Saturday, August 1, 2020

Bagaimana Bersikap terhadap Sesama? (Keluaran 23:1-9)


Rancangan Khotbah Minggu, 2 Agustus 2020
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo


1  Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar.
2 Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang melakukan kejahatan, dan dalam memberikan kesaksian mengenai sesuatu perkara janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang membelokkan hukum.
3   Juga janganlah memihak kepada orang miskin dalam perkaranya.
4  Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kaukembalikan binatang itu.
5  Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya.
6   Janganlah engkau memperkosa hak orang miskin di antaramu dalam perkaranya.
7  Haruslah kaujauhkan dirimu dari perkara dusta. Orang yang tidak bersalah dan orang yang benar tidak boleh kaubunuh, sebab Aku tidak akan membenarkan orang yang bersalah.
8  Suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar.
9  Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.


Harus diakui bahwa dalam kehidupan bersama dengan sesama, selalu saja ada gesekan-gesekan ringan, pertentangan, hingga ke “konflik” kepentingan yang dapat berujung pada upaya menjatuhkan sesama, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atau, adakah suatu komunitas yang bebas dari gesekan-gesekan, pertentangan, dan atau konflik? Tampaknya, hampir tidak ada, bahkan komunitas yang paling kecil saja, yaitu keluarga, selalu ada dinamika yang kadang-kadang diwarnai dengan benturan satu dengan yang lain. Suatu komunitas hanya akan bertahan apabila warna-warni kehidupan yang amat dinamis itu dikelola secara bertanggung jawab, yaitu bagaimana setiap orang bersikap dan berlaku jujur, adil, dan tidak melakukan tindakan balas dendam dengan cara apa pun. Nah, teks khotbah hari ini berbicara tentang bagaimana (seharusnya) bersikap terhadap sesama, termasuk terhadap musuh dan orang asing.

1.     Sikap terhadap sesama dalam suatu perkara (ay. 1-3; 6-8)
Ayat 1-3, dan ayat 6-8, merupakan pedoman sehubungan dengan sikap terhadap sesama dalam suatu perkara. Ini menunjukkan bahwa sejak dulu sudah ada masalah-masalah yang dibawa ke “pengadilan”, atau ke hadapan para tua-tua untuk diadili. Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa godaan yang menyesatkan di “pengadilan” cukup kuat, sehingga kadang-kadang keputusan yang dihasilkan justru tidak adil dan tidak manusiawi. Maka, umat Tuhan harus waspada terhadap godaan tersebut; tidak boleh menyebarkan kabar bohong (Ibr. shêma’ shâv’, membuat laporan atau pengakuan palsu); tidak boleh membantu orang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar (tidak boleh mengangkat tangan untuk menjadi saksi yang jahat; tidak boleh turut atau ikut-ikutan atau bersekongkol atau berkomplot bersama dengan gerombolan orang jahat untuk memberikan kesaksian palsu/sesat dengan maksud membelokkan hukum; tidak boleh memihak orang miskin secara tidak adil, baik karena merasa kasihan sehingga membelanya secara buta (ay. 3), atau sebaliknya merebut keadilannya hanya karena dia miskin (ay. 6); tidak boleh menghukum siapa pun orang yang tidak bersalah dengan alasan atau manipulasi apa pun; dan tidak boleh memutarbalikan keadilan karena suap. Intinya adalah siapa pun, baik masyarakat biasa, maupun para penegak keadilan dan pengambil kebijakan, tidak boleh memanipulasi keadilan dengan cara atau atas alasan apa pun, peliharalah kasih dan keadilan. Jadi, umat Tuhan, dulu dan sekarang, diminta untuk bersikap adil kepada sesama, baik dalam suatu perkara maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kita memang diminta untuk saling mengasihi, tetapi kasih tidak boleh membutakan mata kita dalam bersikap atau dalam menghadirkan keadilan. Kita memang butuh uang/materi, tetapi uang/materi tersebut tidak boleh membutakan mata kita dalam menegakkan keadilan. Yesus berkata: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat” (Mat. 5:37).

