Sunday, May 31, 2020

Roh Kudus Memampukan Kita untuk Berubah dan Melayani (1 Korintus 2:1-5)

Rancangan Khotbah Pentakosta ke-2, Senin, 1 Juni 2020
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo

2:1  Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu.
2:2 Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.
2:3  Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.
2:4 Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,
2:5  supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.

Kalau membaca seluruh pasal 2 ini, bahkan mulai dari pasal 1:18, kita akan melihat argumen Paulus yang kontras dan agak tumpang tindih. Pada teks khotbah hari ini (ay. 1-5), Paulus terkesan tidak setuju dengan hikmat, “aku tidak datang … dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu” (ay. 1), namun mulai ayat 6 seterusnya (teks setelah nas khotbah hari ini), Paulus justru menekankan pentingnya hikmat, bahkan dia memberitakan hikmat itu sendiri. Kata-kata Paulus pada pasal ini agak membingungkan khususnya soal “hikmat”, sebab dia memakai kata Yunani yang sama “sophia”, tetapi dengan maksud yang berbeda. Pada teks khotbah hari ini, sophia (hikmat) yang dimaksud Paulus mengacu kepada hikmat manusia yang dipahami sebagai hikmat duniawi, dan lebih khusus lagi Paulus mengacu pada kepiawaian orang-orang atau para “intelek” Korintus dalam menggunakan kata-kata yang indah dalam pidato atau khotbah mereka. Sementara mulai ayat 6 dan seterusnya, Paulus mengacu kepada hikmat yang dari Allah, hikmat Allah yang “berlawanan” dengan hikmat duniawi tadi.

Banyak orang-orang Korintus pada waktu itu, termasuk orang-orang Kristen, yang dengan mudahnya terpesona dengan kata-kata yang indah yang mereka dengar padahal berasal dari hikmat duniawi. Paulus menyadari hal itu, sehingga dia memberi penekanan bahwa kedatangannya ke Korintus untuk memberitakan Injil, tidak menggunakan kata-kata yang indah dan hikmat manusia/duniawi, tetapi datang dengan hikmat yang dari Allah. Paulus sendiri menyadari keterbatasannya memahami keadaan orang-orang Korintus, dan dia hanya berfokus pada berita tentang Yesus Kristus yang disalibkan (ay. 2). Dia malah mengakui adanya kelemahan, ketakutan, dan kegentaran di dalam dirinya ketika datang ke Korintus untuk memberitakan Injil (ay. 3), tetapi kekuatan Allah di dalam Roh Kudus telah memampukan dia untuk pekerjaan atau pelayanan tersebut (ay.4, 5). Paulus juga menjelaskan bahwa kuasa Roh Kudus mencerahkan pikiran orang-orang percaya maupun yang tidak percaya (ay. 4-5). Hal ini juga tampak dalam pelayanannya, dimana Paulus mengajak jemaat Korintus untuk melihat pelayanan itu dengan cara yang berbeda, sehingga perlu perubahan pola pikir dan cara pandang atas kehidupan dan pelayanan. Menurut Paulus, kunci penting dari perubahan ini adalah pada penerangan Roh Kudus dalam pikiran orang-orang percaya. Orang-orang yang mengejar hikmat sejati pun tidak mampu melihatnya, tidak mampu melakukan perubahan dalam diri mereka, kecuali Roh Kudus yang bekerja dan menerangi mereka.

Hari ini, Minggu, 1 Juni 2020, merupakan hari ke-2 kita merayakan turunnya Roh Kudus, juga kebaktian kedua kali yang kita laksanakan di gedung gereja pada masa pandemi Covid-19. Mari sejenak mengingat kembali bagaimana orang-orang Kristen, juga para pelayan gereja, berdebat keras pada masa-masa awal pandemi Covid-19 di Indonesia, bahkan perdebatan itu masih terasa sampai hari ini. Kelompok yang merasa imannya lebih kuat, menertawakan mereka yang setuju pelaksanaan ibadah gerejawi di rumah, menganggap mereka sebagai penakut. Sementara, orang-orang yang setuju ibadah di rumah, menganggap kelompok yang merasa imannya kuat itu sebagai orang-orang yang tidak berhikmat. Terjadilah perang ayat, masing-masing mengutip ayat-ayat tertentu dalam Alkitab untuk membenarkan dirinya dan melemahkan pihak yang dianggap berlawanan dengannya. Pertanyaannya ialah apakah tindakan mencomot dan menggunakan ayat-ayat Alkitab dengan motivasi dan maksud saling menyerang itu berasal dari hikmat Allah dan bimbingan Roh Kudus? Saya sendiri sih ragu! Sebab, Roh Kudus dianugerahkan kepada setiap orang percaya untuk saling menguatkan - bukan saling melemahkan atau menjatuhkan, untuk saling menghibur - bukan saling mendukakan, untuk saling menolong - bukan saling menelan. Itulah Roh Kudus yang kita percayai sebagai Pembimbing, Penghibur, dan Penolong.

