Rancangan Khotbah Minggu, 2 Agustus 2020
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
1 Janganlah
engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah
dengan menjadi saksi yang tidak benar.
2 Janganlah
engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan
kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan
orang membelokkan hukum.
3 Juga
janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya.
4 Apabila
engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah
kaukembalikan binatang itu.
5 Apabila
engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah
engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar
muatan keledainya.
6 Janganlah
engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.
7 Haruslah
kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang
benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang
bersalah.
8 Suap
janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan
memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.
9 Orang
asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa
orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.
Harus diakui bahwa
dalam kehidupan bersama dengan sesama, selalu saja ada gesekan-gesekan ringan,
pertentangan, hingga ke “konflik” kepentingan yang dapat berujung pada upaya
menjatuhkan sesama, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atau, adakah
suatu komunitas yang bebas dari gesekan-gesekan, pertentangan, dan atau
konflik? Tampaknya, hampir tidak ada, bahkan komunitas yang paling kecil saja, yaitu
keluarga, selalu ada dinamika yang kadang-kadang diwarnai dengan benturan
satu dengan yang lain. Suatu komunitas hanya akan bertahan apabila warna-warni
kehidupan yang amat dinamis itu dikelola secara bertanggung jawab, yaitu
bagaimana setiap orang bersikap dan berlaku jujur, adil, dan tidak melakukan tindakan
balas dendam dengan cara apa pun. Nah, teks khotbah hari ini berbicara tentang
bagaimana (seharusnya) bersikap terhadap sesama, termasuk terhadap musuh dan
orang asing.
1. Sikap terhadap sesama dalam suatu perkara (ay. 1-3;
6-8)
Ayat 1-3, dan ayat 6-8, merupakan pedoman sehubungan
dengan sikap terhadap sesama dalam suatu perkara. Ini menunjukkan bahwa sejak
dulu sudah ada masalah-masalah yang dibawa ke “pengadilan”, atau ke hadapan
para tua-tua untuk diadili. Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa godaan yang
menyesatkan di “pengadilan” cukup kuat, sehingga kadang-kadang keputusan
yang dihasilkan justru tidak adil dan tidak manusiawi. Maka, umat Tuhan harus
waspada terhadap godaan tersebut; tidak boleh menyebarkan kabar bohong (Ibr. shêma’ shâv’, membuat laporan atau
pengakuan palsu); tidak boleh membantu orang bersalah dengan menjadi saksi yang
tidak benar (tidak boleh mengangkat tangan untuk menjadi saksi yang jahat;
tidak boleh turut atau ikut-ikutan atau bersekongkol atau berkomplot bersama
dengan gerombolan orang jahat untuk memberikan kesaksian palsu/sesat dengan
maksud membelokkan hukum; tidak boleh memihak orang miskin secara tidak adil,
baik karena merasa kasihan sehingga membelanya secara buta (ay. 3), atau
sebaliknya merebut keadilannya hanya karena dia miskin (ay. 6); tidak boleh
menghukum siapa pun orang yang tidak bersalah dengan alasan atau manipulasi apa
pun; dan tidak boleh memutarbalikan keadilan karena suap. Intinya adalah siapa pun, baik masyarakat biasa, maupun para penegak
keadilan dan pengambil kebijakan, tidak boleh memanipulasi keadilan dengan cara
atau atas alasan apa pun, peliharalah kasih dan keadilan. Jadi, umat
Tuhan, dulu dan sekarang, diminta untuk bersikap adil kepada sesama, baik dalam
suatu perkara maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kita memang diminta untuk
saling mengasihi, tetapi kasih tidak boleh membutakan mata kita dalam bersikap atau
dalam menghadirkan keadilan. Kita memang butuh uang/materi, tetapi uang/materi
tersebut tidak boleh membutakan mata kita dalam menegakkan keadilan. Yesus
berkata: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu
katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:37).
