Friday, December 25, 2020

Percaya dan Hidup dalam Cinta-Kasih atau Tidak Sama Sekali (Yohanes 3:14-21)

Rancangan Khotbah Natal II, Sabtu, 26 Desember 2020
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo


14Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 15supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. 16Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. 17Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. 18Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah. 19Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. 20Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; 21tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.

Teks khotbah ini merupakan bagian dari percakapan Yesus dengan Nikodemus (lih. ay. 1). Bacaan hari ini dimulai dengan permainan kata “meninggikan” (lift up). Ini menggambarkan perintah Tuhan kepada Musa untuk mengangkat ular tedung pada sebuah tiang di padang gurun, dan kini kata yang sama diterapkan untuk Yesus. Bagian ini harus dipahami dalam konteks dan latar belakang kisah di Bilangan 21:4-9. Dalam penuturan itu, orang-orang Israel menjadi “tidak sabar” (tidak dapat lagi menahan hati) dalam perjalanannya. Setelah kepergian mereka dari Mesir, mereka berjalan di padang gurun, dan menjadi putus asa karena tidak memiliki makanan dan air. Mereka pun mengeluh bahkan melawan Tuhan dan Musa.

Akibatnya, ular-ular tedung yang mengerikan muncul, menggigit orang, dan membunuh mereka. Ketika mereka menyesal, Tuhan menyuruh Musa untuk membuat ular tedung dan menaruhnya pada sebuah tiang sehingga siapa pun yang telah terpagut dapat melihatnya dan tetap hidup. Ular itu pada satu sisi merupakan tanda kemarahan Tuhan, tetapi pada sisi lain menandakan belas kasihan Tuhan. Tuhan pernah menyelamatkan orang-orang dengan memanggil mereka untuk menatap ular itu. Sekarang, Tuhan akan menyelamatkan orang-orang dengan membuat mereka memandang dan percaya kepada Anak, yang ditinggikan.

Berikutnya adalah Yohanes 3:16, ayat yang sangat populer, dan tetap disebutkan ketika perayaan Natal. Sayangnya, ayat ini sering disalahpahami. Kata Yunani houtos berarti “begitu”, atau “dengan cara ini”, atau yang lebih kuno, “demikianlah”. Kita dapat menerjemahkan bagian awal dari ayat 16 tersebut: “Dengan cara inilah Tuhan mengasihi dunia …” Jadi, Yohanes 3:16 tidak berbicara tentang betapa Tuhan mengasihi dunia (TB LAI: karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini), tetapi tentang bagaimana Tuhan mengasihi dunia (terjemahan yang lebih tepat: dengan cara inilah Tuhan mengasihi dunia). Tidak perlu dibantah lagi bahwa bahwa Tuhan memang mengasihi dunia. Tuhan sangat mengasihi dunia yang diciptakan-Nya, dan Tuhan merindukan ciptaan-Nya itu tetap hidup. Dalam cerita di kitab Bilangan hanya umat Tuhan sendiri yang akan diselamatkan. Tetapi, dalam narasi Yohanes 'alam semesta' yang dikasihi Tuhan pun diselamatkan. Dalam rangka itulah Allah memberikan anak-Nya satu-satunya.

Tujuan Tuhan mengutus Anak-Nya yang tunggal adalah untuk menyelamatkan dunia, sama seperti tujuan memerintahkan Musa untuk mengangkat ular tedung di tiang dimaksudkan untuk menyelamatkan orang-orang dari kematian. Putra Allah datang untuk menyelamatkan, untuk memberikan hidup yang kekal karena Tuhan mengasihi dunia. Dalam rangka itulah Yesus datang ke dunia. Kita ada di sini karena Tuhan yang dulu mengasihi umat-Nya di padang gurun, masih tetap mengasihi kita sampai sekarang.

