suatu harapan, yaitu kehidupan masa depan yang jauh lebih baik, dan itu terjadi ketika Allah sendiri datang memulihkan bangsa-Nya. Allah tahu bahwa bangsa Yehuda membutuhkan pemulihan, dan pemulihan itu hanya dimungkinkan jika Allah sendiri yang mengerjakannya.
TUHAN dalam pemberitaan Yeremia ini menegaskan bahwa Ia pasti menepati janji-Nya. Apa saja janji yang hendak ditepati-Nya itu? Pemulihan apa saja yang hendak dilakukan-Nya?
- Menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud àkepemimpinan bangsa Yehuda yang selama ini sangat jauh dari prinsip-prinsip keadilan akan segera dipulihkan oleh Tuhan, dan itu berasal dari keturunan raja Daud.
- Melaksanakan keadilan dan kebenaran di negeri (Yehuda) à apa yang dirindukan oleh rakyat selama ini, yaitu keadilan dan kebenaran, akan dilaksanakan oleh Allah sendiri melalui pemimpin yang ditumbuhkan-Nya itu.
- Membebaskan Yehuda àpembebasan dari penindasan para penguasa yang lalim, dari penindasan bangsa lain, dan dari keterpurukan.
- Memberikan kehidupan yang tenteram bagi Yerusalem àtidak ada lagi ancaman, tidak ada lagi intimidasi, tidak ada lagi kekuatiran, tidak ada lagi kegelisahan, tidak ada lagi keputusasaan; sebaliknya yang adalah rasa aman, rasa nyaman, feel at home, dan rasa damai.
Atas dasar itulah kemudian kaum Israel dan Yehuda akan dipanggil “TUHAN keadilan kita”.
Kita tentunya sudah pernah mengalami masa-masa sulit: dalam keluarga, dalam studi, dalam persahabatan, bahkan dalam kehidupan bergereja. Dalam kondisi yang sulit, dalam keadaan terjepit, secara manusiawi apa pun bisa dilakukan; percaya atau tidak, banyak orang yang berperilaku aneh akhir-akhir ini untuk menutupi suasana hatinya yang gundah-gulana, banyak orang yang pura-pura gila atau sakit ketika masalah terasa begitu berat membebani, banyak juga yang benaran gila ketika masalah datang silih berganti dan akhirnya membuatnya stres/depresi. Banyak remaja/pemuda yang bunuh diri karena broken-heart, banyak anak yang tidak terurus karena broken-home, banyak yang tidak fokus belajar lagi karena SMS-nya tidak dibalas oleh si-dia atau pesan FB-nya tidak ditanggapi, atau mungkin karena uang belanja yang belum dikirim oleh orangtua. Pada saat-saat pencobaan, pada saat-saat adanya tekanan, kita biasanya merindukan terjadinya hal-hal yang dahsyat atau pun mukjizat. Dalam situasi yang terjepit, kita kemungkinan mau melakukan apa pun, bahkan sekalipun hal itu salah. Dalam keadaan darurat, segala kemungkinan bisa saja kita lakukan, sekalipun mungkin membahayakan diri kita sendiri. Ketika kita diperhadapkan pada situasi yang sulit, bukan tidak mungkin kita bisa kehilangan pegangan dan harapan. Dalam situasi dan kondisi penyakit yang tidak menentu, kita bisa saja “kecewa” dengan Tuhan, dan mungkin berkata: “apa lagi Tuhan yang Engkau inginkan dariku? Katanya Engkau adalah Allah yang dahsyat, sumber mukjizat, tapi mana ….???”. Bukan tidak mungkin kita bisa saja alergi dengan hal-hal yang rohani! Di bawah tekanan, di bawah ancaman, di dalam kesulitan, di dalam penderitaan, di dalam kesesakan, di dalam kekecewaan (patah hati), di dalam kebingungan, dan dalam situasi yang tidak menentu, kita bisa saja menghalalkan segala cara, berbohong, pura-pura gila, tidak mau makan, berontak, pesimis, bahkan menghujat Tuhan pun bisa saja terjadi. Sdra/i, orang yang hidup tanpa pengharapan sesungguhnya sudah tidak memiliki hidup. Mereka yang sudah tidak punya pengharapan adalah mereka yang hidup dalam kehampaan, tidak mempunyai tujuan hidup, tidak memiliki semangat hidup, serta melihat hidup ini sebagai sesuatu yang membebani dan tidak berguna.
Namun, pada hari ini kita disemangati oleh Firman Tuhan, bahwa seburuk dan separah apapun kondisi dan situasi kita saat ini, Tuhan pasti mampu berkarya, Dia mampu memulihkan kita. Itulah pengharapan kita, dan kita percaya bahwa Tuhan pasti menepati janji-Nya itu. Pengharapan Kristen adalah sebuah pengharapan yang diletakkan kepada Tuhan, bahkan walaupun segala sesuatunya sudah nampak mustahil bagi manusia. Oleh sebab itu, pengharapan kita hanya ditujukan kepada Allah saja. Segala sesuatu yang kita miliki saat ini tidak dapat menjanjikan pengharapan yang kekal bagi kita. Pekerjaan atau jabatan apapun memang sangat penting, namun tidak dapat menjanjikan kedamaian dan ketenteraman bagi kita, bahkan seringkali pekerjaan atau jabatan itu menjadi masalah ketika kita menyalahgunakannya. Institusi pemerintah dan swasta, termasuk institusi pendidikan dan penegak hukum, juga tidak dapat memberi kita pengharapan yang sempurna dalam hal penegakkan kebenaran dan keadilan, bahkan seringkali institusi itu menjadi sumber ketidakbenaran dan ketidakadilan. Keluarga, teman-teman, rekan kerja, demikian juga kepandaian bahkan uang, tidak dapat menjanjikan sesuatu yang pasti bagi kita. Oleh sebab itu kita tidak dapat menaruh pengharapan kita sepenuhnya di atas semuanya itu. Tetapi Tuhan itu setia terhadap janji-Nya dan Dia berkuasa melaksanakan janji-Nya.
Menantikan kedatangan Tuhan berarti menanti janji-Nya; menanti janji-Nya berarti hidup dalam pengharapan, atau seperti judul salah satu buku: “bergumul dalam pengharapan” (struggling in hope). Dan pengharapan kita ialah bahwa Tuhan akan melaksanakan kebenaran dan keadilan di negara kita ini, secara khususnya di kota Gunungsitoli dan kepulauan Nias tercinta (bnd. ay. 15b).
Mantap.........trimsksh perenungannya...Tuhan memberkati.
ReplyDelete