2. Sikap terhadap musuh (ay. 4-5)
Bagaimana dengan musuh kita? Tuhan memberi perintah
yang tegas kepada umat-Nya bahwa mereka harus tetap memandang musuh mereka sebagai
sesama manusia, dan tidak boleh memanfaatkan permusuhan tersebut sebagai alasan
atau kesempatan untuk balas dendam. Jangankan untuk bersikap tidak adil atau
bersikap jahat atau bersikap tidak manusiawi kepada musuh secara langsung, ternak
milik musuh wajib ditolong. Apa artinya? Tuhan sebenarnya tidak menghendaki permusuhan
“dipelihara” di tengah-tengah umat-Nya karena hal itu tidak baik untuk
kehidupan bersama mereka. Setiap orang harus mengendalikan dirinya untuk tidak
membalas dendam kepada musuhnya, termasuk kepada ternak milik musuh. Jadi,
kalau ternak (binatang) saja wajib ditolong, apalagi sesama manusia (sekalipun dia
adalah musuh). Intinya adalah siapa
pun tidak boleh memanfaatkan permusuhan sebagai alasan untuk bersikap tidak
manusiawi terhadap sesama, peliharalah kasih dan keadilan.
3. Sikap terhadap orang asing (ay. 9)
Dalam banyak komunitas, termasuk di tengah-tengah
bangsa Israel, selalu ada orang asing, atau pendatang. Salah satu persoalan
klasik di sini adalah memperlakukan orang asing atau pendatang tersebut secara
tidak adil dan hampir tanpa kasih. Itulah sebabnya Tuhan memberi pedoman bagi
umat-Nya tentang bagaimana seharusnya bersikap kepada orang asing yang ada di
tengah-tengah mereka. “Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri
telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang
asing di tanah Mesir” (ay. 9). Alasannya cukup sederhana tetapi amat mendasar, “sebab
kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir”. Dari dulu sampai sekarang,
ada berbagai cara orang (yang merasa diri sebagai masyarakat “asli/pribumi”)
untuk bersikap sesuka hati atas orang asing atau pendatang, mulai dari
mempersulit urusan mereka, kesempatan yang amat dibatasi bagi mereka untuk
terlibat dan mengembangkan diri dalam komunitas kita, sindiran-sindiran yang
memojokkan mereka, hingga tindakan-tindakan yang menindas para pendatang. Intinya adalah kita tidak boleh bersikap
tidak adil kepada sesama dengan alasan pribumi vs pendatang, peliharalah kasih
dan keadilan.
Pada zaman sekarang, kasih
dan keadilan menjadi “barang” langka, termasuk dalam komunitas Kristen. Ada banyak
faktor yang membuatnya langka, salah satunya yang paling dominan adalah faktor uang/materi
atau apa pun yang dapat dipakai untuk suap/korupsi. Oleh sebab itu, kita harus
waspada, kita harus menjaga diri kita agar tidak terjerumus dalam praktik “haram”
tersebut, karena dapat membutakan mata kita sehingga bersikap tidak adil dan
atau tanpa kasih terhadap sesama. Hal inilah yang diingatkan oleh Firman Tuhan
di ayat 8, ayat hafalan pada hari ini, “suap janganlah kauterima, sebab suap
membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara
orang-orang yang benar”. Jadi, bagaimana (seharusnya) bersikap terhadap sesama
(termasuk musuh dan orang asing)? Ya, bersikap adil tanpa kehilangan kasih,
nyatakanlah kasih dengan tetap menjunjung tinggi keadilan. Dengan demikian,
komunitas kita dalam berbagai level akan tetap terpelihara dengan baik.
... selamat berefleksi ...
Bagaimana cara untuk mendapatkan khotbah hari yang akan datang, Gbu
ReplyDeleteBiasanya, setiap Sabtu (sore/malam), saya posting di blog ini rancangan khotbah untuk hari Minggu besoknya, kecuali kalau ada halangan/kendala tiba-tiba yang tidak bisa dielakkan. Aksesnya di link ini https://renunganhidupkristiani.blogspot.com
DeleteBisa juga dengan klik menu "ikuti" di bawah supaya ada pemberitahuan kalau ada postingan baru.
Terima kasih atas komentar bapak/ibu/sdr. Tuhan memberkati.