2.     Sikap terhadap musuh (ay. 4-5)
Bagaimana dengan musuh kita? Tuhan memberi perintah yang tegas kepada umat-Nya bahwa mereka harus tetap memandang musuh mereka sebagai sesama manusia, dan tidak boleh memanfaatkan permusuhan tersebut sebagai alasan atau kesempatan untuk balas dendam. Jangankan untuk bersikap tidak adil atau bersikap jahat atau bersikap tidak manusiawi kepada musuh secara langsung, ternak milik musuh wajib ditolong. Apa artinya? Tuhan sebenarnya tidak menghendaki permusuhan “dipelihara” di tengah-tengah umat-Nya karena hal itu tidak baik untuk kehidupan bersama mereka. Setiap orang harus mengendalikan dirinya untuk tidak membalas dendam kepada musuhnya, termasuk kepada ternak milik musuh. Jadi, kalau ternak (binatang) saja wajib ditolong, apalagi sesama manusia (sekalipun dia adalah musuh). Intinya adalah siapa pun tidak boleh memanfaatkan permusuhan sebagai alasan untuk bersikap tidak manusiawi terhadap sesama, peliharalah kasih dan keadilan.

3.     Sikap terhadap orang asing (ay. 9)
Dalam banyak komunitas, termasuk di tengah-tengah bangsa Israel, selalu ada orang asing, atau pendatang. Salah satu persoalan klasik di sini adalah memperlakukan orang asing atau pendatang tersebut secara tidak adil dan hampir tanpa kasih. Itulah sebabnya Tuhan memberi pedoman bagi umat-Nya tentang bagaimana seharusnya bersikap kepada orang asing yang ada di tengah-tengah mereka. “Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir” (ay. 9). Alasannya cukup sederhana tetapi amat mendasar, “sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir”. Dari dulu sampai sekarang, ada berbagai cara orang (yang merasa diri sebagai masyarakat “asli/pribumi”) untuk bersikap sesuka hati atas orang asing atau pendatang, mulai dari mempersulit urusan mereka, kesempatan yang amat dibatasi bagi mereka untuk terlibat dan mengembangkan diri dalam komunitas kita, sindiran-sindiran yang memojokkan mereka, hingga tindakan-tindakan yang menindas para pendatang. Intinya adalah kita tidak boleh bersikap tidak adil kepada sesama dengan alasan pribumi vs pendatang, peliharalah kasih dan keadilan.

Pada zaman sekarang, kasih dan keadilan menjadi “barang” langka, termasuk dalam komunitas Kristen. Ada banyak faktor yang membuatnya langka, salah satunya yang paling dominan adalah faktor uang/materi atau apa pun yang dapat dipakai untuk suap/korupsi. Oleh sebab itu, kita harus waspada, kita harus menjaga diri kita agar tidak terjerumus dalam praktik “haram” tersebut, karena dapat membutakan mata kita sehingga bersikap tidak adil dan atau tanpa kasih terhadap sesama. Hal inilah yang diingatkan oleh Firman Tuhan di ayat 8, ayat hafalan pada hari ini, “suap janganlah kauterima, sebab suap membuat buta mata orang-orang yang melihat dan memutarbalikkan perkara orang-orang yang benar”. Jadi, bagaimana (seharusnya) bersikap terhadap sesama (termasuk musuh dan orang asing)? Ya, bersikap adil tanpa kehilangan kasih, nyatakanlah kasih dengan tetap menjunjung tinggi keadilan. Dengan demikian, komunitas kita dalam berbagai level akan tetap terpelihara dengan baik.

... selamat berefleksi ...

2 comments:

  1. Bagaimana cara untuk mendapatkan khotbah hari yang akan datang, Gbu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biasanya, setiap Sabtu (sore/malam), saya posting di blog ini rancangan khotbah untuk hari Minggu besoknya, kecuali kalau ada halangan/kendala tiba-tiba yang tidak bisa dielakkan. Aksesnya di link ini https://renunganhidupkristiani.blogspot.com

      Bisa juga dengan klik menu "ikuti" di bawah supaya ada pemberitahuan kalau ada postingan baru.

      Terima kasih atas komentar bapak/ibu/sdr. Tuhan memberkati.

      Delete

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...