Kedatangan Yesus seperti membawa terang ke ruang gelap. Kontras terang dan gelap sangat kuat. Hal yang berlawanan ini mengungkapkan perbedaan tajam yang tercipta ketika pada satu sisi kosmos atau alam semesta gelap dan pada sisi lain kita diterangi oleh cahaya Tuhan. Seperti orang-orang dalam cerita di Bilangan, kita telah dipagut atau berada dalam bahaya pagutan ular. Kematian tidak bisa dihindari. Ketika ular tedung diangkat oleh Musa, kita melihat dan hidup, atau sebaliknya tidak sama sekali. Saat Yesus datang ke dunia, kita percaya akan adanya kasih karunia Tuhan, atau sebaliknya kita tidak percaya sama sekali. Kita menerima kehidupan kekal atau sebaliknya kita terus hidup terpisah dari Tuhan, terkutuk dan mati.

Perkataan Yesus dalam ayat-ayat ini muncul ketika Dia terus terlibat, berdebat, dan membujuk orang-orang yang perlahan-lahan berubah menjadi percaya kepada-Nya. Dalam Yohanes 3, Nikodemus adalah pencari pada malam hari yang dibiarkan dalam kebingungan, dan dia muncul kembali pada Yohanes 19:39 untuk membantu merawat tubuh Yesus. Dia telah muncul dari kegelapan malam, dan kini menjadi terang selama pelayanan Yesus.

Begitu juga dengan perempuan Samaria di Yohanes 4. Awalnya perempuan Samaria itu tidak percaya, tetapi perjumpaannya dengan Yesus secara perlahan mengubahnya menjadi percaya kepada-Nya, karena itu dia diselamatkan. Hal yang berbeda dengan orang buta yang disembuhkan seperti dikisahkan dalam Yohanes 9. Secara fisik, orang buta tersebut mengalami perubahan yang begitu cepat, dari kegelapan (karena buta) menjadi terang (karena sudah disembuhkan). Tetapi orang buta ini jauh lebih lambat mengidentifikasi Yesus yang telah menyembuhkannya. Kontras yang intens antara percaya dan tidak percaya, kegelapan dan terang, dan kejahatan dan kebenaran dapat terlihat dalam teks khotbah hari ini.

Akhirnya, ayat 18-21 mengikuti kontras sebelumnya. Cara Tuhan mengasihi dunia adalah dengan mengirim Putra-Nya yang tunggal ke dunia untuk menyelamatkan dunia yang dikasihi-Nya itu. Yesus adalah ekspresi cinta-kasih dan kerinduan Tuhan. Cahaya datang untuk menemukan kita, untuk menerangi jalan kita, karena Tuhan mengasihi kita. Allah menjangkau kita melalui Putra-Nya dengan tujuan untuk berbagi kehidupan kekal dengan kita.

Yohanes juga memberi tahu kita bahwa ada konsekuensi nyata dalam kehidupan kita sehari-hari dalam hubungan kekal kita dengan Tuhan. Dia mengajak kita untuk melihat dengan jelas kehidupan kita, menghargai anugerah Tuhan sebagai anugerah cinta-kasih. Cinta-kasih itulah yang (mestinya) menolong kita untuk berani menjalani kehidupan kita, walaupun kita sadar bahwa bahaya virus Corona belum berakhir. Cinta-kasih itulah yang (mestinya) menguatkan kita untuk melangkah dengan pasti dalam era adaptasi baru (new normal), sekalipun kita juga sadar bahwa tantangan dan ancaman masih menghadang kita. Cinta-kasih itulah yang terus mengingatkan kita bahwa “Tuhan beserta dengan kita”.

Yesus datang ke dunia sebagai bukti bahwa pada prinsipnya Allah memiliki kerinduan atau keinginan untuk menyelamatkan dunia, bukan untuk menghakiminya (ay. 17). Tetapi, tentu saja dunia diberi kebebasan untuk memilih: menyambut Yesus atau tidak sama sekali; menyambut keselamatan atau tidak sama sekali; menyambut cinta-kasih Tuhan atau tidak sama sekali; melihat atau memandang pada Yesus yang ditinggikan untuk tetap hidup atau tidak sama sekali.


--- selamat berefleksi ---



No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...