Perkataan Paulus dalam teks khotbah hari ini juga menyadarkan kita bahwa berbagai bentuk pelayanan yang kita lakukan, pelayanan untuk kebaikan dan kehidupan, sesungguhnya bukan karena kekuatan dan hikmat manusiawi kita, melainkan karena hikmat Allah dan penerangan Roh Kudus. Hal ini (seharusnya) mendorong kita untuk semakin rendah hati dan hanya menonjolkan Yesus Kristus dalam setiap pemberitaan dan kehidupan kita, bukan menonjolkan atau memberitakan tentang diri sendiri. Kita boleh-boleh saja memoles dan merangkai kata-kata yang indah untuk menggambarkan atau menceritakan tentang diri sendiri, tetapi pada akhirnya tidak ada gunanya selain hanya untuk mendapatkan pujian atau pengakuan semu.

Banyak orang yang suka merangkai kata-kata yang indah atau pujian yang kadang-kadang berlebihan, hanya untuk menyenangkan orang lain, namun seringkali tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya, bahkan kadang-kadang berlawanan dengan hati nuraninya sendiri. Itulah contoh kepalsuan orang-orang yang masih dikuasai oleh hikmat duniawi. Banyak juga orang yang tidak suka dengan orang lain yang secara blak-blakan menyampaikan sesuatu, jangan heran kalau sekarang ini ada jemaat yang cenderung mencari atau hanya mau mendengarkan khotbah para pelayan gereja yang ngomong baik-baik saja menurut ukurannya. Bahkan, ada gejala jemaat mencari pelayan yang bisa membuat banyak lelucon, sampai-sampai kebenaran atau isi dari Firman Tuhan sendiri terlupakan dalam pemberitaan. Tampaknya, para pelayan gereja harus berlatih stand-up comedy 😁😁. Pada masa rasul Paulus pun, orang-orang Korintus hanya suka mendengarkan pidato/khotbah yang menyenangkan telinga/hati mereka, hanya suka mendengarkan kata-kata yang indah, hanya suka dengan kata-kata yang dipoles sedemikian rupa sehingga membuat pendengarnya terpesona/terhanyut dalam untaian kata-kata yang indah. Ironis memang!

Tetapi, tidaklah demikian dengan orang-orang percaya, orang-orang yang telah dihinggapi oleh Roh Kudus. Orang-orang seperti ini mampu untuk menyampaikan sesuatu dengan bijak, mampu menggunakan waktu/tempat/ruang yang tepat untuk menyampaikan sesuatu dengan cara yang tepat, sekaligus mampu mendengarkan sesuatu dengan penuh kerendahan hati. Bagaimana dengan perubahan yang terjadi karena pandemi Covid-19 ini? Mau tidak mau, kita (gereja) harus berubah, kalau tidak ia akan ditinggalkan. Berubah bukan berarti mengikuti begitu saja arus atau gelombang kehidupan yang sedang menggelora, atau sekadar ikut-ikutan dengan new normal life style (gaya hidup kenormalan baru). Kita memang harus berubah, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:2). Hikmat duniawi tidak akan bisa menolong kita untuk mengalami pembaharuan budi, hanya hikmat Allah di dalam Roh Kudus yang memampukan kita untuk itu. Oleh sebab itu, tunduklah di bawah bimbingan Roh Kudus dalam seluruh gerak hidup kita, jalanilah kehidupan apa adanya, lakukanlah pekerjaan dan pelayanan sepenuh hati, dan biarlah Roh Kudus yang memerintah atau mengarahkan kita menurut kehendak-Nya. Roh Kudus yang memampukan kita untuk berubah ke arah yang lebih baik, Roh Kudus yang memampukan kita untuk melayani sesuai dengan kehendak Tuhan, dan Roh Kudus pula yang memampukan kita untuk menjalani kehidupan di dalam takut akan Tuhan.

No comments:

Post a Comment

Apa yang ada di pikiranmu?

Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran (Roma 4:18-25)

Rancangan khotbah Minggu, 25 Februari 2024 Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo 18 Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Ab...